Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Empat Kaidah Penting dalam Memahami Syirik dan Tauhid (Terjemah Al-Qawaai’dul Arba’)

Ummu Diva oleh Ummu Diva
3 Januari 2015
di Akidah
2
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Kaidah pertama
  • Kaidah kedua
  • Kaidah ketiga
  • Kaidah keempat

Aku memohon kepada Allah yang Mulia, Rabb pemilik ‘arsy yang agung. Semoga Allah menjadikanmu wali di dunia dan akhirat dan menjadikan engkau orang yang mendapatkan berkah di manapun engkau berada. Dan menjadikan engkau orang yang bila mendapatkan nikmat selalu bersyukur, jika mendapatkan musibah senantiasa bersabar, jika berbuat dosa segera beristighfar. Maka sesungguhnya ini adalah tiga sumber kebahagiaan.

Ketahuilah -semoga Allah senantiasa menunjuki Anda dalam ketaatan kepada-Nya- bahwasanya milah Ibrahim yang lurus adalah engkau menyembah Allah semata dengan ikhlas. Itulah perintah Alllah kepada seluruh manusia dan itu pula tujuan makhluk diciptakan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dan jika Engkau telah mengetahui bahwasannya Allah menciptakanmu untuk menyembah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwasannya ibadah itu tidaklah dinamakan ibadah kecuali disertai tauhid. Sebagaimana shalat, tidaklah dinamakan shalat kecuali disertai dengan thaharah. Jika syirik bercampur dalam ibadah, ia akan merusaknya. Sebagaimana hadats membatalkan thaharah.

Donasi Muslimahorid

Maka apabila engkau telah mengetahui, bahwasanya syirik bila bercampur didalam ibadah ia dapat merusak ibadah itu, membatalkan amalan dan menjadikan pelakunya kekal didalam neraka, engkau akan mengetahui pentingnya atas kalian untuk mengenal dan mengilmui perkara ini. Semoga Allah senantiasa melepaskan engkau dari jeratan itu, yaitu syirik kepada Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni dosa selainnya, bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa’: 48)

Dan memahami perkara ini (syirik), yaitu dengan mengetahui empat kaidah. Sesuai dengan yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya:

Kaidah pertama

Hendaknya engkau mengetahui bahwasanya orang-orang kafir yang memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mereka meyakini bahwasanya Allah Ta’ala lah pencipta dan pengatur alam semesta. Akan tetapi, itu tidaklah menjadikan mereka Muslim. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ

“Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka menjawab “Allah”, maka katakanlah mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).” (QS. Yunus: 31)

Kaidah kedua

Sesungguhnya mereka berkata, “Kami menyembah mereka (tandingan-tandingan selain Allah) dan bersimpuh kepada mereka, adalah hanya untuk qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) dan meminta syafaat.”

Dalil tentang qurbah, firman Allah Ta’ala,

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidaklah menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3)

Dalil tentang syafaat, firman Allah Ta’ala,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemadaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan; dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus: 18)

Syafaat itu dibagi dua macam, yaitu syafa’at manfiyah dan syafa’at mutsbatah:

Pertama: Syafa’at manfiyah (yang tertolak), yaitu engkau meminta kepada selain Allah dalam perkara yang hanya Allah yang mampu melakukannya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual-beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 254)

Kedua: Syafa’at mutsbatah (syafaat yang ditetapkan) adalah syafaat yang diminta dari Allah dengan izin dari-Nya. Pemberi syafaat adalah pihak yang dimuliakan dengan syafaat dan yang diberi syafaat adalah pihak yang Allah ridai perkataannya dan perbuatannya, setelah adanya izin Allah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Siapakah yang dapat memberi syafaat kecuali dengan izin-Nya?” (QS. Al-Baqarah: 255)

