Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Itsar: Akhlak Mulia yang Semakin Memudar (Bag. 2)

Putri Idhaini oleh Putri Idhaini
24 September 2025
di Akhlak dan Nasihat
0
Itsar
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Sebab turunnya ayat tentang itsar
  • Al-Itsar dan Al-Atsarah

Sebab turunnya ayat tentang itsar

Terdapat peristiwa mulia di kalangan para sahabat yang menjadi sebab turunnya ayat tentang itsar (surah Al-Hasyr ayat 9), peristiwa ini diabadikan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ -رضي الله عَنْهُ- أَنَّ رَجُلا أَتَى النَّبِي -صلى الله عليه وسلم- فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ، فَقُلْنَ مَا مَعَنَا إِلا الْمَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا» فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَا، فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ فَقَالَ: أَكْرِمِى ضَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-، فَقَالَتْ: مَا عِنْدَنَا إِلَّا قُوتُ صِبْيَانِى، فَقَالَ هَيِّئِى طَعَامَكِ، وَأَصْبِحِى سِرَاجَكِ، وَنَوِّمِى صِبْيَانَكِ إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً، فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا وَنَوَّمَتْ صِبْيَانَهَا، ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ فَجَعَلا يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلانِ فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ، فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ «ضَحِكَ الله اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا» فَأَنْزَلَ الله تعالى: {وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون} [الحشر: ٩]

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya datang seorang lelaki kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam keadaan lapar), lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan ke para istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali air.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?” Salah seorang dari kaum Anshar berseru, “Saya.”

Lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, (dan) ia berkata, “Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!” Istrinya menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali jatah makanan untuk anak-anakku.”

Orang Anshar itu berkata, “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anakmu jikalau mereka meminta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia (wanita Anshar) lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu, dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini kemudian memperlihatkan (kepada tamunya) seakan-akan mereka sedang makan. Setelah (kejadian) itu, mereka tidur dalam keadaan lapar.

Donasi Muslimahorid

Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malam ini Allah tertawa atau takjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah menurunkan ayat (yang artinya), “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa saja yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9) (HR Bukhari no. 3798)

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya, Taisir Al-Kariim Ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam Al-Mannan (Tafsir As-Sa’di), tentang penggalan ayat,

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (QS. Al-Hasyr: 9)

ومن أوصاف الأنصار التي فاقوا بها غيرهم، وتميزوا بها على من سواهم، الإيثار، وهو أكمل أنواع الجود، وهو الإيثار بمحاب النفس من الأموال وغيرها، وبذلها للغير مع الحاجة إليها، بل مع الضرورة والخصاصة، وهذا لا يكون إلا من خلق زكي، ومحبة لله تعالى مقدمة على محبة شهوات النفس ولذاتها

“Dan di antara sifat-sifat kaum Anshar yang dengannya mereka melebihi selain mereka, dan (dengan sifat-sifat itu) mereka dibedakan dari selainnya, yakni itsar, jenis paling sempurna dari kedermawanan. Dan itsar (maksudnya lebih mendahulukan orang lain) dengan apa yang dicintai oleh diri sendiri dari harta benda dan selainnya, serta (memilih) mengorbankan (hal itu) untuk orang lain meskipun (kita) membutuhkannya, bahkan meskipun (kebutuhan kita terhadap hal tersebut) sangat darurat dan begitu mendesak. Dan (perbuatan itsar) ini tidaklah (dapat) terwujud kecuali dari akhlak yang suci dan kecintaan (yang murni) kepada Allah, yang mendahului kecintaan di atas keinginan-keinginan pribadi dan kenikmatannya.”

Betapa istimewanya kejadian itsar yang dilakukan oleh sahabat dari kalangan Anshar dan juga istrinya radhiyallahu ‘anhuma sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan bahwa Allah tertawa atau takjub dengan perilaku mereka berdua. Mereka lebih mengutamakan memberikan makanan kepada tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak mereka kenal dibandingkan memenuhi hajat diri mereka sendiri dan anak-anaknya terhadap makanan, sampai mereka harus tidur pada hari itu dalam keadaan kelaparan. Betapa mulianya akhlak itsar yang dilakukan oleh keduanya sampai-sampai Allah menurunkan sebuah ayat atas peristiwa yang teramat menyentuh hati. Hal ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa menjadikan itsar sebagai akhlak yang melekat pada diri kita masing-masing. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya untuk kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin. 

Al-Itsar dan Al-Atsarah

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya, Taisir Al-Kariim Ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam Al-Mannan (Tafsir As-Sa’di), ketika menjelaskan tentang penggalan surah Al-Hasyr ayat 9,

والإيثارعكس الأثرة، فالإيثار محمود، والأثرة مذمومة

“Lawan dari Al-Itsar adalah Al-Atsarah. Sifat Al-Itsar adalah akhlak yang terpuji, sedangkan Al-Atsarah adalah akhlak yang tercela.”

Istilah Al-Itsar sudah kita bahas pada artikel sebelumnya, sekarang kita akan membahas tentang Al-Atsarah. Syekh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwajiri dalam kitabnya Mausu’ah Fiqh Al-Qulub menjelaskan makna Al-Atsarah,

وهي استئثارُه عن أخيه بما هو محتاج إليه

Namun, sebelum mengartikan kalimat tersebut, kita harus mencari tahu apa arti dari استِئثارٌ supaya lebih mudah untuk dipahami.

