Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Hidup di Dunia yang Menipu

Fauzan Hidayat oleh Fauzan Hidayat
9 September 2025
di Akhlak dan Nasihat
0
Dunia yang Menipu
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Mengira dunia adalah tujuan utama
  • Melupakan akhirat karena sibuk dengan dunia
  • Menganggap dunia adalah tempat istirahat
  • Tertipu dengan hiasan dunia

Allah Ta’ala menciptakan dunia bukan sebagai tempat tinggal yang kekal, melainkan sebagai ladang ujian bagi manusia. Allah Ta’ala berulang kali memperingatkan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu.

وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Namun, tidak sedikit dari kita yang terperangkap dalam kilau dunia yang fana ini. Kita berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta, mengejar kedudukan, dan meraih popularitas, seakan dunia adalah tujuan akhir dari kehidupan ini.

Padahal, jika kita merenungkan, betapa singkatnya kehidupan ini dibandingkan kehidupan akhirat yang abadi. Setiap manusia pasti akan merasakan kematian, dan semua yang kita kumpulkan di dunia tidak akan menemani kita ke liang lahat kecuali amal saleh. Oleh karenanya, penting bagi seorang muslim untuk menata kembali cara pandangnya terhadap dunia, agar tidak tersesat dalam fatamorgana yang memperdaya.

Donasi Muslimahorid

Tulisan ini akan menguraikan beberapa kesalahan umum dalam memandang dunia, agar kita bisa berhati-hati dan kembali kepada pandangan yang benar sesuai petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ. Semoga Allah memberikan kita hidayah untuk bisa menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan sebaliknya.

Mengira dunia adalah tujuan utama

Kesalahan terbesar dalam memandang dunia adalah menganggapnya sebagai tujuan hidup. Banyak orang yang bekerja siang dan malam, mengorbankan waktu, keluarga, bahkan agamanya demi dunia. Mereka mengukur kesuksesan dari banyaknya harta, tingginya jabatan, dan gemerlapnya kehidupan. Padahal, semua itu tidak akan berarti apa-apa di hadapan Allah jika tidak disertai keimanan dan amal saleh.

Allah Ta’ala berfirman,

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh (apa-apa) di akhirat kecuali neraka.” (QS. Hud: 15–16)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang hanya menginginkan dunia tanpa mengharap akhirat, maka mereka akan merugi. Mereka mungkin mendapatkan bagian dunia sesuai dengan usahanya, tetapi mereka tidak akan mendapatkan bagian dari akhirat.

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jika diberi, ia senang; tetapi jika tidak diberi, ia marah.” (HR. Bukhari no. 2887)

Hadis ini menyebut orang yang menjadikan dunia sebagai sesembahan dengan istilah “hamba dinar”. Artinya, hati mereka telah terikat dengan dunia sehingga memperbudak dirinya untuk sesuatu yang hina dan sementara. Maka, hendaknya seorang muslim menjadikan dunia hanya sebagai sarana, bukan sebagai tujuan. Dunia hanyalah kendaraan untuk menuju akhirat, bukan kampung tempat tinggal yang abadi.

Melupakan akhirat karena sibuk dengan dunia

Kesalahan kedua yang banyak terjadi adalah melupakan akhirat karena terlalu sibuk dengan urusan dunia. Ada yang meninggalkan salat karena bekerja, ada yang melalaikan kewajiban zakat karena takut hartanya berkurang, bahkan ada yang meninggalkan haji padahal mampu secara finansial, karena merasa belum saatnya. Dunia telah menyita waktu dan perhatian mereka, hingga hati menjadi keras dan lalai dari mengingat Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala mengingatkan,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9)

Melupakan akhirat berarti lupa bahwa kehidupan sebenarnya adalah kehidupan setelah kematian. Dunia ini hanya tempat singgah, tempat untuk menanam amal, dan buahnya akan dipetik di akhirat. Siapa saja yang melalaikan akhirat karena dunia, maka ia akan menyesal ketika ajal menjemput.

Maka penting bagi kita untuk menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat, bahkan menjadikan aktivitas dunia sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan niat yang benar dan cara yang halal.

