Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Bagaimana Aku Menjadi Orang yang Mukhlis dalam Setiap Amalku?

Ummu Sa'id oleh Ummu Sa'id
7 Februari 2013
di Akidah
2
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Doa
  • Menyembunyikan amal
  • Memperhatikan amalan mereka yang lebih baik
  • Memandang remeh apa yang telah diamalkan
  • Khawatir kalau-kalau amalnya tidak diterima
  • Tidak terpengaruh dengan ucapan orang
  • Senantiasa ingat bahwa surga dan neraka bukan milik manusia
  • Ingatlah bahwa Anda akan berada dalam kubur sendirian

Setan senantiasa menghadang langkah manusia untuk merusak amal saleh mereka, dan seorang mukmin akan senantiasa dalam jihad melawan iblis musuhnya hingga ia berjumpa dengan Rabb-Nya kelak dalam keadaan beriman dan ikhlas semata karena-Nya dalam setiap amalnya. Di antara hal-hal yang dapat menimbulkan keikhlasan adalah:

Doa

Hidayah semua ada di tangan Allah dan hati manusia berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah Yang Maha Pengasih, Ia membolak-balikkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, kembalilah kepada Dzat yang seluruh hidayah berada di tangan-Nya, tampakkanlah rasa butuh dan kehinaanmu kepada-Nya, mintalah dari-Nya keikhlasan senantiasa. Konon doa ‘Umar Ibnul Khatthab radhiyallahu ‘anhu yang paling sering ia ucapkan ialah, “Ya Allah, jadikanlah amalku saleh semuanya, dan jadikanlah ia ikhlas karena-Mu, dan janganlah Engkau jadikan untuk seseorang dari amal itu sedikitpun.”

Menyembunyikan amal

Semakin tersembunyi suatu amalan -yang memang dianjurkan untuk disembunyikan- maka besar pula peluangnya untuk diterima dan semakin kuat pula untuk dilakukan dengan ikhlas. Orang yang benar-benar ikhlas suka untuk menyembunyikan amalnya sebagaimana ia suka untuk menutup-nutupi kejelekannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihin wa sallam,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَا

“Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka di bawah naungan-Nya di hari tiada naungan selain naungan-Nya: 1) pemimpin yang adil, 2) seorang pemuda yang dibesarkan dalam nuansa beribadah kepada Allah, 3) seorang laki-laki yang hatinya selalu terikat dengan masjid, 4) dan 5) dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena-Nya, 6) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita yang cantik dan terpandang, lalu (menolaknya dan) mengatakan, ”Aku takut kepada Allah”, dan 7) seseorang yang bersedekah dengan sesuatu, lalu ia berusaha menutupinya sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Donasi Muslimahorid

Bisyr Ibnul Harits berkata, “Jangan kau beramal supaya dikenang. Sembunyikanlah kebaikanmu seperti kamu menyembunyikan kejelekanmu”. Oleh karena itu, salat sunah di malam hari lebih diutamakan daripada yang di siang hari, seperti diutamakannya istigfar di waktu sahur dibanding dengan waktu-waktu lainnya karena yang demikian itu lebih bersembunyi dan lebih dekat dengan keikhlasan.

Memperhatikan amalan mereka yang lebih baik

Dalam beramal saleh jangan memperhatikan amalan orang-orang di zamanmu yang tertinggal olehmu dalam berlomba-lomba mendapat kebaikan, namun berkeinginanlah untuk selalu meneladani para Nabi ‘alaihissalam dan orang-orang saleh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, ‘Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an)’. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat.” (QS. Al-An’am: 90)

Bacalah biografi orang-orang saleh dari kalangan para ulama, ahli ibadah, orang-orang terpandang, dan orang-orang yang zuhud karena hal itu lebih berkesan untuk menambah keimanan dalam hati.

Memandang remeh apa yang telah diamalkan

Adalah sebuah kekeliruan tatkala seseorang merasa rida terhadapa dirinya. Orang yang memandang dirinya dengan penuh keridaan, berarti telah membinasakan dirinya sendiri. Dan orang yang memandang amalnya dengan rasa kagum, berarti telah mengikis keikhlasannya, atau bahkan keikhlasan itu telah tercabut darinya dan amalnya pun berguguran satu persatu. Sa’id bin Jubair berkata, “Ada seseorang yang masuk surga karena sebuah kemaksiatan yang dilakukannya dan ada seseorang yang masuk neraka karena sebuah kebaikan yang dilakukannya.” Orang-orang pun bertanya keheranan, “Bagaimana bisa begitu?” Maka lanjutnya, “Seseorang melakukan kemaksiatan, kemudian setelah itu ia senantiasa takut dan cemas terhadap siksa Allah karena dosanya itu, kemudian ia menghadap Allah lalu Allah mengampuninya karena rasa takutnya kepada-Nya. Dan seseorang berbuat suatu kebaikan, lalu ia senantiasa mengaguminya, kemudian ia pun menghadap kepada Allah dengan sikapnya itu, maka Allah pun mecampakkannya ke dalam neraka.”

