Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Media Sosial: Pamer Amal untuk Motivasi atau Validasi?

Triani Pradinaputri oleh Triani Pradinaputri
8 Desember 2025
di Akhlak dan Nasihat
0
Pamer Amal
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Mencari perhatian dan tidak mau ketinggalan
  • Ketika kebiasaan menjadi kecanduan
  • Seorang muslim yang baik adalah yang selektif dalam perkara agama dan dunianya
  • Ketika seseorang membutuhkan respon atau validasi
  • Para salaf sangat berusaha dalam menyembunyikan amal saleh mereka
  • Kisah salaf dalam menyembunyikan amal

Satu alasan mengapa orang membagikan emosinya di media sosial, berdasarkan artikel di dalam Journal of Experimental Social Psychology adalah karena berbagi di sosial media akan menghubungkan kepada respon yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri. Maka, seiring banyaknya orang yang menyukai dan mengikutinya di media sosial, akan memberikan pengaruh yang besar mengapa orang berbagi di media sosial. Semakin banyak pengguna media sosial yang memberikan respon positif, maka dia akan berbagi lagi dan lagi.

Mencari perhatian dan tidak mau ketinggalan

Orang-orang umumnya membagikan beberapa luapan emosi untuk mencari respon atas hal tersebut. Sejak media sosial menjadi pusat komunikasi, mungkin suatu hal yang wajar jika seseorang termotivasi untuk membagikan kondisinya agar ia bisa terhubung dengan orang lain. Namun, jika mencari respon orang lain terus menerus melalui media sosial, maka akan menimbulkan masalah psikologis tertentu.

Ketika kebiasaan menjadi kecanduan

Kecanduan media sosial sama halnya dengan kecanduan gawai pintar (smartphone). Seseorang bisa menghabiskan waktunya berjam-jam tanpa dia sadari untuk berhadapan dengan layarnya. Kecanduan ini bertingkat-tingkat sesuai dengan informasi demografi sosial suatu wilayah. Satu alasan yang lain, termasuk rasa takut akan ketinggalan informasi (Fear Of Missing Out (FOMO)) adalah bagian dari kecanduan bermedia sosial. [1]

Dari sini, kita menyimpulkan bahwa setidaknya ada dua alasan orang kecanduan media sosial, yaitu untuk mencari perhatian dan tidak mau ketinggalan informasi. Perhatian dan informasi terkini, mungkin adalah hal yang penting. Namun, jika hal ini menjadi candu, maka hal tersebut bukan lagi perkara yang penting. Banyak waktu yang hilang, sehingga waktu yang seharusnya kita gunakan untuk hal yang lebih prioritas akan habis. Dan waktu tidak akan bisa kembali lagi.

Seorang muslim yang baik adalah yang selektif dalam perkara agama dan dunianya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Pre Order Kalender 2026

من حسن إسلام المرء, تركه ما لا يعنيه

“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi dan lainnya, hadis hasan)

Makna hadis ini, bahwasanya muslim yang baik adalah yang meninggalkan sesuatu yang tidak penting pada perkara agama dan dunianya. Baik itu ucapan, maupun perbuatan. Dan sebaliknya, muslim yang baik adalah yang berusaha dengan sungguh-sungguh dalam apa yang bermanfaat baginya, baik dunia maupun agamanya. [2]

Ketika seseorang membutuhkan respon atau validasi

Validasi atau respon positif adalah hal yang diperlukan dalam proses belajar. Maka, tak jarang, seorang anak kecil sangat membutuhkan hal tersebut. Dia akan tau kapan dia harus menangis, kapan harus kuat, kapan harus melangkah. Namun seiring dengan kedewasaan diri, validasi dari orang lain tidak lagi diperlukan. Bahkan, validasi yang melampaui batas akan memunculkan sifat narsistik pada diri seseorang. [3]

Kesenangan dalam mendapatkan validasi adalah hal yang memabukkan, penuh dengan janji-janji manis, dan akan sulit untuk lepas dari hal tersebut. Meskipun dirimu merasa puas dengan keadaan sosial yang ada, namun kau tetap akan mencari sebuah pujian dan penghargaan yang lebih dan lebih lagi. Seperti hewan yang sedang mengemis perhatian kepada orang lain agar orang tersebut mau memberikan makan untuknya. [4]

Para salaf sangat berusaha dalam menyembunyikan amal saleh mereka

Keadaan kita saat ini mungkin sudah sangat jauh dari keadaan para salaf yang mulia. Mungkin banyak orang yang telah mengenal akidah yang benar, tauhid yang benar, baik tauhid rububiyyah, uluhiyyah, juga asma’ dan shifat. Namun, dalam masalah akhlak dan karakter, mungkin tidak sebanyak itu. Padahal, meneladani mereka dalam akhlak dan karakter tidak kalah penting dibandingkan dengan meneladani mereka dalam masalah akidah.[5] Dari Sa’ad bin Waqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ اللهَ يُحِبُّ الغنِيَّ التقِيَّ الخفِيَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa lagi kaya dan suka sembunyi-sembunyi dalam beramal.” (HR. Muslim no. 2965)

Kisah salaf dalam menyembunyikan amal

Ini hanya sebagian kecil dari kisah salaf dalam menyembunyikan amalnya. Dari Bakr bin ‘Azim beliau berkata, “Ar-Rabi’ tidak pernah terlihat melakukan salat sunah di dalam masjid kecuali sekali saja.”

