Cinta, sepenggal kata yang bias membuat orang mabuk kepayang. Cinta yang dilandasi hawa nafsu semata akan membahayakan manusia, meski sepintas lalu terlihat indah penuh pesona. Seorang penyair berkata :
Aku tak tahu apakah pesonanya yang memikat atau mungkin akalku yang tidak lagi ditempat!
Cinta seringkali membuat orang buta, hingga dia melakukan hal-hal aneh untuk menarik perhatian orang yang dia cintai setengah mati..
??????? ???????????? ??????? ???????????? ????? ? ???????? ??????????? ???? ???????? ????????????? ? ???????? ???? ???????? ??? ??????? ????????????? ???????????? ???? ?????????????
Dia (istri Al-Aziz) berkata : “Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya, dan sungguh aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya benar-benar dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina. [ Q. S. Yusuf : 32 ].
Dan musuh-musuh Islam memanfaatkan kesempatan “emas” ini untuk menebarkan racun berbisa, baik berupa pemikiran, perkataan, bahkan action nyata atas nama cinta untuk merusak kaum muslimin, terutama generasi mudanya.
Pada dasarnya manusia menyukai hal-hal romantis. Lebih-lebih kaum wanita, dengan dominasi perasaannya yang kuat dia lebih mudah ditaklukkan entah dengan kata-kata romantis, janji-janji manis, hingga kaum salibis sukses besar mengibarkan panji romantisme untuk menjerat para muslimah untuk menikah dengan pria non Islam yang notabene hanya demi pemurtadan.
Mereka kemas sedemikian menarik kesesatan dengan kata-kata yang mengesankan kemoderenan, seperti pacaran dengan istilah PDKT atau bertujuan untuk lebih mengenal karakter pasangan. Zina, kencan dengan alasan agar pernikahan langgeng harus mengenal pasangan luar dalam, bukan membeli kucing dalam karung. Making Love mereka propagandakan yang hakekatnya free seks bahkan gaya hidup lesbi atau homo bukan hal tabu.
Begitu gencarnya makar dan tipu daya mereka hingga romantisme sejati yang esensinya dinikmati setelah proses pernikahan Syar’i menjadi terasa kabur kesuciannnya. Media massa dan elektronik pun heboh menyetir, memasarkan produk-produk kaum zionis untuk memerangi pernikahan ala Islam, mereka tebarkan racun mematikan, nilai-nilai syaithoniyah dalam hal pergaulan remaja dengan musik-musik, symbol-symbol budaya produk barat, fashion, film yang bertujuan memasarkan roamtisme picisan.
Dan sejatinya makar mereka itu titik finishnya satu, menentang Allah dan Rasul-Nya yang nyata memerangi zina dan segala atribut yang terkait dengannya.
Karena perbuatan terkutuk ini dilaknat oleh Allah. Bahkan istilah “kumpul kera” pernah terjadi di era jahiliyah.
Nu’man bin Hammad telah menceritakan dari Husain dari ‘Amr bin Maimun, ia berkata, “Pada masa jahiliyah aku melihat seekor kera betina yang sedang berzina dikerubuti kawanan kera lainnya, merekapun merajamnya, dan aku pun ikut merajamnya bersama mereka” ( HR. Bukhari dalam shahih No. 3650).
Di era kiwari ini, banyak media mengumbar kisah percintaan yang menebarkan, dalam bentuk yang lebih simple, yaitu romantisme. Romantisme ala Barbar yang kontradiksi dengan romantisme ala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jargon mereka memasarkan kebebasan, sedangkan dalam Islam romantisme sepasang anak manusia haruslah dibalut dalam bingkai pernikahan.
Disaat mereka jalan bareng sambil menebarkan romantisme, seperti bergandengan berdua, saling memberi perhatian, hadiah bunga atau sekedar kata-kata rayuan. Sementara dalam koridor Islam memerintahkan pasutri untuk saling membina keharmonisan lahir batin, menuntut ilmu berdua dan saling memberi nasehat, memuji pasangan, dan selainnya, bukankah ini bagian dari romantisme yang berpahala?
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam adalah sosok yang sangat romantis. Kata-kata beliau mengesankan bahwa beliau figur yang selalu membahagiaan istri beliau, perhatian beliau sangat besar kepada para istrinya, bahkan tingkah laku perbuatan beliau seharusnya menjadi teladan para suami agar bersikap romantis kepada pasangannya, Tanpa melestarikan romantisme, pernikahan akan gersang. Beliau pernah berlomba lari dengan Aisyah dalam sebuah perjalanan, pernah pula meminum minuman dengan meletakkan bibirnya dibagian gelas tempat istrinya meletakkan bibir untuk meminumnya.
Aisyah pernah ditanya, “ Apa yang dilakukan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dirumahnya ? Aisyah menjawab,” Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya. ( Shahih Bukhari, Bab: “Orang yang mengerjakan pekerjaan keluarganya, lalu shalat didirikan, maka dia keluar”, jild 2, hal 203 ).
Beliau bersama Aisyah menyaksikan permainan orang-orang Habasyah hingga istrinya puas.
Begitulah sekilas pandang bahwa romantisme itu bagian dari Islam yang perlu diketahui kaum muslimin. Ini bagian dari ibadah ketika menjadikan seluruh aspek kehidupan rumah tangga dalam upaya meraih ridho Allah ‘Azza Wa Jalla.
Referensi :
-
Sutera Ungu, Abu Umar Basyir, Penerbit Darul Furqon, Saudi Arabia, 1429 H.
-
Taman Orang-Orang Yang Jatuh Cinta & Memendam Rindu, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Jakarta 1423 H.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id