Dibalik Kebesaran Nama-Nya
Empat belas abad silam, dalam sebuah malam yang paling indah, muncullah sebuah pesona cinta sepasang pengantin paling bahagia Hanzhalah bin Abi Amir bersama sosok muslimah yang dicintainya. Detik berlalu tiada terasa, saat fajar pertama nampak terdengar gemuruh perang, tatkala kaum muslimin berjihad di jalan Allah. Pemuda itu termangu, akankah ia tinggalkan masa bulan madunya dan segera menyongsong syahid atau membiarkan dirinya tenggelam menikmati manisnya madu cinta. Namun kecintaannya terhadap Allah ‘Azza wa Jalla Sang Pemilik nama yang husna dan sifat yang ‘ulya (tinggi), membuatnya lebih memilih-Nya. Itulah kehebatan kecintaan kepada Allah, kecintaan kepada nama dan sifat-Nya telah mengantarkan Hanzhalah bin Abi Amir mendapatkan karunia syahid.
Seorang hamba sejati akan mampu merasakan puncak kecintaan manakala di hatinya hanya mencintai Dzat Yang Maha Sempurna lagi Maha Agung dengan kecintaan ‘ubudiyyah (penghambaan). Semua ini terealisasi dari makna syahadat laa ilaaha illallah. Allah disembah dengan hati, cinta, ketundukan dan kepatuhan.
Perhatikanlah bagaimana para tukang sihir Fir’aun akhirnya beriman kepada Allah meski mereka mengalami penyiksaan dan pembunuhan. Itulah cahaya iman yang telah membuat mereka memandang kehidupan dunia secara proposional dan mementingkan kebahagiaan kekal di akherat.
??????? ??? ?????? ????? ? ???????? ??????? ??????? ?????????? ?????????? (72)
?????? ??????? ?????????? ?????????? ????? ??????????? ????? ????????????? ???????? ???? ????????? ? ????????? ?????? ?????????? (73)
“….Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami, dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik ( pahala-Nya ) dan kekal Adzab-Nya.” (Q.S. Thoha: 72 – 73).
Orang yang beriman dan mengakui keindahan serta kebesaran nama Allah, hatinya akan tersentuh dan bergetar manakala nama-Nya diucapkan atau diperdengarkan. Sebagaimana orang mengasihi pasangan hidupnya, orang tuanya atau anak-anaknya, tentunya ia sangat ingin bersua, memandang wajahnya dan mendengar untaian kata-katanya. Seolah-olah tak ingin berpisah dan ingin selalu berdekatan.
Terlebih lagi ketika seorang hamba begitu mencintai Allah ‘Azza wa Jalla, merindukan untuk bisa berjumpa dan memandang wajah-Nya, tentunya inilah wujud kecintaan tertinggi agar dia bisa menjadi penghuni surga.
Begitu pula kisah fenomenal sahabat Mush’ab bin Umair yang rela meninggalkan kehidupan jahiliyah yang bertabur kemewahan, ini merupakan bukti nyata betapa pesona iman telah membuat hidupnya berubah. Semua itu tak lain karena keindahan nama-Nya yang telah membuat hatinya jatuh cinta kepada Islam. Itulah wujud bahwa kebahagian hakiki hanya ada pada Islam, bersama Allah ‘Azza wa Jalla dengan melaksanakan ajaran Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seberapa dahsyat perasaan cinta seorang hamba kepada Allah, Sang Pemilik segala sesuatu yang memiliki nama-nama yang husna. Semakin seseorang mengenal Allah akan tumbuh pengetahuan yang mendalam tentang kemahatinggian, kemuliaan dan segala kemahaindahan Allah Ta’ala. Allah pemilik segala sesuatu dan tiada nama seindah nama-Nya, kepada-Nya lah segalanya akan kembali.
Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia paling mulia dan paling dicintai oleh Allah karena penghambaannya kepada Allah paling sempurna. Beliau adalah gambaran ideal bagaimana seorang hamba mencintai kekasihnya, menyembah dan menundukkan diri secara total kepada Allah, tiada sekutu bagi-Nya.