Maksudnya di sini adalah, sahabat yang mulia, Ar-Rabi’, sangat ingin menyembunyikan salat sunahnya, sehingga ia tidak melakukan hal tersebut di dalam masjid. Karena jika dilakukan di dalam masjid, pasti akan ada yang melihat. Beliau lakukan salat sunah di dalam rumahnya.

Dari Sufyan, beliau mengatakan, pembantunya Ar-Rabi’ bin Khutsaim mengabarkan aku, “Amalannya Ar-Rabi’ semuanya tersembunyi. Ketika ada seseorang yang mendatanginya ketika ia sedang membuka mushafnya, maka dia segera menutupi dengan bajunya.” (Shifwatus Shafwah, 3: 61)

Dari Mundzir, dari Ar-Rabi’ bin Khutsaim mengatakan,

كل ما لا يبتغي وجه الله عز وجل يضمحل

“Semua hal yang yang tidak mengharapkan wajah Allah ‘Azza wa Jalla, maka akan sirna.” (Shifwatus Shofwah, 3: 61)

Dari Abu Hamzah Ats-Tsumaliy, ia mengatakan, “Dahulu Ali bin Husain menggendong karung berisi roti di atas punggungnya di malam hari, dan bersedekah dengannya. Dia mengatakan,

إن صدقة السر تطفىء غضب الرب عز وجل

“Sesungguhnya sedekah sembunyi-sembunyi itu akan memadamkan murka Allah ‘Azza wa Jalla.” (Shifatus Shafwah, 2: 96)

Dari Abu Aisyah, “Ayahku mengatakan, “Aku mendengar penduduk Madinah mengatakan, “Sudah tidak ada lagi sedekah yang diberikan sembunyi-sembunyi sampai wafatnya Ali bin Husain.” (Shifatus Shofwah, 2: 96)

Inilah keadaan para salaf dalam beramal. Mereka berusaha dalam menyembunyikan amal mereka sampai akhir hayat mereka. Tidak peduli apa pandangan manusia, karena amal mereka ikhlas karena Allah. Mereka tidak butuh dilihat, tidak butuh dipuji, tidak butuh divalidasi manusia. Validasi, pujian, dan kasih sayang itu hanya mereka harapkan datang dari Allah Ta’ala yang Maha Melihat. Sehingga mau dipuji atau pun tidak, mereka tetap akan beramal. Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan,

ترك النظر إلى الخلق ومحو الجاه من قلوبهم بالعمل وإخلاص القصد وستر الحال وهو الذي رفع من رفع

“Meninggalkan ketenaran pada manusia, menghapus kebodohan dari hati dengan amal dan mengikhlaskan niat, menutupi apa yang ada sekarang, itulah yang dapat meninggikan derajat seseorang.” (Shaidul Khatir, hal. 264) [6]

Baca juga: Waspadai Penyimpangan di Sosial Media

***

Penulis: Triani Pradinaputri

Artikel Muslimah.or.id

 

Catatan kaki:

[1] King University Online, 2019, The Psychology of Social Media. Diakses pada tanggal 12 September 2025.

[2] Al-Badr, Abdurrazaq bin Abdul Muhsin. Fathul Qowiyyil Matin, hal. 131.

[3] Greenberg, Ellnor. 2025. Why Do Narcissists Need Other People to Validate Them? Psychology Today. Diakses tanggal 26 April 2025.

[4] Volpe, Allie. 2025. Validate me, please! Artikel Vox. Diakses tanggal 12 September 2025.

ِ[5] Al-Julail, Abdul Aziz bin Nashir. Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf, Dar Taybah, Riyadh, hal. 4.

[6] Al-Qasim, Abdul Muhsin bin Muhammad. Adabut Thalibil Ilmi. Maktabah Malik Fahd, Madinah, hal. 23.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Triani Pradinaputri

Triani Pradinaputri

- Alumni Mahad Umar bin Khattab, Kampus Tahfizh, Mahad Al 'Ilmi - Santriwati Mahad Darussalam Asy-Syafi'i - Pengajar Bahasa Arab Markaz Ar-Ruhaily

Artikel Terkait

Keutamaan Sedekah Berupa Air Minum

oleh Yulian Purnama
2 Maret 2021
0

Hendaknya kita bersemangat untuk bersedekah berupa air. Baik berupa sedekah air minum, pembangunan air sumur, pengairan sawah dan ladang, dan...

Itsar

Itsar: Akhlak Mulia yang Semakin Memudar (Bag. 3)

oleh Putri Idhaini
25 September 2025
0

Di antara perkara yang membuat kita bersemangat dalam melakukan perbuatan baik adalah dengan mengetahui keutamaan perbuatan tersebut dalam berbagai perspektif,...

Semakin “Ngustadz” Semakin Cair Dan Bermudahan Dengan Wanita?!

oleh Yulian Purnama
11 November 2019
1

Tidaklah ada sepeninggalku fitnah (cobaan) yang paling berbahaya bagi lelaki selain fitnah (cobaan) terhadap wanita.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Kategori
    • Akidah
    • Manhaj
    • Fikih
    • Akhlak dan Nasihat
    • Keluarga dan Wanita
    • Pendidikan Anak
    • Kisah
  • Edu Muslim
  • Muslim AD
  • Muslim Digital

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.