Di zaman penuh fitnah ini, fenomena mengumbar pandangan mata terasa biasa-biasa saja. Para wanita memamerkan dirinya melalui media sosial, majalah, bahkan memenuhi jalanan yang mudah dinikmati, bebas berkeliaran. Ibnul Qayyim berkata: “Mengumbar pandangan sama dengan mengukir gambar objek pandang dalam hati. Hati bagai Ka’bah, sementara Dzat yang disembah tidak rela (bila banyak berhala di dalamnya)” (Al-Fawaid hal. 89). Pandangan merupakan anak panah iblis yang beracun yang siap ditembakkan ke hati sehingga ia terjajah dan tertawan. Sebaliknya saat ia menahan pandangannya karena ketaatan pada Allah subhanahu wa ta’ala maka hati dan jiwanya terjaga dari dosa. Ketenangan iman akan meliputinya sehingga ibadahnya lebih terjaga karena tidak tersibukkan oleh lintasan-lintasan pikiran negatif.
Muhamad bin Sirin berkata: “Saya tidak pernah menggauli seorang wanita pun dalam keadaan terjaga atau tidur selain Ummu ‘Abdillah -istrinya-. Sungguh dalam tidur aku bermimpi melihat wanita, namun aku tau bahwa ia tidak halal untukku, maka aku palingkan penglihatanku darinya” (Asy-Syakwa Wal I’tab, hal. 103, Abu Manshur Ats-Tsa’alibi).
Manakala Dawud bin ‘Abdullah diburu sebagai pemimpin Bashrah, ia bersembunyi di rumah salah seorang sahabatnya. Ia ditempatkan di rumahnya. Sahabatnya itu memiliki istri yang bernama Zarqa’. Ia seorang wanita yang cantik. Si sahabat pergi untuk menyelesaikan suatu keperluan dan berpesan kepada istrinya agar bersikap santun serta melayani Dawud. Ketika tiba di rumah, ia berkata: “Bagaimana engkau melihat Zarqa’?”. Ia menjawab, “Saya tidak tahu, apakah ia Zarqa’ (si biru) atau Kahla (si wanita bermata hitam)!”. Ketika sahabatnya itu bertemu Zarqa’. Ia berkata kepadanya, “Aku berpesan agar engkau bersikap sopan kepadanya dan melayaninya, tapi engkau tidak melakukannya”. Ia menjawab : “Engkau telah berpesan kepadaku bersikap sopan terhadap lelaki yang buta. Demi Allah, sedikitpun ia tidak mau memandangku” (Dzammul Hawa, hal.77).
Mereka manusia pilihan yang menjaga kehormatan dan harga dirinya. Rasa takut pada Allah subhanahu wa ta’ala mengalahkan hawa nafsunya. Abu Darda’ berkata: “Siapa yang menahan matanya dari memandang yang haram, maka ia akan dipersandingkan dengan bidadari yang ia cintai” (Risalatul Mutarsyidin, hal. 119, Al-Harits Al-Muhaibi).
Menghindari memandang yang haram akan memberikan keuntungan di dunia dan akhirat. Abu Muhammad bin Sahl bin Abdullah At-Tastari berkata: “Perbuatan-perbuatan baik mampu dikerjakan orang baik dan orang fajir. Tapi, tidak akan sanggup menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat kecuali orang yang shidiq (benar keimanannya)” (Hilyatu Auliya‘, X/211 Abu Nu’aim Al- Ashfahani).
Dengan menjauhi maksiat yang dilandasi iman maka benteng keimanan seorang mukmin akan semakin kokoh dan ia akan merasakan lezatnya ibadah. Ditanyakan kepada Wuhaib bin Ward: “Apakah orang yang bermaksiat kepada Allah bisa mengecap nikmat ibadah?”. Ia menjawab: “Tidak. Demikian pula orang yang berniat melakukan kemaksiatan” (Shifatush Shofwah, II/123, Ibnul Jauzi).
Semoga Allah memberi taufik.
Referensi :
1. Harta Karun Akhirat (terjemah) DR. Kholid Abu Syadi, Al-Qowam, Solo, 2008
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah or.id
Assalamu’alaykum wa rahmatullah wa barakatuh
Saya tidak habis fikir dan mengganggu benak sy, ko bisa seorang suami yg shalih dan taat meninggalkan istrinya berdua dg sahabat prianya (walaupun shalih dan buta), bahkan melayani menyediakan kebutuhannya ???!
Apakah ini bisa jd contoh di zaman sekarang yg byk fitnah istri/suami selingkuh atau zina dg org yg dikenal dekat dg klg mereka ???!
“Sahabatnya itu memiliki istri yang bernama Zarqa’. Ia seorang wanita yang cantik. Si sahabat pergi untuk menyelesaikan suatu keperluan dan berpesan kepada istrinya agar bersikap santun serta melayani Dawud. “
Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh,
Kalau anda baca dengan cermat, mereka tidak berdua. Karena ada Kahla (istrinya Daud yang lain). Dan tentu tidak dipahami bahwa mereka berada di suatu ruangan lalu bercengkrama, dll. Tentunya mereka berinteraksi dengan adab-adab.
Dalam kasus wanita bercadar, iya tidak mau wajah dan aurat yang lain terlihat oleh orang lain, tetapi di sisi yang lain, iya dengan lebih leluasa melihat orang lain di balik cadarnya,,,,
Yang paling baik gimana ust, mohon penjelasannya???
Wanita hukum asalnya boleh memandang lelaki, namun lebih utama menundukkan pandangan.
“Siapa yang menahan matanya dari memandang yang haram, maka ia akan dipersandingkan dengan bidadari yang ia cintai”
Yang dimaksud bidadari yang ia cintai itu apakah istrinya didunia atau bidadari surga ??
Istri di dunia akan menjadi istri di akhirat jika mereka semua mati dalam keadaan iman.
Lelaki yang masuk surga akan mendapatkan bidadari surga.
Di surga tidak ada rasa dengki dan cemburu.
Assalamu’alaikum admin..dimana bisa beli buku dzammul hawa?