Khawatir kalau-kalau amalnya tidak diterima

Anggap remehlah semua amalan yang telah Anda perbuat kemudian jadilah Anda orang yang senantiasa khawatir kalau-kalau amal Anda tidak diterima. Konon para Salaf sering mengucapkan doa mereka, “Ya Allah, kami memohon agar Engkau mengaruniai kami amal saleh dan menjaganya.” Di antara bentuk penjagaan tersebut ialah sirnanya sikap kagum dan bangga terhadap amalan pribadi, namun justru rasa khawatirlah yang tersisa kalau-kalau amalnya belum diterima.

Allah berfirman,

وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (QS. An-Nahl: 92)

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, “Yaitu mereka memberikan suatu pemberian dengan rasa khawatir dan resah kalau-kalau pemberian mereka tidak diterima, berangkat dari kekhawatiran mereka kalau mereka belum benar-benar memenuhi syarat diterimanya suatu pemberian.”

Al-Imam Ahmad bin Hambal dan At- Tirmidzi meriwayatkan bahwa Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Ya Rasulullah, (firman Allah yang berbunyi),

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (QS. al-Mukminun: 60)

Apakah orang itu orang yang kerjaanya mencuri, berzina, dan meminum khamr, lalu ia takut bila bertemu dengan Allah kelak?” Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Bukan begitu wahai puteri Ash-Shiddiq! Akan tetapi, mereka adalah orang yang senantiasa salat, puasa, dan bersedekah, tetapi mereka khawatir kalau-kalau amalan mereka tidak diterima Allah.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3: 248)

Dan tentunya keikhlasan membutuhkan perjuangan keras baik sebelum beramal, di saat beramal maupun sesudahnya.

Tidak terpengaruh dengan ucapan orang

Orang yang mendapatkan taufik ialah orang yang tidak terpengaruh dengan pujian orang. Kalau orang-orang memujinya ketika melakukan suatu kebaikan, maka hal tersebut justru menjadikannya lebih tawaduk dan takut kepada Allah. Dia yakin bahwa pujian orang hanyalah ujian belaka baginya, maka ia berdoa kepada Allah agar menyelamatkannya dari ujian ini, karena tidak ada yang pujiannya bermanfaat dan celaannya berbahaya selain Allah semata. Anggaplah seakan-akan manusia itu seluruhnya adalah penghuni kubur yang tidak dapat mendatangkan manfaat maupun menolak bahaya sedikitpun bagi Anda. Ibnul Jauzy berkata, “Bersikap acuh terhadap orang lain serta menghapus pengaruh dari hati mereka dengan tetap beramal saleh disertai dengan niat yang ikhlas dengan berusaha untuk menutup-nutupinya adalah sebab utama yang mengangkat kedudukan orang-orang yang mulia.” (Shaidul Khaathir, hal. 251)

Senantiasa ingat bahwa surga dan neraka bukan milik manusia

Apabila seseorang selalu ingat bahwa orang-orang yang selalu menjadi pusat perhatian (niat)nya dalam beramal akan sama-sama berdiri bersamanya di Padang Mahsyar kelak dalam keadaan takut dan telanjang bulat, ia akan sadar bahwa meniatkan suatu amal karena mereka adalah tidak pada tempatnya. Bagaimana tidak? Toh, mereka seluruhnya tidak kuasa meringankan atasnya dari kedahsyatan Padang Mahsyar! Bahkan mereka sama-sama berada dalam kegalauan tersebut. Jikalau Anda menyadari akan hal ini, Anda akan sadar pula bahwa mengikhlaskan amal berarti tidak meniatkannya melainkan bagi Dzat yang memilki surga dan neraka semata.

