Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

‘Arasy dan Hati

Muslimah.or.id oleh Muslimah.or.id
1 Oktober 2016
di Tazkiyatun Nufus
0
Share on FacebookShare on Twitter

Makhluk yang paling suci, paling bersih, [1] paling bercahaya, paling mulia, paling tinggi dzat dan kedudukannya, serta paling luas adalah ‘Arasy; singgasana Allah yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, layaklah jika ‘Arasy dijadikan tempat bersemayam bagi-Nya.

Apa pun yang posisinya sangat dekat dengaan ‘Arasy pasti lebih bercahaya, lebih suci dan lebih mulia daripada sesuatu yang posisinya jauh dari darinya. Oleh sebab itulah, Surga Firdaus disebut sebagai Surga yang paling tinggi, paling mulia, paling bercahaya, dan paling agung; karena memang posisinya paling dekat dengan ‘Arasy, bahkan ‘Arasy adalah atapnya.[2] Dan, apa pun yang  posisinya sangat jauh dari ‘Arasy, maka ia sangat gelap dan sangat sempit. Oleh karena itu, tempat orang-orang yang paling rendah adalah tempat yang paling buruk, paling sempit dan paling jauh dari segala kebaikan.

Allah Ta’ala menciptakan hati dan menjadikannya sebagai tempat bersemayamnya sifat mengenal, mencintai dan menginginkan Allah. Dengan demikian, hati laksana ‘Arasy atau singgasana bagi sifat-sifat yang sangat mulia tersebut, yaitu sifat mengenal Allah, mencintai-Nya dan menginginkan-Nya Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

?????????? ??? ??????????? ???????????? ?????? ????????? ? ????????? ????????? ??????????? ? ?????? ?????????? ??????????

Donasi Muslimahorid

 “Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”  (Q.S An-Nahl: 60).

Allah Ta’ala juga berfirman:

?????? ??????? ???????? ????????? ????? ????????? ?????? ???????? ???????? ? ?????? ????????? ??????????? ??? ????????????? ??????????? ? ?????? ?????????? ??????????

“Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Q.S Ar-Rum: 27).

Allah Ta’ala berfirman pula:

?????? ?????????? ?????? ? ?????? ?????????? ??????????

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S Asy-Syura: 11).

Sifat mengenal, mencintai, dan menginginkan Allah ini termasuk dalam konteks al-matsalul a’la atau sifat yang sangat mulia. Sifat inilah yang bersemayam di hati seorang mukmin sejati, sehingga hatinya menjadi ‘Arasy atau tempat bersemyam bagi sifat tersebut.

Seandainya saja hati tidak menjadi bagian yang paling bersih, yang paling suci, yang paling baik, dan yang paling jauh dari segala kotoran dan segala hal yang menjijikkan, maka ia sudah tidak layak lagi menjadi tempat persemayaman sifat-sifat yang amat mulia, yaitu mengenal Allah, mencintai Allah, dan menginginkan Allah. Sebaliknya, yang bersemayam di dalamnya ialah sifat-sifat yang terendah (sifat-sifat yang bersifat duniawi); seperti mencintai duniawi, menginginkannya. Akibatnya, hati menjadi sempit, gelap dan jauh dari kesempurnaan dan keberuntungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa hati itu terdiri dari dua macam.

Pertama: Hati yang laksana ‘Arasy Allah Yang Maha Penyayang;[3] di mana di dalamnya terdapat cahaya, kehidupan, kegembiraan, kebahagiaan, kecerahan, dan perbendaharaan segala kebaikan.

Kedua: Hati yang laksana ‘Arasy Syaitan; di mana di sanalah tempat kesempitan, kegelapan, kematian, kesusahan, kesedihan, dan kecemasan; dan orang yang mempunyai hati semacam ini akan merasa sedih karena peristiwa yang lalu, cemas dengan apa yang akan menimpaa dirinya di masa mendatang, dan resah terhadap apa yang sedang menimpanya kini.[4]

At-Tirmidzi[5] , beserta ulama yang lainnya, meriwayatkan satu hadits dari Nabi Shallaallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:

((??? ??? ????? ????? ????? ??????.)) ????? : ??? ????? ??? ?? ???? ????? ???: ((??????? ??? ??? ??????? ???????? ?? ??? ?????? ? ?????????? ????? ??? ?????.))

“Jika cahaya telah merasuk hati niscaya hati itu akan merasa lega dan lapang.” Para Sahabat bertanya: “Apakah tanda-tanda yang demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kembali ke negeri abadi (akhirat), menjauhkan diri dari negeri tipu daya (dunia), dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian sebelum waktunya tiba.”

Cahaya yang merasuk ke dalam hati adalah salah satu pengaruh dari sifat yang paling mulia tersebut. Oleh karena itu, hati pun menjadi luas dan lapang setelah dimasuki cahaya tersebut. Apabila di dalam hati itu tidak ada sifat mengenal dan mencintai Allah, pasti yang ada hanyalah kegelapan dan kesempitan.

 

——————————————————————–

[1] Pada sebagian naskah, yang tertulis adalah lafazh ???????   “yang paling jelas”. Tapi boleh jadi redaksi yang kami cantumkan di atas (paling suci) lebih valid.

[2] Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits:

(( ???? ????? ???? ????? ??????? ? ???? ???? ????? ? ???? ????? ? ? ???? ??? ?????? ?? ??? ???? ????? ?????.))

“Maka apabila kamu memohon kepada Allah, mohonlah Surga Firdaus, karena Surga Firdaus itu adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya terdapat ‘Arasy Ar-Rahman. Dan dari surga itulah, sungai-sungai dialirkan.” (HR. Al-Bukhari [no. 7423])

[3] Maksudnya ialah hati yang menjadi tempat bersemayamnya sifat-sifat yang sangat mulia dan agung, yaitu yang mengenal-Nya, mencintai-Nya, dan menghendaki-Nya; seperti yang telah diterangkan oleh penulis.

[4] Penulis menjelaskan perbedaan ketiga kalimat ini dalam halaman 60, pada pembahasan Aqidah dan Tauhid.

[5] Hadits ini tidak terdapat di dalam Sunan at-Tirmidzi. Syaikh kami, al-Albani, mengisyaratkan hal itu di dalam kitab as-Silsilatudh Dha’ifah (II/387), lantas beliau menelusurinya secara panjang lebar dan menjelaskan kedha’ifannya. Lihat pula Miftah Daaris Sa’adah (I/464) –dengan tahqiq dan ta’liq saya– karya Ibnul Qayyim

___ 

Diketik ulang dari kitab Faw?idul Faw?`id karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah –rahimahullah–

Artikel muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Muslimah.or.id

Muslimah.or.id

Artikel Terkait

Terapi Futur #1: Menjaga Iman dan Memperbaruinya

oleh Muslimah.or.id
22 Desember 2015
0

Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian

Pentingnya Tazkiyatun Nufus

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
14 November 2015
1

Pembahasan tentang tazkiyatun nufus merupakan pembahasan yang penting, dimana akan ditanya oleh Allah Ta’ālā pada hari Kiamat nanti

Orang yang Diinginkan Kebaikan oleh Allah

oleh Dwi Pertiwi
3 September 2016
2

Lalu siapakah orang-orang yang Allah inginkan kebaikan bagi mereka? Berikut ciri-cirinya...

Artikel Selanjutnya

Waktu Mustajab Do’a

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.