Anak adalah sebuah amanah yang diberikan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada kedua orang tua. Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an,
يُوصِيكُمُ ٱللَّهُ فِىٓ أَوْلَٰدِكُمْ
“Allah mensyariatkan bagimu tentang anak-anakmu.” (QS. An-Nisa’: 11)
Syekh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah mengatakan ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala di atas, “Maksudnya, anak-anak kalian wahai para kedua orang tua, mereka itu adalah amanah bagi kalian dan sesungguhnya Allah telah mewasiatkan mereka kepada kalian agar kalian mengurus kemaslahatan mereka, baik agama maupun dunia mereka.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 21)
Sehingga menyia-nyiakan amanah mendidik anak adalah sebuah bentuk kezaliman yang besar. Mengingat pemberi amanah tersebut ialah Allah Rabbul ‘Alamin dan kerusakan yang timbul sebagai dampak dari kelalaian ini sangatlah mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui hak-hak anak atas orang tuanya dan kiat jitu dalam mendidik anak.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيرُ رَاعٍ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّته، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتهَا، وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ بَيْتِهِ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّته
“Setiap diri kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang pria adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ إثما أنْ يُضَيّعَ مَنْ يَقُوتُ
“Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa apabila menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Dawud no. 1692; An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra 8: 268, no. 9132; Ahmad di dalam Musnad-nya 11: 36, no. 6495)
Hak anak atas kedua orang tua
Dikisahkan ada seorang pria datang kepada ‘Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengeluhkan anaknya yang berbuat durhaka. Lalu si anak itupun dihadirkan dan Umar memperingatkan dirinya dari perbuatan durhaka. Lalu si anak tersebut berkata,
أَلَيْسَ لِلْوَلَدِ حَق عَلَى أَبِيْهِ
“Bukankah anak itu memiliki hak yang harus dipenuhi oleh bapaknya?”
‘Umar menjawab, “Iya”
Si anak lalu bertanya, “Apa itu?”
‘Umar menjawab,
أَنْ يَنْتَقِي أُمَّهُ وَيُحْسِنُ إِسْمَهُ وَيُعَلِّمُهُ القُرْآنَ
“Hendaknya si bapak menyeleksi ibu (bagi anaknya), memberi nama yang baik, dan mengajarkan Al-Qur’an kepadanya.”
Lalu si anak tersebut mengatakan,
فإن أبي لم يفعل في ذلك شيئا, أما أمي فأنها زنجية كانت لمجوسي, وقد سماني جُعل, ولم يعلمني من الكتاب حرفا واحدا
“Sesungguhnya bapakku tidak satu pun melakukan hal tersebut. Adapun ibuku, dia adalah wanita berkulit hitam yang dahulunya (budak) seorang Majusi. Aku pun diberi nama Ju’al dan dia (bapakku) tidak pernah mengajariku Al-Qur’an, walaupun hanya sehuruf saja.”
‘Umar pun lalu menoleh kepada pria yang mengeluh tadi, lalu berkata,
أجِئْتَ إِلَيَّ تَشْكُو عُقُوقَ ابْنِكَ وَقَدْ عَقَّقْتَهُ قَبْلَ أَنْ يُعَقَّكَ
“Apakah kau datang kepadaku mengeluhkan kedurhakaan anakmu, sedangkan kau sendiri telah berbuat durhaka sebelum kau didurhakai.”
Baca juga: Mengapa Anakku Berperangai Buruk? Tinjauan Islam dan Psikologi
Kiat jitu dalam mendidik anak
Satu kiat yang paling penting dan paling jitu untuk dilakukan dalam usaha kita mendidik anak-anak, di samping kita juga menuntut ilmu agama dan ilmu tentang pengasuhan, adalah dengan mendoakan mereka. Tadahkan tangan kita ke langit dan doakan kebaikan yang banyak untuk anak-anak kita. Berdoa dengan hati yang tulus, ikhlas mengharapkan keridaan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena doa adalah senjata orang-orang yang beriman dan taufik untuk meraih kebaikan hanyalah di tangan Allah ‘Azza wa Jalla.
Adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, seorang Nabi dan kekasih Ar-Rahman, beliau senantiasa mendoakan kebaikan bagi anak keturunan beliau. Allah Ta’ala mengabadikan doa beliau ‘alaihissalam di dalam Al-Qur’an,
بَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.” (QS. Al-Baqarah: 128)
وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala.” (QS. Ibrahim: 35)
رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)
Demikian, ayat-ayat di atas menggambarkan perhatian yang besar yang diberikan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam akan kondisi dan keadaan anak keturunan beliau. Dan Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, karena para Nabi dan Rasul kebanyakan berasal dari garis keturunan beliau. Termasuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah dahulu merasa kesulitan dalam mendidik putranya yang bernama ‘Ali. Beliau pun berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي اجْتَهَدْتُ أَنْ أَؤدِّبَ عَلِيًّا فَلَمْ أَقْدِرْ عَلَى تَأْدِيْبِهِ فَأَدِّبْهُ أَنتَ لِي
“Ya Allah, aku telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik ‘Ali, dan aku tidak mampu, maka didiklah ia untukku.”
Allah Ta’ala pun mengabulkan doa beliau dan memberikan hidayah kepada sang anak. Hingga dikatakan bahwa ‘Ali bin Fudhail bin ‘Iyadh adalah seorang ahli ibadah yang khusyu’ dan sangat besar rasa takutnya kepada Allah.
Oleh karena itu, wahai para orang tua, jangan meremehkan perkara doa, terutama doa bagi anak-anak kita. Teruslah mendoakan mereka, terutama di waktu-waktu dan tempat-tempat yang mustajab. Yakinlah dengan janji Allah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghafir: 60)
Hanya kepada Allah kita memohon taufik.
Baca juga: Anak Kecil Mendapatkan Pahala dari Amal Salehnya
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
- As-Sulaiman, Syekh ‘Abdussalam. (1439). Panduan Mendidik Anak (Terjemahan: Rachdie, Abu Salma Muhammad). Al-Wasathiyah wal I’tidal Digital Publishing.
- As-Sa’di, Syekh ‘Abdurrahman bin Nashir. (1426). Tafsir Al-Qur’an (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Darul Haq.
- Bin Utsman Adz-Dzahabi, Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad. 2008. Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala’ (Terjemahan: Shollahuddin, A dan Muslihuddin). Jakarta: Pustaka Azzam.