Kesuksesan yang hakiki adalah kunci menuju kebahagiaan. Namun tidak setiap kesuksesan selalu identik dengan kebahagiaan. Faktanya tak sedikit orang yang telah menggenggam kesuksesan hidup, materi berlimpah, menyandang gelar milliader, memiliki jabatan, prestisius, terkenal, namun hatinya sama sekali tak merasakan ketenangan serta kebahagiaan hidup.
Bagaimana Cara Bahagia ?
Orang akan mampu mencicipi surga kebahagiaan hakiki ketika ia memilki visi dan tujuan hidup yang telah digariskan Allah Azza wa Jalla . Menerima dengan ikhlas segala syariat-Nya karena semua perintah serta larangan itu demi kebaikan hamba.
Manusia akan menikmati kebahagiaan saat dia selalu mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla melawan berbagai penyakit hati, seperti dengki, sombong, putus asa, mampu bersyukur dan bersabar dalam segala situasi dan keadaan, memaafkan orang lain bersedekah dan berbagai perbuatan baik yang diridhai-Nya.
Bagaimana Menjadi Insan Beruntung ?
Bagaimana supaya hidup selalu nyaman, pekerjaan berjalan lancar, mendapat pasangan yang mampu membahagiakan dunia dan akhirat, studi cepat selesai, memiliki teman pergaulan yang shalih, dan hidup selalu penuh berkah? Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak rekening kebaikan dan menghindari rekening keburukan.
Kisah tiga orang yang terperangkap di sebuah gua yang tertutup batu besar. Mereka telah ikhlas melakukan kebaikan yang kemudian amalan itu bisa menjadi perantara dan memudahkan saat mereka membutuhkan. Firman Allah Ta’ala :
?????? ??????????? ????? ??????? ???????????
“ Dialah pelindung mereka disebabkan apa ( amal-amal shalih) yang senantiasa mereka kerjakan ”. (Q. S. Al-An’am: 127)
Begitu pula kisah Nabi Yunus ‘Alaihissallam dalam perut ikan. Beliau ikhlas berdo’a kepada Allah, dan Allah memberi jalan keluar baginya. Ketika di daratan disaat lapang pun Nabi Yunus ‘Alaihis sallam sering melakukan kebaikan. Firman Allah Ta’ala :
????????? ??????? ????? ???? ??????????????? ???????? ??? ???????? ?????? ?????? ???????????
“Kalaulah ia tidak termasuk orang yang dulunya banyak bertasbih (shalat), niscaya ia akan tetap tinggal diperutnya (ikan) hingga hari di dibangkitkan”. (Q. S. As-Shaffaat: 143-144).
Hikmah dari kisah di atas adalah semakin besar rekening kebaikan, semakin banyak kebaikan yang akan diterima dari-Nya. Allah akan semakin memberi kemudahan. Tetapi ketika rekening keburukan banyak, tentu bisa mendatangkan keburukan dan kesulitan.
Mengapa Harus Memperbanyak Rekening Kebaikan ?
Firman Allah Ta’ala :
???? ???????????? ???????????? ?????????????? ?????? ?????????? ???????
“Jika kamu berbuat baik ( berarti ) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka ( kejahatan ) itu bagi dirimu sendiri” (Q.S. Al Israa`: 7).
?????? ???????? ????????? ??????? ??????? ?????? , ?????? ???????? ????????? ??????? ?????? ??????
“Barang siapa mengerjakan kebaikan walau sebesar zarah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan walau sebesar zarahpun niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula”. (Q.S. Al Zalzalah: 7-8).
Termasuk pintu-pintu yang memperbanyak rekening kebaikan adalah dengan mengobati penyakit hati, seperti melawan syirik dengan taat dan mempertebal tauhid. Mengikis sombong dengan rendah hati, menghindari bakhil dengan dermawan, melawan putus asa dengan ikhtiar, menghindari sikap egois dengan selalu empati dan berbagi.
Mengapa Harus Menghindari Rekening Keburukan ?
Firman Allah Ta’ala :
????? ??????? ????????? ?????????? ?????? ?????????
“ Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakan sendiri”.(Q.S. Faathir: 43).
?????? ???????? ???? ??????? ??????? ???? ????????? ???????
“ Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. (Q.S. Thaha: 124).
Dengan selalu berbuat kebaikan, dan menghindari keburukan niscaya rekening kebaikan akan berlipat-lipat dan menjalani semua ini perlu memperbanyak ilmu, selalu memahami tauhid yang lurus, selalu memohon taufik dari Allah agar dikaruniai hati yang selamat dan berupaya menjadi mukmin yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah
Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Artikel muslimah.or.id