Muslimah.or.id
Donasi Muslimah.or.id
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
MUBK Februari 2023 MUBK Februari 2023

Benci Poligami, Istri Kafir?

Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA. oleh Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA.
12 Februari 2019
Waktu Baca: 3 menit
2
14
SHARES
77
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Terbayang seorang suami yang menuduh istrinya telah melakukan pembatal Islam. Pasalnya sang istri tidak merestui suaminya berpoligami. Padahal poligami disyariatkan Allah dalam Al-Qur’an. Istri yang membenci poligami, berarti membenci apa yang disyariatkan Allah. Dan itu kekufuran, pembatal islam.

Berikutnya, sang suami akan membawakan dalil-dalil tentang ancaman membenci apa yang Allah syariatkan. Diantaranya,

Firman Allah,

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).

Atau firman Allah tentang sifat orang kafir,

أَمْ يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ

“Apakah patut mereka berkata: “Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.” sebenarnya Dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.” (QS. Al-Mukminun: 70).

Karena itu, istri wajib mencintai poligami, agar istri tidak membenci syariat Allah tentang poligami. Bagian dari cinta pada poligami, istri wajib mendukung suaminya berpoligami…

Kira-kira itulah salah satu jurus andalan yang digunakan para lelaki yang sudah ngebet poligami, tapi terganjal restu istri.

Benci itu Ada Dua

Rasanya berat ketika cinta harus terbagi. Kebanyakan wanita tidak akan rela jika suaminya harus dibagi. Meskipun banyak juga yang sanggup bersabar ketika suaminya melakukan poligami.

Namun, terlepas dari masalah kesabaran, sejatinya menuduh istri telah melakukan pembatal Islam karena tidak merestui suami melakukan poligami adalah tuduhan yang jauh dari kebenaran.

Karena tidak semua kebencian semacam ini bernilai pembatal Islam. Bahkan ada kebencian yang itu dialami para sahabat.

Allah berfirman tentang perang,

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Sementara boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, Padahal itu amat buruk bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Anda bisa perhatikan, “padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci” kalimat ini sebagai keterangan pernyataan sebelumnya, “Diwajibkan atas kalian berperang.”

Apakah berarti sahabat membenci apa yang Allah wajibkan? Padahal itu kekufuran?

Kita akan simak jawaban pertanyaan ini dari keterangan al-Baghawi dalam tafsirnya,

قوله تعالى: { وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ } أي شاق عليكم قال بعض أهل المعاني: هذا الكره من حيث نفور الطبع عنه لما فيه، من مؤنة المال ومشقة النفس وخطر الروح، لا أنهم كرهوا أمر الله تعالى

Firman Allah (yang artinya), “berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci.” maksudnya, jihad itu berat bagi kalian. Kata sebagian ahli tafsir, kebencian ini karena secara naluri, manusia tidak menyukai perang. Karena harus mengeluarkan banyak biaya, membebani diri, dan membahayakan jiwa. Bukan karena mereka membenci apa yang Allah perintahkan. (Ma’alim at-Tanzil, 1/246).

Bahkan, adanya perasaan tidak suka ketika seseorang melaksanakan ibadah yang tidak dia sukai, akan menambah nilai pahalanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan tawaran kepada para sahabat,

أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟

“Maukah kutunjukkan kepada kalian amalan yang bisa menghapus dosa dan mengangkat derajat?”

Kemudian beliau jelaskan, salah satunya,

إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ

“Menyempurnakan wudhu dalam kondisi tidak suka.” (HR. Muslim 251).

Berangkat dari sini, ulama membagi kebencian ada dua (simak: al-Ilmam bi Syarh Nawaqid al-Islam, hlm. 166 – 167),

Pertama, benci yang merupakan pembatal Islam

Inilah kebencian yang dialami orang munafiq dan kaum musyrikin yang menjadi musuh Islam. Kebencian yang berangkat dari permusuhan mereka terhadap Islam atau kaum muslimin. Sehingga apapun yang itu menjadi ajaran Islam, mereka benci dan mereka tolak. Sekalipun itu sangat adil dan bijak.

Sehingga apapun yang itu datang dari Islam, mereka akan berusaha mengkritiknya. Mencari sejuta celah untuk menyudutkan ajaran Islam dan kaum muslimin.

