Muslimah.or.id
Donasi Muslimah.or.id
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
MUBK Februari 2023 MUBK Februari 2023

Hukum Membuka Aurat di Hadapan Dokter Nasrani

Athirah Mustajab oleh Athirah Mustajab
17 Mei 2014
Waktu Baca: 4 menit
1
3
SHARES
15
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Fatwa Syekh Khalid Abdul Mun’im Ar-Rifa’i

Pertanyaan:

Saya seorang pemudi. Selama beberapa tahun ini, saya mengalami sakit akibat adanya sesuatu yang turun/jatuh pada daerah kemaluan. Saya merasakan sakit yang sangat di daerah ini. Ditemani ibu saya, saya mendatangi seorang dokter agar saya mendapat ketenangan. Tapi sangat disayangkan, dokter itu lelaki dan dia nasrani. (Sewaktu memeriksa pasien), dia di dampingi perawat wanita yang juga beragama nasrani. Setelah pemeriksaan itu – dan saya merasa baikan – saya ditimpa kesedihan. Saya sangat menyesal karena telah membiarkan seorang dokter lelaki nasrani melihat aurat saya!

Kini saya didera rasa takut kepada Allah dan penyesalan yang dalam. Bagaimana caranya agar dosa ini terhapus?

Jawaban:

Alhamdulillah. Salawat serta salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, segenap sahabatnya, dan setiap orang yang setia mengikutinya. Amma ba’du.

Saudari yang mulia, kita semua beriman dengan rahmat Allah Ta’ala yang begitu luas, dan kita juga beriman bahwa Dia menerima taubat hamba-Nya bahkan Dia bergembira dengan bertaubatnya seorang hamba kepada-Nya! Kita juga beriman bahwa Dia mengampuni semua perbuatan buruk dan dosa, maha menerima taubat dan kita juga beriman bahwa siksaan-Nya amatlah keras.

Sebesar apa pun dosa dan sekeras apa pun kekufuran maka sesungguhnya taubat dapat menghapusnya. Allah yang maha suci tidak merasa berat untuk mengampuni dosa. Dia mengampuni dosa kesyirikan dan kekufuran bagi orang-orang yang bertaubat. Allah berfirman,

{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}

“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)

Para imam telah menjelaskan bahwa ayat tersebut berlaku umum secara mutlak bagi setiap orang yang bertaubat.

Saudari yang mulia, apa pun yang telah engkau lakukan maka taubat akan menghapusnya insya Allah. Taubat itu wajib dilakukan setiap hamba dalam setiap waktu. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam – yang merupakan penghulu bani Adam – beristigfar kepada Allah dalam setiap denting waktu. Sebagaimana telah diriwayatkan secara shahih dari Al-Aghar Al-Muzanay radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنه لَيُغَانُ على قلبي، وإني لأستغفر الله في اليوم مائة مرة

“Sesungguhnya hatiku terkadang tertutup, dan aku beristigfar kepada Allah seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

يا أيها الناس، توبوا إلى الله, فإني أتوب إليه في اليوم مائة مرةٍ

“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah. Sungguh aku bertaubat kepadanya seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

واللهِ، إني لأستغفر اللهَ وأتوب إليه في اليوم أكثر مِن سبعين مرةً

“Demi Allah, sungguh aku beristigfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari 70 kali dalam sehari.” (HR. Al-Bukhari)

Renungkanlah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di (Majmu’ Fatawa, 15:54), “Dosa yang merugikan pelakunya adalah dosa yang tak diakhiri dengan taubat. Adapun dosa yang diakhiri dengan taubat maka bisa jadi setelah bertaubat pelakunya malah menjadi lebih mulia dibandingkan sebelum dia berbuat dosa meskipun taubatnya dari kekufuran atau dosa besar. Sebagaimana kata sebagian salaf, ‘Setelah bertaubat, keadaan Dawud menjadi lebih baik dibandingkan sebelum dia melakukan dosa’. Orang-orang yang terdahulu dari kalangan muhajirin dan anshar adalah orang-orang terbaik setelah para nabi. Mereka menjadi lebih mulia tidak lain karena taubat mereka dari kekufuran dan dosa. Kesalahan pada masa lampau sebelum taubat tidaklah menjadi kekurangan atau aib bahkan ketika mereka bertaubat dari hal tersebut jadilah mereka orang-orang yang memiliki keimanan yang lebih kuat, ibadah yang lebih lebih giat serta ketaatan yang lebih hebat dibandingkan generasi manusia sepeninggal mereka. Orang yang hidup belakangan tidak mengenali perkara jahiliyah sebagaimana mereka memahaminya.