Kata استئثارٌ merupakan bentuk mashdar dari kata استَأْثَرَ-يستَأثِرُ-استئثارٌ yang maknanya adalah “memonopoli”. Di dalam kamus diterjemahkan dengan,

الاستِئثارُ: الإستبداد بالشيء واختصاص النفس به

“Penguasaan terhadap sesuatu (secara sewenang-wenang) dan mengkhususkan perkara tersebut untuk dirinya sendiri.”

Mashdar secara mudahnya bisa kita sebut sebagai kata kerja yang dibendakan. Jika kata kerja (fi’il) itu terikat dengan waktu, sedangkan mashdar tidak. Sehingga maknanya, perbuatan tidak terpuji (Al-Atsarah) ini bisa dilakukan oleh pelakunya kapanpun.

Maka makna dari kalimat,

استئثارُه عن أخيه بما هو محتاج إليه

adalah “Dia memonopoli (menguasai dengan sewenang-wenang dan mengkhususkan hanya untuk dirinya sendiri atau lebih mengutamakan diri sendiri) dari saudaranya pada perkara (duniawi) yang dibutuhkan oleh saudaranya.”

Sehingga bisa kita simpulkan bahwa Al-Atsarah adalah sikap egois (mementingkan diri sendiri).  Sifat Al-Atsarah inilah yang kelak akan melahirkan perbuatan-perbuatan tercela lainnya, seperti bakhil (kikir/pelit), manipulatif, tidak peduli, iri hati, permusuhan, dan lain sebagainya. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan yang tercela ini. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin…

Cara terbaik yang dapat dilakukan agar kita terhindar dari sifat Al-Atsarah (egois) yakni memperkuat tauhid dan konsisten melatih diri.

Sifat egois tidaklah lahir kecuali dari jiwa yang memiliki rasa kepemilikan yang tinggi dan rasa kepedulian yang rendah, serta hati yang tak meyakini sepenuhnya ada balasan terbaik berupa pahala dari Allah. Orang yang egois menganggap bahwa ia selalu berhak mendapatkan apa yang diinginkannya, baik berupa materi duniawi maupun perlakuan orang lain. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).” (QS. Al-Baqarah: 156)

Seseorang yang memberikan perhatian pada pondasi keimanannya akan menyadari bahwa segala sesuatu adalah milik Allah, manusia hanya dititipi, bukan diberi kuasa untuk menjadi hak milik. Tak sepantasnya bagi seseorang yang beriman menahan apa-apa yang seharusnya bisa dikorbankan untuk meringankan kesulitan orang lain, sebab apa yang dirinya tahan sejatinya juga bukan miliknya, tetapi milik Allah, baik berupa materi maupun jasa. Bahkan kemampuannya untuk membantu orang lain juga merupakan pertolongan dari Allah. Sikap egoisme hanya akan mencemari hati dengan ketamakan dan kesombongan serta membuat kita semakin tidak disukai.

Setelah memperkuat konsep tauhid dan memperbaiki mindset, hal yang perlu dilakukan adalah memulai dengan langkah-langkah kecil kepada hal yang berlawanan dengan sikap egoisme, kemudian menjaga konsistensi dalam melatih diri untuk menumbuhkan sikap itsar dengan terus menggali keutamaan-keutamaan itsar dan meyakini bahwa Allah senantiasa membalas kebaikan, sekecil apapun kebaikan tersebut.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

[Bersambung]

Kembali ke bagian 1

***

Penulis: Putri Idhaini

Artikel Muslimah.or.id

 

Referensi:

Al-Itsar, Al-Mauqu’ Ar-Rasmiy li Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, 2002.

Sudahlah Biarkan Dia Duluan (Booklet), karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, 2018.

“الإيثار لغة العظماء” , karya Khaled Sa’ad An-Najjar, 2015, https://www.islamweb.net/ar/article/204799/

Taisir Al-Kariim Ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam Al-Mannan, karya Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, cetakan Daar Ibnu Hazm, Beirut (Libanon).

كتاب طريق الهجرتين وباب السعادتين, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah.

كتاب موسوعة فقه القلوب, karya Syekh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Putri Idhaini

Putri Idhaini

Alumnus Pesantren Tahfidz dan Dirosah Islamiyyah Sabilunnajah Putri, Bandung.

Artikel Terkait

Penuntut Ilmu Syar’i

Jangan Minder dengan Identitas Sebagai Penuntut Ilmu Syar’i

oleh Putri Idhaini
27 Januari 2025
0

Seorang penuntut ilmu syar’i seringkali mendapat ujian berupa perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan sosialnya, seperti direndahkan, dianggap “sok suci”...

Keutamaan Doa Keluar Rumah

oleh Ummu Sa'id
14 September 2010
9

Setan pertama berkata kepada setan kedua yang ingin menganggumu. Ia berkata "Kaifa laka birajulin?" " Bagaimanakah engkau dengan seseorang yang...

Berapa Jam Ibadah Anda dalam Sehari???

oleh Dian Pratiwi
10 Oktober 2016
0

Wahai saudariku, jika ada pertanyaan seperti itu maka jawaban apa yang akan kita ucapkan?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.