Baca juga: Hukum Banyak Bicara Tentang Perkara Dunia di Masjid

Menganggap dunia adalah tempat istirahat

Sebagian orang hidup seakan-akan dunia adalah tempat istirahat, tempat bersenang-senang, dan bebas melakukan apa yang mereka sukai. Mereka menghabiskan waktu dalam hiburan, bermain-main, dan mencari kenikmatan duniawi semata. Padahal, dunia ini adalah tempat ujian, bukan tempat bersantai.

Rasulullah ﷺ bersabda,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)

Seorang pengembara tidak akan menetap lama di tempat persinggahannya. Ia hanya mengambil secukupnya untuk melanjutkan perjalanan. Begitulah semestinya sikap kita terhadap dunia: seperlunya, tidak berlebihan, dan selalu ingat bahwa tujuan akhir kita adalah akhirat.

Hidup yang penuh kenyamanan dan kesenangan bukanlah jaminan kebahagiaan. Justru banyak orang yang merasa kosong di tengah limpahan harta. Karena mereka keliru menempatkan dunia: yang seharusnya menjadi ladang amal, malah dijadikan sebagai taman bermain.

Para salafus shalih pun menjadikan dunia sebagai tempat perjuangan. Mereka bangun malam, berpuasa di siang hari, dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan beramal saleh. Mereka tidak mencari kesenangan dunia, tetapi kebahagiaan akhirat.

Tertipu dengan hiasan dunia

Allah Ta’ala menciptakan dunia dengan berbagai hiasan untuk menguji siapa di antara kita yang terbaik amalnya. Namun, banyak manusia yang tertipu dengan perhiasan dunia ini. Mereka terpesona dengan gemerlap harta, keelokan wanita, megahnya bangunan, dan indahnya kendaraan. Hati mereka terpaut dengan dunia dan lupa bahwa semua itu hanyalah sementara.

Allah Ta’ala berfirman,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)

Sungguh, dunia itu indah dan menggoda. Tetapi seorang mukmin tidak boleh tertipu. Ia harus cerdas dalam menyikapi dunia: mengambil secukupnya, menggunakannya untuk kebaikan, dan tidak menjadikannya sebagai tujuan utama.

Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء

“Dunia ini manis dan hijau (menyenangkan), dan Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya, maka berhati-hatilah terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita.” (HR. Muslim no. 2742)

Seorang mukmin harus memiliki prinsip: dunia di tangan, bukan di hati. Ia bisa memiliki harta, jabatan, dan kenikmatan dunia lainnya, tetapi semua itu tidak menguasai hatinya. Hatinya hanya terpaut pada Allah Ta’ala dan negeri akhirat.

Oleh karenanya, marilah kita menata kembali cara pandang kita terhadap dunia. Dunia bukan tujuan akhir, melainkan tempat ujian. Dunia bukan tempat istirahat, melainkan medan perjuangan. Dunia bukan rumah kita yang kekal, melainkan tempat singgah sementara.

Jangan sampai kita termasuk orang yang tertipu oleh dunia dan melupakan akhirat. Jadikan dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, bukan sebagai tujuan hidup. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita taufik untuk bersikap bijak terhadap dunia, menjadikannya sebagai bekal menuju akhirat, dan menyelamatkan kita dari fitnah dunia yang menipu.

Wallahu a’lam.

Baca juga: Dosa dan Konsekuensinya di Dunia

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Fauzan Hidayat

Fauzan Hidayat

Artikel Terkait

Ekspos Dalam Beramal

oleh Muslimah.or.id
17 Maret 2017
0

Dari Ibrahim bin Isa dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata:  “Jadilah kalian sumber-sumber ilmu, pelita petunjuk, penerang malam...

Islam Itu Mudah

Islam Itu Mudah, Kamu Saja yang Rumit, bag. 1

oleh Saviera Yonita
2 September 2023
0

“... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...”

Saat Harga Kebutuhan Semakin Melonjak

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
11 Februari 2022
2

"Lalu apa yang membuat kalian resah dengan hal itu? Sesungguhnya Dzat Yang memberi rizki kepada kita di saat harga murah,...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.