Maka wajib atas seorang mukmin untuk meyakini bahwa manusia tidak dapat memasukkan Anda ke dalam surga. Mereka pun tidak akan kuasa mengeluarkan Anda dari neraka ketika Anda meminta mereka untuk itu. Sekalipun seluruh manusia mulai dari Nabi Adam ‘alaihissalam hingga manusia terakhir berkumpul dan berdiri di belakang Anda, mereka tidak akan mampu mendekatkan Anda ke surga selangkah pun! Jadi, apa gunanya menaruh perhatian kepada mereka dalam beramal kalau mereka tidak berguna sedikitpun bagi Anda?

Ibnu Rajab berkata, “Barangsiapa salat, puasa, dan berdzikir namun meniatkannya untuk mencari perniagaan dunia, maka tidak ada kebaikan sedikitpun pada orang itu; yang demikian itu karena ia mendapat dosa karenanya sehingga amalan tersebut tidak bermanfaat baginya, dan tidak pula bagi orang lain.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 67)

Tambah lagi Anda tidak akan mendapatkan apa yang Anda cita-citakan dari mereka yang menjadi pusat perhatian niat Anda dalam beramal. Mereka bukannya memuji Anda, namun justru mencela dan mempermalukan Anda di hadapan mereka, hati mereka akan dipenuhi kebencian terhadap Anda.

Rasulullah bersabda,

َمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللهُ بِهِ 

“Barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan memperlihatkan kepada manusia bahwa orang tersebut beramal karena karena riya’.” (HR. Muslim)

Akan tetapi, kalau Anda ikhlas karena Allah, maka Allah akan mencintai Anda dan menjadikan manusia cinta kepada Anda. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)

Ingatlah bahwa Anda akan berada dalam kubur sendirian

Jiwa akan menjadi baik bila senantiasa ingat akan tempat kembalinya. Jika seorang hamba ingat bahwa ia akan berbantalkan tanah sendirian dalam kuburnya tanpa ada teman yang menghibur, ingat bahwa tidak ada yang berguna baginya selain amal salehnya, ingat bahwa seluruh manusia tidak berdaya meringankan sedikitpun siksa kubur darinya, ingat bahwa seluruh urusannya berada di tangan Allah, ketika itulah ia yakin bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali dengan mengikhlaskan seluruhnya amalnya hanya kepada Allah Yang Maha Pencipta semata. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan perjumpaan dengan Allah merupakan bekal paling bermanfaat dan paling menghantarkan seseorang untuk mencapai keistikamahan karena orang yang siap menghadap Allah hatinya akan terputus dari dunia dan seluruh isinya.” (Thariqul Hijratain, hal. 297)

***

Artikel Muslimah.or.id

Sumber: Diambil dari buku Langkah Pasti Menuju Bahagia (Judul asli  خطوات الى السعادة ) karya Dr. Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Qasim, terbitan Daar An-Naba’.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Ummu Sa'id

Ummu Sa'id

Artikel Terkait

Jika Masih Ada yang Bertanya-Tanya, “Di Manakah Allah?”

oleh Athirah Mustajab
30 Desember 2010
31

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam kitab beliau, Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, "Dan telah kami sebutkan bahwasanya di antara unsur iman...

Ketauhidan sesuai dengan fitrah manusia

Ketauhidan Itu Sesuai dengan Fitrah Manusia (Bag. 2)

oleh Retno Utami
18 November 2023
0

Salah satu tugas para nabi dan rasul adalah sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan untuk umat manusia. Allah Subhanahu wa...

Apakah Penyakit ‘Ain Bisa Melalui Foto?

oleh Ammi Nur Baits, ST., BA.
4 Mei 2013
0

Terkena ain tidak harus dengan cara melihat langsung korban ain. Namun bisa juga terjadi dengan membayangkan atau mengkhayalkan apa yang...

Artikel Selanjutnya

Fatwa Ulama: Bolehkah Bersumpah Atas Nama Ka’bah?

Komentar 2

  1. ahmad says:
    13 tahun yang lalu

    Aslm. Ustadz mau tanya, sebenarnya batasan ikhlas lillahi ta’ala itu seperti apa? Apakah ketika kita beribadah dan sebagian dr niat kita mengharap surga n terhindar neraka masih termasuk ikhlas krn Allah? Apakah ketika kita beribadah dan ada sebagian dr hati kita berharap Allah memberikan rezeki/ kemudahan di dunia karena amalan itu masih termasuk ikhlas krn Allah? Mhn jawabannya. Jzk

    Balas
  2. salon muslimah says:
    13 tahun yang lalu

    Alhamdulillah, terima kasih atas pencerahannya ukhti :)

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.