Beliau rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i,
Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.
Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.
Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.
Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.
Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini:
Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa.
Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama.
Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.
Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.
Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.
Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.
***
Disadur dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Terj. Begini Seharusnya Mendidik Anak), Al-Maghrbi bin As-Said Al-Maghribi, Darul Haq.
Artikel Muslimah.or.id
Subhanallah ….
Nasihat yang luar biasa dari Beliau …
izin copy ya,,
subhanallah
syukran
ijin mengkopi ya,. maaf…
subahanalloh
asslmlkm
saya mau nanya tentang sholat
bolehkah selesai sholat fardlu langsung sholat sunnah dzikirnya setelah sholat sunnah
terimah kasih
saya tunggu jawabannya
asslmlkm
#yudi
Hukumnya makruh, bahkan sebagian ulama mengharamkan. Yang sesuai sunnah adalah adanya fashl (pemisah) antara shalat wajib dengan shalat sunnah, baik berupa dzikir, ataupun yang lainnya.
oke…
sip…
sangat bermanfaat
n izin copy ya…
jzkmlh
Assalaamu’alaikum warahmatullaah..
Sayya memohon izin untuk mengcopy arttikel-artikel muslimah.or.id.
Jazaakumullaahu khairan katsiiran.
Silahkan. Wa Jazaakillahu khairan
izin copy ya mas bro.. terima kasih :)
Izin share ya…
jzk khoiron…
afwan, mau tanya
apa ini juga termasuk dalam syair imam syafii?
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
”Jadilah ahli fikih dan sufi sekaligus, jangan hanya salah satunya. Sungguh demi Allah, saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang ini (yang hanya mempelajari ilmu fikih tapi tidak mau menjalani tasawuf), maka hatinya keras dan tidak dapat merasakan lezatnya taqwa. Sebaliknya, orang yang itu (yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari fikih), maka ia akan bodoh, sehingga bagaimana bisa dia menjadi benar?”
@Teham, ini adalah syair yang mencatut nama Imam Syafi’i, penisbatannya kepada beliau tidak benar. Telah banyak perkataan beliau yang shahih dari murid-murid beliau tentang sikap beliau terhadap tasawuf. Imam Syafi’i sangat menentang ajaran tasawuf.
Assalamu’alaikum
Nasihat yang sangat bermanfaat
Ijin copy
Jazakallah khair
syukran, mohon izin berbagi..
Apakah syair dari imam syafi’i berikut ini benar??
“Jika tidak mampu membantu agamamu setidaknya jangan berdiri di barisan perusak agamamu”
Ini itu di kitab Diwan ato enggak ya?
Ijin copy ya um