Kaidah ketiga

Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam hidup di tengah berbagai macam manusia dalam peribadatan mereka. Di antara mereka ada yang menyembah malaikat; ada yang menyembah para Nabi dan orang-orang saleh; ada yang menyembah pohon dan batu; dan ada yang menyembah matahari dan bulan. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerangi mereka semua dan tidak membeda-bedakannya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah dan (sehingga) ketaatan itu semata-mata untuk Allah.” (QS. Al-Anfal: 39)

Dalil tentang penyembahan matahari dan bulan, firman Allah Ta’ala,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah, yang menciptakannya, jika hanya kepada-Nya saja kamu menyembah.” (QS. Fushilat: 37)

Dalil tentang penyembahan malaikat, firman Allah Ta’ala,

وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَاباً

“Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan.” (QS. Ali Imran: 80)

Dalil tentang penyembahan para Nabi, firman Allah Ta’ala,

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku, dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab, “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau mengetahui perkara-perkara yang gaib.” (QS. Al-Maidah: 116)

Dalil tentang penyembahan orang-orang saleh, firman Allah Ta’ala,

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ

“Orang-orang (saleh) yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (QS. Al-Isra’: 57)

Dalil tentang penyembahan pohon dan batu, firman Allah Ta’ala,

أَفَرَأَيْتُمُ اللاَّتَ وَالْعُزَّى وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأُخْرَى

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Latta, Al-Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah?” (QS. An-Najm: 19-20)

Dan hadits Abi Waaqid Al-Laitsy,

خرجنا مع النبي صلى الله عليه وسلم إلى حنين ونحن حدثاء عهد بكفر، وللمشركين سدرة يعكفون عندها وينوطون بها أسلحتهم يقال لها ذات أنواط. فمررنا بسدرة فقلنا: يا رسول الله اجعل لنا ذات أنواط، كما لهم ذات أنواط

“Suatu saat kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuju ke Hunain, ketika itu kami baru saja terbebas dari kekafiran. Kaum musyrikin memiliki pohon bidara yang mereka jadikan tempat iktikaf, dan menggantungkan senjata mereka kepadanya. Pohon tersebut dinamakan “Dzatu Anwath”. Kemudian kami melalui sebatang pohon bidara, dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah untuk kami “Dzatu Anwath” sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.”

Kaidah keempat

Bahwasanya orang-orang musyrik di zaman ini lebih parah perbuatan syiriknya dari kaum Musyrikin terdahulu. Dikarenakan mereka (kaum Musyrikin terdahulu) menyekutukan Allah dalam keadaan lapang, tetapi ikhlas kepada Allah dalam keadaan sempit. Sedangkan orang-orang musyrik di zaman sekarang, mereka menyekutukan Allah terus-menerus dalam keadaan lapang maupun sempit. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan ikhlas kepada-Nya. Tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).“ (QS. Al-Ankabut: 65)

Washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallam.

***

Penerjemah: Ummu Nadhifah Endang Sutanti

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Ummu Diva

Ummu Diva

Artikel Terkait

Bagaimana Seharusnya Membela Nabi?

oleh Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi
5 November 2020
0

Membela Nabi harus dengan cara yg benar, tidak serampangan dan emosi, asal bunuh, demonstrasi dan lain sebagainya.

Berlebih-Lebihan Terhadap Kuburan Orang-Orang Saleh

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
11 Desember 2011
9

Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali,...

Pembagian Tauhid dalam Al-Qur’an

oleh Adika Mianoki
7 Februari 2015
5

Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Pembagian...

Artikel Selanjutnya
Nama-nama Nabi Muhammad

Nama-nama Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi Wasallam

Komentar 2

  1. desain web profesional says:
    11 tahun yang lalu

    Subhanallah… bagus sekali….

    Balas
  2. irmaone says:
    7 tahun yang lalu

    di kaidah keempat sepertinya ada yang kurang yaitu :
    Bahwasanya orang-orang musyrik di zaman ini (kurang INI)

    pada artikel :
    Kaidah keempat
    Bahwasanya orang-orang musyrik di zaman lebih parah perbuatan syiriknya dari kaum Musyrikin terdahulu.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.