Wanita, jika shalihah, ia adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Namun, yang dikhawatirkan mayoritas penduduk neraka juga dari kalangan wanita.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء
“Aku diperlihatkan di surga. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 3241 dan Muslim no. 2737)
Bahkan, Rasulullah mengkhususkan nasihat bagi para wanita ketika khutbah Idul Fitri ataupun Idul Adha, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis;
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ إِلَى المُصَلَّى، فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ» فَقُلْنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ العَشِيرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ»، قُلْنَ: وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَلَيْسَ شَهَادَةُ المَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ» قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا، أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ» قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا»
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar waktu Idul Adha atau Idul Fitri dan melewati para wanita kemudian beliau bersabda, “Wahai para wanita, keluarkanlah sedekah karena aku diperlihatkan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah dari kalangan kalian.” Mereka berkata, ‘Kenapa wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, “Kalian sering mengumpat dan mengingkari (kebaikan) pasangan. Aku tidak melihat (orang) yang kurang akal dan agama dari kalangan kalian semua dibandingkan seorang laki-laki yang cerdas.” Mereka bertanya, ‘Apa kekurangan agama dan akal kami wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Bukankah persaksian (syahadah) seorang wanita itu separuh dari persaksian seorang laki-laki.” Mereka menjawab, ‘Ya.’ Beliau melanjutkan, “Itu adalah kekurangan akalnya. Bukankah kalau wanita itu haid tidak shalat dan tidak berpuasa.” Mereka menjawab, ‘Ya.’ Beliau mengatakan, “Itu adalah kekurangan agamanya.” (HR. Al-Bukhari, no. 304)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ يَوْمَ الْفِطْرِ، فَصَلَّى، فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ، ثُمَّ خَطَبَ النَّاسَ، فَلَمَّا فَرَغَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ، وَأَتَى النِّسَاءَ، فَذَكَّرَهُنَّ، وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى يَدِ بِلَالٍ، وَبِلَالٌ بَاسِطٌ ثَوْبَهُ، يُلْقِينَ النِّسَاءُ صَدَقَةً» قُلْتُ لِعَطَاءٍ: زَكَاةَ يَوْمِ الْفِطْرِ؟ قَالَ: «لَا، وَلَكِنْ صَدَقَةً يَتَصَدَّقْنَ بِهَا حِينَئِذٍ، تُلْقِي الْمَرْأَةُ فَتَخَهَا، وَيُلْقِينَ وَيُلْقِينَ»، قُلْتُ لِعَطَاءٍ: أَحَقًّا عَلَى الْإِمَامِ الْآنَ أَنْ يَأْتِيَ النِّسَاءَ حِينَ يَفْرُغُ فَيُذَكِّرَهُنَّ؟ قَالَ: «إِي، لَعَمْرِي إِنَّ ذَلِكَ لَحَقٌّ عَلَيْهِمْ، وَمَا لَهُمْ لَا يَفْعَلُونَ ذَلِكَ؟
Dan dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Saya menyaksikan shalat ‘Ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memulai dengan shalat sebelum khutbah (tanpa azan dan iqamah). Kemudian berdiri bersandar kepada Bilal, dan memerintahkan untuk bertakwa kepada Allah dan menganjurkan kepada ketaatan kepada-Nya dan menasihati manusia serta mengingatkannya. Kemudian beliau berjalan mendatangi para wanita, dan memberikan nasehat kepada mereka dan mengingatkannya. Beliau bersabda: “Bersedekahlah para wanita, karena kebanyakan dari kalian itu menjadi bara api neraka Jahanam!” Maka ada wanita bangsawan yang kedua pipinya berwarna (merah) berdiri bertanya, ‘Kenapa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Karena kamu semua seringkali mengadu dan mengkufuri suami.” Lalu Jabir berkata, ‘Maka para wanita memulai bersedekah dan melemparkan gelang, giwang, dan cincinnya ke pakaian Bilal.’ (HR. Muslim no. 885)
Maka seorang wanita harus senantiasa berhati-hati dalam tindakan maupun perkataannya. Bersikap mawas diri, agar ia termasuk ke dalam golongan yang selamat.
