Pada beberapa kesempatan sebelumnya telah dipaparkan secara ringkas sebab-sebab mendapatkan keturunan yang shalih ataupun shalihah, baik dari sisi doa dan keteladanan. Pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan dengan suatu hal yang tidak kalah urgennya, yaitu memilih istri yang shalihah.
Seorang suami atau calon suami wajib memilih calon (istri) ketika hendak menikah. Pilihlah wanita shalihah yang memiliki agama yang baik. Unsur pokoknya bukanlah pengetahuan (tentang agama), melainkan amal. Sehingga seseorang yang hanya pintar teori, namun amalnya jauh panggang dari api, maka itu bukan termasuk orang yang memiliki agama yang baik. Oleh karena itu, orang yang baru belajar agama sehingga ilmu yang dimilikinya baru sedikit, namun semangatnya untuk beramal bagus dan berkualitas, maka itu termasuk orang yang memiliki agama yang bagus.
Mengapa harus memilih wanita shalihah? Karena di kemudian hari dia akan menjadi ibu dari anak-anak kita. Dialah yang akan menjadi teladan bagi anak-anak kita. Dialah yang akan menjadi pondasi rumah tangga kita. Demikian pula, dialah yang akan menyusui anak-anak kita. Allah Ta’ala berfirman,
?????????? ?????????? ?????? ???? ?????????? ?????? ??????????????
“Sesungguhnya budak wanita yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu” (QS. Al–Baqarah [2]: 221).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
????????? ??????? ????????? ???????? ???????
“Pilihlah wanita yang memiliki agama yang baik, jika tidak kamu akan sengsara” (HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466).
Seyogyanya juga, seorang yang akan dipilih sebagai istri juga berasal dari keturunan yang baik, dari keluarga yang shalih. Karena hal ini pun sangat berpengaruh pada anak-anak kita. Ketika kita sudah berusaha sedemikian rupa untuk mengajarkan kebaikan pada anak-anak, namun ketika sedang berkumpul dengan keluarga besar, mereka malah terwarnai dengan keburukan anak-anak dari keluarga besar tersebut. Hal yang semula dia ketahui sebagai sebuah hal yang terlarang, justru dia lihat di hadapannya. Tentu hal ini akan sangat berdampak pada psikis si anak.
Oleh karena itu, memilih wanita dari keluarga yang shalih, tentu lebih utama. Lihatlah apa yang dikatakan oleh kaum Maryam ‘alaihassalam kepadanya,
??? ?????? ???????? ??? ????? ??????? ??????? ?????? ????? ??????? ??????? ????????
“Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina” (QS. Maryam [19]: 28).
Maksudnya, wahai saudara seorang laki-laki yang shalih (Harun), ayahandamu bukanlah adalah orang yang memiliki keutamaan dan baik. Dia tidak dikenal dengan sesuatu yang buruk. Ibundamu pun demikian, dia adalah perempuan yang shalihah dan bukan seorang pezina. Maka bagaimana mungkin Engkau memiliki seorang anak ini, dari mana asalnya? Karena kaum Maryam mengira bahwa Nabi Isa ‘alaihissalaam adalah anak hasil zina.
Seorang anak juga terkadang dapat meniru dari paman dari pihak ayah maupun ibunya. Demikian pula dapat dari kakeknya sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seorang baduwi yang bertanya, mengapa anaknya berkulit gelap padahal dia dan istrinya berkulit putih? Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab,
??????? ???????? ????? ???????? ??????
“Boleh jadi anakmu itu karena pengaruh keturunan” (HR. Bukhari no. 6847 dan Muslim no. 1500).
Ibu yang shalihah akan mengajarkan Al–Qur’an dan As-Sunnah kepada anak-anaknya. Demikian pula, dia akan mengajarkan dan meneladankan akhlak-akhlak yang terpuji, hukum yang berkaitan dengan halal dan haram, kisah-kisah para Nabi dan orang-orang shalih.
Jika kita mengajak anak-anak bercengkrama dengan keluarga besar yang shalih, maka kebaikan anak-anak pun akan bertambah. Demikian pula dengan adab dan ilmunya. Hal yang sama pun akan terjadi ketika kita mengajak mereka mengunjungi orang-orang yang baik dan shalih, maka anak-anak tersebut akan bertambah baik akhlaknya. Karena anak-anak akan meniru sesuatu yang sering dia alami dan dia lihat sendiri. (Bersambung)
***
Disempurnakan di pagi hari, Rotterdam 5 Rabiul ‘Awwal 1438
Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim
Artikel Muslimah.or.id
[serialposts]
Bismillah,
Ada sedikit typo disana “ayahandamu bukanlah adalah orang”…