????????? ?????? ????? ?????? ????? ?????????? ???????? ???????????? ???????? ???????
“Dan, bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah) hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya.” ( Q.S. Al-Jin :19).
Cinta itu Indah
Ada sebuah perumpamaan menarik yang menggambarkan betapa mencintai Allah itu sangat indah tak sebanding dengan kilauan harta yang paling indah. Seperti seorang raja yang memiliki teman setia yang sangat akrab dan saling mencintai. Sang raja memerintahkan segenap pejabatnya untuk mengambil sebanyak-banyaknya harta kerajaan. Dan mereka saling berebut mengambil harta sebanyak-banyaknya. Namun sang teman setia sang raja justru sama sekali tak mengambil sedikitpun harta raja. Justru yang dilakukannya adalah memegang erat sang raja. Banyak orang heran dengan sikap anehnya, “Kenapa anda tak melirik harta raja?” Dia mengatakan, “Aku memegang beliau karena dia pemilik segala harta yang kalian perebutkan, ketika aku memilih beliau otomatis segala harta akan mudah kuperoleh.”
MaasyaAllah…….sebuah pesan singkat bahwa seringkali manusia mengejar dunia yang fana dan melupakan sang pemilik segalanya, Dialah Allah ‘Azza wa Jalla. Mengejar dunia takkan pernah mencapai titik kepuasan, ibarat mereguk air laut semakin banyak, kian merasa haus.
Saat pesona dunia menari-nari di depan mata dan mulai menyusup di relung-relung hati saat itu sedikit demi sedikit pesona kebesaran asma’ dan sifat-Nya akan memudar. Keindahan nama-Nya tak lagi mampu membuatnya terpesona karena hatinya telah didominasi kenikmatan semu sesaat. Selama kecintaannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla terkontaminasi dengan kecintaan kepada selain-Nya, maka tauhidnya kurang sempurna, atau bahkan bisa terjerumus ke dalam syirik cinta.
?????? ?????? ?? ???? ????????? ???? ?????? ????? ??????? ??? ?????????????? ??????? ???? ???????????? ?????????? ??????? ?????? ????
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.. (Q.S. Al-Baqoroh: 165).
Nama-Nama Allah ‘Azza wa Jalla Semuanya Husna.
Seorang mukmin harus meyakini bahwa semua nama-nama Allah itu husna, maksudnya adalah terindah, yang keindahannya mencapai puncak kesempurnaannya.
Allah Ta’ala berfirman,
?????? ???????????? ?????????? ??????????? ?????
“Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu.” (Q.S. Al-A’raf: 180).
Nama-nama Allah mengandung sifat-sifat-Nya yang sempurna, tidak ada sedikitpun kekurangan dari segala sisi.
Contoh: Al-Hayyu (Yang Maha Hidup), merupakan salah satu nama Allah yang mengandung sifat kehidupan sempurna yang tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak akan mengalami kebinasaan.
Nama terindah adalah nama Allah, sedangkan sifat paling sempurna adalah sifat Allah. Semulia-mulia ilmu adalah ilmu tentang tauhid, tentang nama dan sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla. Namun realitanya banyak kaum muslimin yang meremehkan ilmu Tauhid, padahal tauhid yang benar dan selaras dengan Al-Qur`an dan Sunnah adalah kunci untuk masuk surga.
Banyak orang begitu pandai ilmu dunia, melanglang di berbagai negara dengan semangat membara namun sangat disayangkan mereka buta dan tidak tahu ilmu yang paling utama dan mulia, yaitu ilmu tentang Allah, Dzat yang telah menciptakan mereka. Sungguh, dengan tauhid yang lurus, ma’rifatullah (mengenal Allah) dan aplikasinya dalam kehidupan, niscaya umat ini akan jaya, mulia dan selamat hidupnya.
****
Referensi :
- Qowa’idul Mutsla, Memahami Nama dan Sifat Allah, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, Media Hidayah, Yogyakarta.
- Noktah-Noktah Dosa, Ibnul Qoyyim, Pustaka Darul Fallah, Jakarta
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah
Muroja’ah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Artikel muslimah.or.id