Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Muawiyah, Gerbang Kehormatan Sahabat (Bag. 1)

Athirah Mustajab oleh Athirah Mustajab
3 Maret 2014
di Manhaj
5
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Hadis yang ”dituduh” mencela Muawiyah
  • Hadis tentang keutamaan Muawiyah

Bismillah wash-shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Muawiyah bin Abi Sufyan, salah satu sahabat yang banyak dijadikan sasaran kezaliman kaum muslimin dari masa ke masa. Terlebih ketika ajaran sekte syiah mulai banyak mempengaruhi pemikiran kaum muslimin. Semangat untuk mencela Muawiyah semakin berkobar.

Bagi syiah Indonesia, untuk bisa mencela Abu Bakar, Umar, dan Utsman butuh banyak mempertimbangkan risiko sebab kaum muslimin masih sangat loyal kepada mereka. Sebagai langkah awal, mereka arahkan pemikiran kaum muslimin untuk menjatuhkan karakter sahabat Muawiyah radhiyallahu ‘anhu, atas nama cinta ahlul bait. Setelah mereka berani mencela satu sahabat, selanjutnya mudah bagi syiah untuk mengarahkan mereka agar mencela sahabat lainnya.

Muawiyah radhiyallahu ‘anhu adalah gerbang kehormatan bagi sahabat lainnya.

Abu Taubah Al-Halabi mengatakan, ”Sesungguhnya Muawiyah bin Abi Sufyan adalah tabir bagi para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang menyingkap tabir itu, dia akan menyakiti kehormatan orang yang berada di balik tabir.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 8: 139)

Hadis yang ”dituduh” mencela Muawiyah

Satu-satunya hadis sahih yang dianggap menjadi celaan bagi Muawiyah adalah hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu; beliau menceritakan,

Donasi Muslimahorid

”Saya bermain dengan anak-anak, lalu datang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku bersembunyi di balik pintu. Kemudian beliau mengusap punggungku. Beliau menyuruhku, ‘Panggilkan Muawiyah untuk menemuiku!’ Aku pun memanggilnya dan kembali kepada beliau, ’Dia sedang makan.’ Beliau mengulangi lagi, ‘Panggilkan Muawiyah untuk menemuiku!’ Aku pun memanggilnya dan kembali kepada beliau, ’Dia sedang makan.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

لَا أَشْبَعَ اللهُ بَطْنَهُ

‘Semoga Allah tidak mengenyangkan perutnya.‘” (HR. Muslim no. 2604)

Hadis ini dijadikan dalil untuk mencela bahkan meng-kafir-kan Muawiyah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dianggap, ed.) mendoakan “keburukan” untuknya; semua yang didoakan keburukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekalipun hanya “ancaman perut” berarti telah dimusuhi, oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun ternyata pemahaman ”kasar” semacam ini adalah pemahaman yang salah. Justru para ulama menjadikan hadis ini sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan Muawiyah. Mengapa bisa demikian?

1. Imam Muslim, mengumpulkan hadis ini dalam deretan hadis tentang orang yang dicela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun didoakan kebaikan untuknya. Dalam Shahih Muslim, hadis ini masuk dalam bab:

بَابُ مَنْ لَعَنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوْ سَبَّهُ، أَوْ دَعَا عَلَيْهِ، وَلَيْسَ هُوَ أَهْلًا لِذَلِكَ، كَانَ لَهُ زَكَاةً وَأَجْرًا وَرَحْمَةً

”Orang muslim yang dicela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau yang didoakan keburukan, sementara dia tidak berhak untuk itu, maka celaan dan doa buruk itu menjadi penyuci, sumber pahala, dan rahmat baginya.”