Orang Yahudi dan Nasrani mempermasalahkan poligami yang dilakukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal para Nabi yang mereka agungkan, juga melakukan poligami. Seperti Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Sulaiman dan yang lainnya. Dan mereka tidak pernah mempermasalahkan itu.

Ketika tokoh dakwah islam yang anti-liberal melakukan poligami, sejuta suara sumbang orang JIL berbondong-bondong meneriakkan HAM, pelecehan, dan celoteh yang keluar dari mulut kotor mereka.

Sementara mereka diam bahwa ternyata mantan presiden Soekarno juga punya banyak istri, Eyang Subuh punya banyak istri. Jadinya, bukan poligami yang mereka musuhi, tapi dakwah kebenaran.

Ketika pembangunan satu gereja dipermasalahkan di daerah Nasrani minoritas, sekelompok liberal mewakili corong kafir mengajukan protes. Di saat masjid di Papua dibakar, mereka tutup mulut, dan bahkan menyalahkan kaum muslimin.

Jadi, bukan kekerasan yang mereka benci. Namun kekerasan yang dilakukan kaum muslimin.

Kedua, benci yang merupakan bagian dari tabiat manusia.

Itulah perasaan tidak suka terhadap dampak buruk dan beban berat dari adanya perintah syariat.

Bukan karena dia membenci aturan dan perintah Allah. Namun yang tidak dia sukai adalah unsur masyaqqah (beban berat) sebagai konsekuensi dari adanya perintah itu.

Tabiat manusia tentu tidak suka menahan haus, atau lapar. Meskipun setiap muslim tidak membenci syariat puasa.

Naluri manusia cinta harta dan tidak ingin hartanya berkurang. Meskipun setiap mukmin tidak akan membenci adanya syariat zakat.

Sehingga, benci karena tabiat adalah benci karena masyaqqah (beban berat) dalam aturan syariat. Sebagaimana yang terjadi pada para sahabat, yang mereka membenci perang, padahal itu diwajibkan.

Kesimpulan:

Istri membenci poligami, bukan karena dia benci syariat Allah tentang poligami. Tapi istri tidak suka ketika cinta suaminya dibagi. Dan ini bukan benci kepada syariat, tapi benci terhadap dampak dari poligami.

Allahu a’lam.

***

Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel muslimah.or.id

Tags: Poligamipoligami dalam islamrumah tangga islamtaadud
Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id
Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA.

Ustadz Ammi Nur Baits, ST., BA.

S1 Al Madinah International University

Artikel Terkait

Cinta Lama Bubarkan Keluarga

Cinta Lama Bubarkan Keluarga

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
10 November 2022
0

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Sadarlah dari mabukmu wahai orang yang lalai dan yakinlah bahwa sebentar lagi kamu akan berpisah dengan...

Apakah Wajah Wanita Harus Ditutup

Apakah Wajah Wanita Harus Ditutup

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
16 November 2022
0

Tanya: Apakah wanita harus menutup wajahnya? Jawab: Menurut kami, tak ada seorang pun sahabat yang mewajibkan para wanita menutup wajahnya....

Wanita Kurang Akal dan Agamanya

Wanita Kurang Akal dan Agamanya

oleh Rinautami Ardi Putri
4 November 2022
0

Status wanita yang kurang akal dan agamanya ini tidak berkonsekuensi bolehnya menghina wanita dengan hal tersebut. Wanita mempunyai perasaan sebagaimana...

Artikel Selanjutnya
Allah Membagi Amalan Sebagaimana Membagi Rezeki

Bolehkah Membaca Al Qur'an Dan Bacaan Shalat Dalam Hati?

Komentar 2

  1. Fatihdaya Khoirani says:
    7 tahun yang lalu

    Memang demikian yang ustadz jelaskan dan tegaskan dalam tulisan di atas bahwa jika kebencian istri kepada poligami hanya karena naluri bahwa dia tidak suka cinta suaminya dibagi, bukan karena mengharamkannya atas sebab dia membenci syariat poligami, maka itu tidak dianggap bahwa istri telah kafir karena dia melakukan pembatal keislaman.

    Balas
  2. abu_herbal says:
    7 tahun yang lalu

    Artikel yg sngat bgus….

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id
Muslimah.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah

© 2023 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.