Baca juga: Bertaubatlah dari Dosa Durhaka kepada Orang Tua
Untuk itu, penulis akan menyebutkan beberapa dampak buruk dari dosa, yang merupakan bagian dari penyebab mengapa seseorang bisa masuk ke dalam neraka dan terhalang dari rahmat Allah Ta’ala. Penulis berharap, kita, khususnya sebagai seorang wanita dapat lebih berhati-hati dan bersemangat untuk menjauhi perbuatan dosa. Karena berapa banyak orang yang sakit, namun tak kuat menelan pahitnya obat. Hal itu sebagaimana perkataan penyair Arab,
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه
Aku mengetahui keburukan bukan untuk melakukannya, akan tetapi untuk berhati-hati darinya.
ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
Dan siapa yang tidak mampu membedakan kejelekan dari kebaikan, dia akan terjerumus padanya.
Dosa memiliki beberapa dampak yang sangat buruk, di antaranya adalah:
1. Terhalang dari ilmu
Ilmu adalah cahaya sedangkan maksiat adalah kegelapan bagi hati. Allah Ta’ala berfirman:
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am : 122)
Setiap kali seorang hamba melakukan maksiat, bertambah satu titik noda hitam di hatinya.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat, niscaya noda itu akan dihapus. Tetapi jika dia kembali berbuat dosa, niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 14).” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu. Hadis ini dinilai hasan shahih oleh Tirmidzi)
Hati menjadi gelap dan keras bagaikan gelas yang telungkup. Tidak memungkinkan bagi cahaya untuk masuk ke dalamnya. Padahal kondisi kita sangat amat butuh akan ilmu, bahkan melebihi kebutuhan kita terhadap makanan dan minuman. Apalagi, wanita secara khusus karena wanita adalah tonggak peradaban, madrasah pertama bagi anak-anaknya, penyejuk hati bagi suaminya.
Benarlah perkataan al-‘Allamah Basyir al-Ibrahimy,
فإذا جهلت المرأة علوم الدين أتعبت الزوج، وأفسدت الأولاد وأهلكت الأمّة
“Bila wanita bodoh terhadap ilmu-ilmu agama, maka ia hanya akan melelahkan suaminya, dan merusak anak-anaknya, serta membinasakan ummat,” (Al-Atsar 3/384)
Maka sudah sepatutnya bagi seorang wanita yang cerdas untuk menjauhi maksiat dan dosa, menutup segala pintu dan celah terhadapnya. Jikalau tidak ada dampak buruk dari dosa, kecuali hanya terhalang dari ilmu saja, itu sudah sangat cukup berat bagi kita. Bagaimana kita akan mengenal Allah dan meraih ridha-Nya jika kita tidak memiliki ilmu terhadapnya?
Oleh karena itu, kita memohon kepada Allah agar Allah senantiasa memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang Allah sebutkan dalam firman-Nya,
فَلَمَّا زَاغُوٓا۟ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Ash-Shaff : 5)
Ataupun firman-Nya,
نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمْ
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka” (QS. At-Taubah : 67)
Semoga Allah selalu memberi kita hidayah dan taufik-Nya.
Lanjut ke bagian 2: 10 Dampak Buruk Dosa (Bagian 2)
—
Penulis: Annisa Auraliansa
Referensi:
- Syarah Mukaffirat adz-Dzunub li asy-Syaikh al-Islam Ahmad bin Taimiyyah karya Syaikhah Bintu Muhammad al-Qasim
- Zaen, Abdullah. (2023). Noda Di Hati Yang Membandel. https://muslim.or.id/19817-noda-di-hati-yang-membandel.html
- IslamQA. (2012). Kenapa Wanita Lebih Banyak Di Neraka Daripada Laki-laki. https://islamqa.info/amp/id/answers/21457
- Islamway. (2021). https://ar.islamway.net/micropost/14173
Artikel Muslimah.or.id