Bulan Muharam adalah salah satu bulan yang mulia dalam Islam yang penuh dengan keutamaan. Abu Utsman An-Nahdi sebagaimana disebutkan dalam biografinya dalam Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar (jilid 6, halaman 249) pernah menyatakan bahwa generasi salaf sangat memuliakan tiga waktu istimewa dari sepuluh hari yang utama, yaitu: sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, dan sepuluh hari pertama bulan Muharam. (Lathaiful Ma’arif, hal. 80)
Ada beberapa amalan sunah yang sebaiknya dikerjakan oleh kaum muslimin pada bulan Muharam, yaitu:
Pertama: Puasa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharam.” (HR. Muslim no. 1982)
Hadis ini secara jelas menunjukkan bahwa puasa sunah yang paling utama setelah bulan Ramadan adalah puasa di bulan Muharam. Yang dimaksud dengan puasa di sini adalah puasa secara umum. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memperbanyak puasa sunah di bulan ini.
Namun perlu diperhatikan, tidak diperbolehkan berpuasa pada bulan Muharam secara penuh, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menjalankan puasa selama sebulan penuh kecuali di bulan Ramadan.
(HR. Bukhari: 1971, Muslim: 1157; Syarah Shahih Muslim, an-Nawawi 8/303)
Ada suatu hari istimewa pada bulan Muharam, di mana kaum muslimin sangat ditekankan untuk berpuasa pada hari tersebut karena ganjarannya begitu besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentangnya dalam sebuah hadis sahih,
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Dan puasa hari ‘Aasyura, saya berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim no. 1162)
Mengenal apa itu hari apa ‘Aasyura itu?
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa istilah ‘Aasyura dan Taasu’a merupakan kata yang dibaca dengan pemanjangan (mad) pada huruf-huruf tertentu. Huruf ‘ain pada awal kata ‘Aasyura dibaca panjang, begitu pula huruf setelah ta pada kata Taasu’a. Hal ini dikenal luas dalam kitab-kitab bahasa Arab. Ulama dari kalangan mazhab Syafi’i menyatakan bahwa ‘Aasyura adalah hari kesepuluh bulan Muharam, sedangkan Taasu’a adalah hari kesembilan. Ini juga merupakan pendapat mayoritas ulama, sebagaimana dapat dipahami dari berbagai hadis dan makna kata yang dikaji oleh para ahli bahasa. (Al-Majmu’)
Kedua istilah ini; ‘Aasyura dan Taasu’a merupakan nama-nama Islami yang tidak dikenal pada masa jahiliyah. (Kasyful Qona’, jilid 2, Bab Shaum Al-Muharram)
Sementara itu, Ibnu Qudamah rahimahullah juga berpendapat bahwa ‘Aasyura merujuk pada hari ke-10 bulan Muharam. Pendapat ini selaras dengan pandangan Sa’id bin Al-Musayyib dan Al-Hasan. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari ‘Aasyura, yaitu hari kesepuluh dari bulan Muharam. Riwayat ini disebutkan oleh At-Tirmidzi dan dinilai sebagai hadis hasan sahih.
Kedua: Memperbanyak amalan saleh
Sebagaimana dosa yang dilakukan di bulan ini akan dibalas dengan ganjaran dosa yang lebih besar, demikian pula halnya dengan amal kebaikan. Seseorang yang melakukan amal saleh di bulan Muharam akan memperoleh pahala yang besar, sebagai bentuk rahmat dan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Namun perlu diketahui bahwa seluruh hadis yang menyebutkan keutamaan amal tertentu selain puasa di bulan Muharam adalah hadis palsu dan tidak bisa dijadikan sandaran. (Al-Mauizhah Al-Hasanah bima Yuhthobu fi Syuhur As-Sanah, Sidiq Hasan Khon, hal.180; Bida’ wa Akhtho, hal.226).
Ini menunjukkan bahwa keutamaan tersebut sangat agung dan penuh kebaikan, bahkan tidak dapat diukur atau dibandingkan. Sesungguhnya, Allah-lah yang Maha Memberi nikmat dan keutamaan, sesuai dengan kehendak-Nya dan kepada siapa pun yang Dia kehendaki. Tak seorang pun bisa menolak ketetapan-Nya atau menghalangi limpahan karunia-Nya. (At-Tamhid, Ibnu Abdil Barr 19/26; Fathul Bari, Ibnu Hajar 6/5)
Ketiga: Tobat
Tobat merupakan proses kembali kepada Allah dari segala hal yang dibenci-Nya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, menuju apa yang diridai-Nya. Ia diwujudkan dengan penyesalan atas dosa yang telah diperbuat, meninggalkannya saat itu juga, dan berkomitmen kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Tobat adalah kewajiban yang berlangsung sepanjang hayat. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan tobat, dapat merujuk pada risalah Hady ar-Ruuh Ila Ahkam at-Taubah an-Nasuh karya Salim bin Ied Al-Hilali.
Baca juga: Keutamaan Bulan Muharam
***
Penulis: Rizka Fajri Indra
Artikel Muslimah.or.id
Referensi :