Dakwah salaf adalah dakwah pembaharuan, memperbaharui kembali ajaran yang telah dikotori oleh pengajaran syirik, bid’ah dan khurafat. Kata pepatah minang, “membangkit batang teredam”, batang yang selama ini telah tumbang dimakan oleh kumbang zaman dan telah lapuk ditelan usia, sekarang diangkat kembali, diperbagus kembali.
Bukan pembaharuan seperti orang yang memakai pakaian, ketika telah terasa sempit, ia buang lalu ia ganti dengan pakaian lain. Tidak begitu, kalau ada pakaian yang tidak pernah usang dimakan zaman dan sesuai dengan semua orang maka ia adalah pakaian Islam. Dia hanya membutuhkan orang-orang yang membersihkan dan mencuciya dari kotoran dan daki yang melekat.
Bagaimana Salaf memulai ishlah (perbaikan)? Dengan apa mereka mempersenjatakan diri? Sarana apa yang mereka pergunakan?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Salaf mempunyai dua metode, yakni metode yang telah dipraktekkan oleh pendahulu mereka dan telah dilalui oleh para Nabi dan Rasul, yaitu:
Metode At-Tashfiyah
At-Tashfiyah dari kata ‘shaffa’ secara bahasa bermakna menyaring dan memurnikan, seperti orang yang hendak menyaring minyak dari sisa ampasnya. Dan secara istilah yaitu menyaring kembali Islam dari pemikiran dan ajaran, dan yang bukan berasal darinya.
Jarak masa antara zaman kita dengan zaman kenabian lebih dari 14 abad dan jarak antara negeri kita dengan negeri kenabian sangat jauh dipisahkan oleh samudera dan ribuan mil perjalanan. Dapat kita bayangkan bahwa keadaan masyarakat sudah begitu jahiliah. Sebagai perbandingan adalah masa setara kenabian Isa ‘alaihis sallam dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahala hanya dipisahkan dengan 7 abad dari pengajaran Isa ‘alaihis sallam, sedangkan antara negerinya dengan negeri Arab masih berdekatan. Berati penyelewengan pada masa sekarang ini sungguh dahsyat, wajah kebenaran sulit dikenali dengan banyaknya wajah-wajah kebathilan, sehingga keindahannya tertupi oleh rupa-rupa buruk kebathilan.
Diantara aspek-aspek pemurnian yang dilakukan oleh Salaf adalah:
- Aqidah Islam, yaitu dengan membersihkan aqidah Islam dari pemahaman dan pemikiran kelompok yang sesat, seperti Mu’tazilah, Khawrij, Jahmiyyah dan yang lainnya. Memurnikan Islam dari pengajaran yang dating dari luar Islam, seperti filsafat, adat dan kebudayaan umat lain. Seperti, pernyataan Allah ada di mana-mana dalam permasalahn shifat, atau mengkafirkan pelaku dosa besar dan sebagainya.
- As-Sunnah, yaitu membersihkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari hadits-hadits palsu, dha’if dan munkar. Seperti perkataan, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina,” atau “Perbedaan pendapat itu rahmat,” dan yang lainnya.
- Tafsir, yaitu membersihkan semua penafsiran terhadap Al-Qur’an yang tidak berdasarkan tafsir yang benar atau ta’wil yang salah dan juga membersihkan tafsir dari riwayat yang tidak shahih. Seperti kisah Tsa’labah bin Hatib radhiyallahu ‘anhu yang kufur nikmat, atau cerita khurafat tentang jenis kayu tongkat Musa ‘alaihis sallam atau warna anjing As-habul Kahfi dan sebagainya.
- Fikih, yaitu membersihkan semua pelajaran fiqih dari pengambilan dalil yang tidak shahih atau kekeliruan dalam berijtihad dan menjauhkan umat dari fanatik madzhab.
- Bahasa Arab, yaitu membersihkan berbagai istilah yang tidak ada asalnya dalam bahasa Arab yang telah disisipkan oleh pelaku kesesatan.
- Sirah an-Nabawiyyah dan sejarah Islam, yaitu membersihkan keindahan sejarah Islam dari tangan-tangan kebencian dan kedengkian. Seperti pertikaian para sahabat pada perang Jamal dan Shiffin.
Metode At-Tarbiyyah (Pembinaan)
Setelah Islam jelas bagi kita, telah nampak yang haq dan yang bathil, maka kita marilah melakukan pembicaraan di atas Islam yang telah bersih tadi. Seperti orang yang hendak mendirikan bangunan, setelah tampak baginya tempat tegaknya, telah nyata keras tanahnya, maka di atas itulah dibangun pondasi, sehingga ia kokoh tidak goyah, ia kuat tidak mudah runtuh.
Secara bahasa tarbiyah diambil dari kata rabba bermakna membentuk sesuatu secara bertahap sampai pada tingkat kesempurnaan. Dan secara istilah adalah upaya yang dilakukan dengan berbagai cara dan metode yang tidak bertentangan dengan syari’at dan membentuk manusia serta memeliharanya, sehingga ia menjadi tuan di permukaan bumi ini, sebagian tuan yang terikat dengan penghambaan diri yang sempurna kepada Allah Ta’ala.
Syaikh Ali Hasan rahimahullahu berkata, “Ini semua nyata bagi kita akan hakikat tarbiyah dan pengaruhnya, dan ia berpijak pada 3 landasan, yaitu:
- Pembinaan harus difokuskan dalam membangkitkan aqidah tauhid dan membersihkan kehidupan umat dari bid’ah dan penyelewengan sebagai muqaddimah untuk mempersiapkan diri dalam mengemban Islam untuk kedua kalinya.
- Standar pembinaan yang benar adalah berdirinya tarbiyah berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dengan menyelaraskan penerapan Salaf, dan mengembalikan penyampaian ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah secara langsung, dengan mengacu kepada pemahaman Salafush Shalih dengan bantuan para ulama rabbani yang telah kenyang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
- Pembinaan tidak akan mungkin dipisahkan dengan masyarakat. Ia mempunyai kaitan erat dengan kehidupan keseharian dan ia dapat beradaptasi dari penaruh pemahaman, akhlaq, adat, kebudayaan sosial dan politik.
Siapa yang mengerti tentang landasan ini, berarti ia telah mengerti dengan sebenarnya tentang hakikat tarbiyah, dan ia yakin bahwa yang dimaksud tarbiyah adalah pembinaan generasi muda di atas Islam yang telah dibersihkan dari semua yang telah kita sebutkan, dengan pembinaan yang benar semenjak ia kecil tanpa dipengaruhi oleh pendidikan Barat yang rusak”.
***
Diketik ulang dari buku “Untukmu Yang Berjiwa Hanif“, karya Ust. Armen Halim Naro rahimahullah, penerbit: Darul Ilmi Publishing
Artikel Muslimah.Or.Id