Dalam banyak riwayat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa kepada Allah, yang itu menjadi syarat beliau di hadapan Allah,

اللهُمَّ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ، فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ سَبَبْتُهُ، أَوْ لَعَنْتُهُ، أَوْ جَلَدْتُهُ، فَاجْعَلْهَا لَهُ زَكَاةً وَرَحْمَةً

”Ya Allah, saya hanyalah manusia. Maka siapa pun kaum muslimin yang aku cela, yang kulaknat, atau yang kucambuk, jadikanlah itu penyuci dan rahmat baginya.” (HR. Muslim no. 2601)

Dalam riwayat lain,

فَاجْعَلْهُ لَهُ زَكَاةً وَأَجْرًا

”Jadikanlah itu penyuci dan sumber pahala baginya.” (HR. Muslim no. 2600)

An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengatakan, “Imam Muslim memahami dari hadis ini bahwa Muawiyah mengalami kasus ‘orang yang tidak berhak untuk mendapatkan doa keburukan.’ Karena itulah, beliau masukkan dalam bab ‘Orang muslim yang didoakan keburukan, sementara dia tidak berhak.’ Bahkan beliau jadikan hadis ini sebagai keutamaan Muawiyah, karena doa buruk itu menjadi doa kebaikan baginya.” (Syarh Shahih Muslim, 16: 156)

Hal yang sama juga disampaikan oleh Al-Hafizh Adz-Dzahabi ketika menjelaskan hadis di atas, “Barangkali ini keutamaan Muawiyah, berdasar doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ya Allah, siapa saja yang aku laknat atau aku cela, maka jadikanlah hal itu sebagai penyuci dan rahmat baginya.’” (At-Tadzkirah, 2: 699)

Sebelumnya, perlu kita garis bawahi bahwa doa ini berlaku untuk mereka yang tidak berhak mendapatkan celaan, seperti para sahabat beliau yang beliau marahi disebabkan kekeliruan yang tidak disengaja. Sedangkan ada orang yang memang berhak mendapatkan doa buruk beliau, seperti orang kafir atau orang munafik.

2. Doa semacam ini juga terjadi pada sahabat yang lain, misalnya kalimat “tsaqilatka ummuk” (semoga ibumu kehilanganmu); ini doa agar dia mati. Atau doa “la kaburat sinnuk” (usiamu pendek). Doa-doa semacam ini merupakan doa keburukan, yang akan menjadi kebaikan bagi orang yang didoakan.

Hadis tentang keutamaan Muawiyah

Sebagian simpatisan syiah mengklaim, tidak banyak hadis yang menyebutkan keutamaan Muawiyah. Bahkan ada yang menegaskan ”tidak ada hadis sahih yang menyebutkan keutamaan Muawiyah sama sekali”. Tentu saja pernyataan kedua ini tidak bisa kita benarkan, karena kenyataannya terdapat hadis yang menjelaskan keutamaan Muawiyah.

Sementara pernyataan ”tidak banyak hadis tentang keutamaan Muawiyah” tidaklah menunjukkan celaan bagi Muawiyah. Justru ini pujian bagi beliau, karena Muawiyah radhiyallahu ‘anhu pernah menjadi Khalifah bani Umayyah, yang memimpin selama bartahun-tahun. Bisa saja, dia memerintahkan beberapa rakyatnya untuk membuat hadis palsu yang mengunggulkan dirinya atau menyebutkan tentang keutamaannya. Akan tetapi, beliau tidak melakukan hal ini. Berbeda dengan kelakuan orang syiah yang hobi berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian, terdapat beberapa hadis yang menyebutkan doa baik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Muawiyah. Di antaranya,

Pertama, hadis dari Abdurrahman bin Abi Amrah Al-Azdi radhiyallahu ‘anhu,

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِمُعَاوِيَةَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِ بِهِ

”Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau pernah menyebut nama Muawiyah, lalu beliau mendoakan ‘Ya Alah, jadikanlah dia pemberi petunjuk yang terbimbing dengan petunjuk, dan berikanlah petunjuk (kepada orang lain) karena Muawiyah.’” (HR. Ahmad no. 17895; Tirmidzi no. 3842. Sanad hadis ini dinilai sahih oleh Syuaib Al-Arnauth)

Dalam riwayat lain, yang disebutkan oleh Al-Ajurri dalam kitabnya, Asy-Syari’ah, terdapat tambahan,

”Dan Engkau jangan menghukum Muawiyah.” (Asy-Syari’ah lil Ajurri, 5: 2436)

Ibnu Hajar Al-Haitami mengumpulkan hadis ini dalam hadis tentang keutamaan Muawiyah yang yang paling menonjol. Kemudian beliau mengatakan, ”Orang yang Allah beri dua sifat ini pada dirinya – pemberi petunjuk yang terbimbing – bagaimana mungkin bisa dibayangkan seperti yang diucapkan penganut kebatilan dan orang yang menentang Islam?” (Tathhir Al-Lisan, hal. 14)

Kedua, hadis dari Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu,

”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil kami untuk sahur bersama di bulan Ramadan,

هَلُمُّوا إِلَى الْغَدَاءِ الْمُبَارَكِ

‘Mari menyantap hidangan makanan yang diberkahi (sahur).’

