Baca seri sebelumnya: Saya, Anda, dan Kita Semua Akan Berada di Padang Mahsyar (Bag. 1)
Berapa lamakah manusia tinggal di dunia ini?
Di yaumul mahsyar manusia pun saling bertanya-tanya di antara sesama mereka berapa tahun sebenarnya kita tinggal di dunia ini?
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلْ الْعَادِّينَ قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلاً لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Allah bertanya, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” [1] (QS. Al-Mu’minun: 112-114)
Begitu pula diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada surah As-Sajdah dan An-Naazi’at,
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” [2] (QS. As-Sajadah: 5)
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” [3] (QS. An-Naazi’at: 46)
Saudariku muslimah..
Kalau kita menyadari bahwasanya tinggal di dunia hanya untuk waktu sore atau pagi saja jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat, akankah kita menggunakan waktu yang singkat ini hanya untuk mendapatkan kebahagiaan atau kenikmatan dunia yang hanya sesaat saja? Atau kita akan menggunakan waktu tersebut untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi? Kita harus berpikir berulang-ulang kalau waktu yang singkat ini hanya untuk memikirkan kehidupan yang sangat sebentar tersebut dan melupakan kehidupan yang abadi. Kalau demikian, berarti kita sedang menuju kepada murka Allah yang maha dahsyat.
Catatan amal dan perbuatan akan dikeluarkan
Dan ketika hari hisab telah datang, maka dipertontonkanlah kepada manusia seluruh perjalanan kehidupannya di muka bumi ini. Lengkap dengan seluruh catatan-catatan amalnya.
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِراً وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَداً
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabmu tidak menganiaya seorang juapun.” (QS. Al-Kahfi: 49)
Sadarilah, bahwasanya malaikat tidak sedikitpun meninggalkan pekerjaan mereka, melainkan seluruh perbuatan dan perkataan kita dicatat oleh mereka.
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)
Orang-orang yang menghiasi kehidupannya dengan kemaksiatan, kekufuran, penyelisihan terhadap syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan takut melihat apa yang ada di dalam catatan amal mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan dalam ayatnya,
فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً
“Maka Dia akan berteriak, “Celakalah aku.” (QS. Al-Insyiqaq: 11)
Saudariku Muslimah..
Apa yang telah dijelaskan diatas tadi bukanlah sekedar cerita kosong belaka. Akan tetapi, semua itu sebagai nasihat kepada kita agar jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan yang mengucapkan kalimat “Celakalah aku” pada saat di padang mahsyar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memperlihatkan neraka jahanam di yaumul mahsyar
Dan tahukah engkau duhai saudariku.. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan datangkan dan perlihatkan surga dan neraka di yaumul mahsyar sehingga akan ciutlah nyali yang melihatnya.
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى
“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” (QS. Al-Fajr: 23)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Didatangkan neraka di hari itu, dalam keadaan ia memiliki 70.000 tali kekang, setiap tali kekang diseret 70.000 malaikat.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)
Maka, apabila tali kekangan dilepaskan oleh malaikat, neraka akan menghancurkan apa yang ada di padang mahsyar. Berarti, ada 4,9 milyar malaikat Allah yg bertugas memegang neraka jahanam supaya tidak menghancurkan apa yang ada di sekitarnya. Subhanallah.. Pemandangan yang sangat dahsyat. Ditambah lagi saat kita mengingat dosa, kesalahan, dan ketidakpatuhan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, penentangan demi penentangan, pelanggaran demi pelanggaran terhadap syariat membuat nyali kita ciut dan bertanya-tanya akankah kita selamat dari neraka ini ataukah tidak?
Pada saat itu, manusia akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْأَنبَاء يَوْمَئِذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَاءلُونَ
“Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, “Apakah jawabanmu kepada para rasul? Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling tanya menanya.” (QS. Al-Qashash: 65-66)
Didatangkan para Malaikat dan Rasul
Begitu pula didatangkan para malaikat dan para Rasul untuk di tanyakan apakah mereka mendakwahkan kepada kekufuran sebagaimana yang diterangkan pada QS. Al-Maidah dan QS. As-Saba’.
وَإِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً مَّا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?” Isa menjawab, “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan, maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara-perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya, yaitu, “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah: 116-117)
Dan pada QS. As-Saba’,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعاً ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاء إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِم بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُم بِهِم مُّؤْمِنُونَ
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada Malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? Malaikat-malaikat itu menjawab, “Maha suci Engkau. Engkaulah pelindung Kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin [4]; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (QS. As-Saba’ 40-41)
[Bersambung]
***
Penulis: Yuhilda Ummu Izzah
Muraja’ah: Ustadz Abu Salman
Artikel Muslimah.or.id
Catatan kaki:
[1] Maksudnya: mereka hendaknya harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja. Oleh sebab itu, mereka seharusnya janganlah hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja.
[2] Maksud urusan itu naik kepadanya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat. Ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan keagungan-Nya.
[3] Karena hebatnya suasana hari berbangkit itu mereka merasa bahwa hidup di dunia adalah sebentar saja.
[4] Yang dimaksud “jin” di sini ialah jin yang durhaka, yaitu setan.
Referensi:
- Rekaman kajian Ustadz Maududi Abdullah hafizhahullahu Ta’ala.
- Dr. Ahmad Musthafa Mutawalli, Ta’liq: Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Syaikh Muhammad bin Nashiruddin al-albani, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Prahara Padang Mahsyar, Darul Ilmi Publishing.
- Yusuf bin ‘Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Hari Kiamat Sudah Dekat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor.
- Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Sudah Benarkah Aqidah Kita? “Meluruskan Kesalahan-Kesalahan Seputar Aqidah”, Pustaka Ash-Shahihah, Jakarta Timur.
- Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, Kumpulan khotbah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, Toobagus Publishing, Bandung.