Pujian Ulama kepada Imam Ahmad
Berkata Imam Al Hasan bin Ar Rabi’, “Jikalau tidak ada Imam Ahmad, niscaya banyak orang yang mengada-adakan bid’ah dalam agama.”Berkata pula Imam Ibnu Qutaibah, “Sesudah wafat Imam Ats Tsauri lenyaplah wara’ (sikap berhati-hati dalam agama), sesudah wafat Imam Asy Syafi’i lenyaplah Sunnah, dan nanti sesudah wafat Imam Ahmad, maka perbuatan bid’ah akan merajalela. Selain Ar Rabi’ dan Ibnu Qutaibah, seorang ahli hadits terkemuka dan ternama bernama Imam Ali al Madini juga berkata tentang kebesaran Imam Ahmad bin Hanbal ini, “Semoga Allah subhanallahu wa ta’ala memelihara Ahmad bin Hanbal, karena ia pada hari ini menjadi hujjah Allah subhanallahu wa ta’ala atas segenap makhluk-Nya.”
Zahid, Dermawan dan Ahli Ilmu
Meskipun seorang yang selalu menderita kekurangan namun beliau sangat memelihara kehormatan dirinya. Bahkan dalam keadaan papa tersebut beliau senantiasa berusaha menolong dan menjadikan tangannya selalu di atas. Berkata Imam Yahya bin Hilal al Warraq, “Aku pernah berkunjung kepada Imam Ahmad, kemudian beliau mengeluarkan empat dirham kepadaku, dan berkata, ‘Ini semua yang aku punya pada hari ini untukmu.”
Sedemikian dermawannya Imam Ahmad, beliau pun tidak pernah gusar hatinya untuk mendermakan sesuatu yang dimiliki satu-satunya pada hari itu. Seperti yang disaksikan oleh Imam Harun al-Mustamili, “Pada suatu tempat, aku pernah berbincang-bincang dengan Imam Ahmad, kemudian aku berkata kepadanya, hari ini aku tidak mempunyai sesuatu pun. Maka seketika itu beliau memberiku lima dirham, sambil berkata, “Aku tidak memiliki lagi sesuatu selain ini.”
Selanjutnya, di samping kearifan dan kedermawanannya yang memikat, Imam Ahmad pun terkenal seorang yang zuhud dan wara’. Bersih hatinya dari segala macam pengaruh kebendaan, serta menyibukkan diri dengan dzikir dan membaca Al Qur’an, atau pula menghabiskan seluruh usianya untuk membersihkan agama dan mengikisnya dari kotoran-kotoran bid’ah dan pikiran yang sesat. Berkata Sulaiman bin al Asy’ats, “Aku belum pernah mendengar Imam Ahmad menyebut urusan keduniaan. Dan apabila beliau merasa lapar, diambilnya pecahan-pecahan roti kering, lalu dihembuskannya supaya keluar debunya, kemudian direndam ke dalam air di dalam pinggan besar sampai basah, sesudah itu barulah dimakannya dengan garam.”
Demi memelihara kezuhudan, kehormatan dan martabat ilmunya itu, tidak sedikit Imam Ahmad menolak berbagai pemberian dari para hartawan dan bangsawan. Dan bila pun beliau menerima suatu bingkisan atau hadiah dari tetangganya, maka seketika itu pula beliau membalasnya dengan yang setimpal bahkan lebih, sebagaimana yang telah disaksikan oleh Imam al Marwazi, “Pada suatu hari Imam Ahamad menerima pemberian air zam-zam dari seorang sahabatnya, kemudian seketika itu pula beliau memberi balasan dengan gandum yang baik dan gula. Imam Ahmad, sebagaimana para pendahulunya, beliau kerap kali banyak menghadapi kesulitan dan berbagai cobaan dari para penguasa. Akan tetapi berkat kezuhudan dan sikapnya yang senantiasa menjadikan akhirat di depan matanya, maka semua itu sedikit pun tidak menghentikan beliau dari kegiatannya mengajar dan menimba ilmu, sehingga pengetahuannya pun semakin bertambah dan kian bertambah.Imam Abu Razaq berkata, “Sesungguhnya aku belum pernah melihat seseorang yang lebih pandai tentang urusan hukum agama dan lebih teliti perbuatannya selain Imam Ahmad bin Hanbal.” Imam Ibrahim al-Harbi juga berkata, “Kalau aku melihat Imam Ahmad, seolah-olah Allah subhanallahu wa ta’ala menghimpunkan kepadanya pengetahuan orang-orang dahulu dan orang-orang yang datang kemudian.”
Bersambung,insyaallaah.
Ditulis ulang dari Buku Terjemahan Syarah Ushulus Sunnah, Keyakinan Al Imam Ahmad rahimahullah dalam Aqidah, Syaikh Walid bin Muhammad Nubaih