Kemudian aku mendengar beliau berdoa,

اللَّهُمَّ عَلِّمْ مُعَاوِيَةَ الْكِتَابَ وَالْحِسَابَ، وَقِهِ الْعَذَابَ

‘Ya Allah, ajarkanlah Muawiyah menulis, perhitungan, dan lindungilah dia dari siksa neraka.’” (HR. Ahmad no. 17162; Ibnu Hibban no. 7210; Ibnu Khuzaimah no. 1938; dinilai sahih oleh Al-Albani)

Setidaknya ada dua keutamaan Muawiyah dalam hadis ini:

1. Beliau termasuk salah satu sahabat yang diundang untuk makan sahur bersama beliau, yang beliau sebut sebagai makanan berkah. Ini menunjukkan bahwa Muawiyah bukan orang munafik, karena orang munafik tidak shalat subuh. Sementara Muawiyah sudah ada di masjid sebelum subuh, bahkan ikut sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar Muawiyah diajari ilmu menulis, ahli dalam menghitung, dan dilindungi dari neraka.

Beliau didoakan agar pandai menulis, karena Muawiyah termasuk sahabat yang menjadi sekretaris Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam As-Sindi memberikan ulasan menarik tentang doa ini; beliau mengatakan, ”Doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar (Muawiyah, ed.) diajari menulis dan menghitung, karena para pemimpin butuh ilmu ini. Sementara beliau (Muawiyah, ed.) dimintakan perlindungan dari azab, artinya permohonan ampunan untuk segala pelanggaran dalam memimpin. Karena umumnya, hal-hal semacam ini tidak bisa lepas dari pemimpin.” (Ta’liq Musnad Ahmad, 28: 382)

[Bersambung]

LANJUT KE BAGIAN 2

***

Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel www.muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Athirah Mustajab

Athirah Mustajab

Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, editor Pustaka Muslim, penulis di WanitaShalihah.com

Artikel Terkait

Kaidah-Kaidah Memahami Hakikat Istiqomah (Bag. 2)

oleh Titi Komalasari
5 April 2019
0

Hakikat istiqomah adalah berada di atas manhaj dan jalan yang lurus.

Belajar Agama kepada Siapa? (Bag. 1)

oleh Atma Beauty Muslimawati
5 Desember 2019
0

Ilmu adalah bagian dari agama, karena itu perhatikan, dari mana kalian mengambil agama kalian.

Hukum Merayakan Tahun Baru

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
30 Desember 2009
9

Penghujung tahun dan hari pertama tahun baru Masehi merupakan momen yang sangat berharga bagi sebagian orang. Mereka pun menyiapkan segala...

Artikel Selanjutnya
tanda akhlak yang baik

Tanda Akhlak yang Baik

Komentar 5

  1. Dwi says:
    11 tahun yang lalu

    jazakallah khayr

    Balas
  2. Jeng Riska says:
    11 tahun yang lalu

    wah.. Sejarah Islam. dulu sewaktu masih sekolah madrasah. hee

    Balas
  3. hardi says:
    11 tahun yang lalu

    masya Allah, artikelnya bagus tad, syukron jaziilan…..!!!

    Balas
  4. raju says:
    10 tahun yang lalu

    Sayangnya trjdi kontroversi muawiyah setelah perang siffin

    Balas
  5. syukur says:
    10 tahun yang lalu

    Jazakallahu khair atas ilmunya ttg Sahabat Muawiyah. sy usul link ttg Muawiyah, Gerbang Kehormatan Sahabat (2) ditampilkan dlm baris “artikel terkait”, shg pembaca bisa dg mudah melanjutkan bacaannya ke artikel yg ke dua tsb. shg segala fitnah ttg Sahabat Muawiyah bisa terjawab.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.