Karena itulah, Umar bin Al-Khaththab berucap, ‘Ikatan Islam akan terlepas seikat demi seikat, jika tumbuh dalam Islam generasi yang tidak mengenali perkara jahiliyah.

Allah telah berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا * يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا * إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمً

‘Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Al-Furqan: 68–70)

Termaktub dalam Ash-Shahih, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

«أن الله يحاسب عبده يوم القيامة، فيعرض عليه صغار الذنوب، ويخبئ عنه كبارها، فيقول: فعلت يوم كذا كذا وكذا؟ فيقول: نعم يا رب، وهو مُشفقٌ مِن كبارها أن تظهرَ، فيقول: إني قد غفرتها لك، وأبدلتك مكان كل سيئةٍ حسنةً، فهنالك يقول: رب إنَّ لي سيئاتٍ ما أراها بعدُ»

“Sesungguhnya Allah akan menghisab hamba-Nya pada hari kiamat, lalu Dia tunjukkan padanya dosa-dosa kecilnya dan Dia sembunyikan dosa-dosa besarnya. Kemudian Dia berkata, ‘Engkau telah melakukan perbuatan demikian dan demikian pada hari demikian?’ Dia (si hamba) menjawab, ‘Benar, wahai Rabbku.’ Hamba tersebut takut bila dosa-dosa besarnya ditampakkan, maka Allah berkata, ‘Sungguh telah Kuampuni kamu! Dan setiap dosamu Kuganti dengan kebaikan.’ Maka di sanalah dia (si hamba) berkata, ‘Tuhanku, aku punya dosa-dosa yang belum kulihat.’”

Ketika hamba yang mukmin bertaubat dan Allah mengganti dosa-dosanya dengan kebaikan-kebaikan, maka keburukan-keburukan yang memudhorotkannya(membahayakannya) akan berbalik menjadi kebaikan-kebaikan yang bermanfaat yang diberikan oleh Allah untuknya. Selepas taubat, tidak ada lagi sisa dosa yang membahayakannya. Bahkan taubatnya menjadi salah satu hal yang sangat bermanfaat untuknya. Yang menjadi ibrah adalah akhir yang sempurna bukan permulaan yang penuh kekurangan.

Barang siapa yang lupa (hafalan) Al-Quran kemudian dia menghafalnya kembali dengan hafalan yang lebih baik dari hafalannya sebelumnya maka lupanya tersebut tidaklah memudhorotkannya. Barang siapa yang sakit kemudian dia sembuh dan bugar kembali maka sakitnya yang dulu datang tidaklah memudhorotkannya. Allahu Ta’ala menguji hamba-Nya yang mukmin dengan perkara yang akan membuatnya bertaubat. Agar dengan sebab itu seorang hamba mewujudkan penyempurnaan penghambaan, ketundukan dan kekhusyu’an kepada Allah dan juga sikap kembali kepada-Nya serta kewaspadaan yang sempurna di kemudian hari (dari terjerumus pada dosa yang sama -pen) dan kesungguhan dalam ibadah, yang mana hal-hal ini tidak dia peroleh seandainya dia tidak bertaubat.

Disarikan dari http://ar.islamway.net/fatwa/55675?ref=w-new

—

Penerjemah: Tim Penerjemah Muslimah.Or.Id
Muroja’ah: Abu Hatim Sigit

Artikel www.muslimah.or.id

Tags: Auratbuka auratdokter nasranipasien
Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id
Athirah Mustajab

Athirah Mustajab

Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, editor Pustaka Muslim, penulis di WanitaShalihah.com

Artikel Terkait

Cinta Lama Bubarkan Keluarga

Cinta Lama Bubarkan Keluarga

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
10 November 2022
0

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Sadarlah dari mabukmu wahai orang yang lalai dan yakinlah bahwa sebentar lagi kamu akan berpisah dengan...

Apakah Wajah Wanita Harus Ditutup

Apakah Wajah Wanita Harus Ditutup

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
16 November 2022
0

Tanya: Apakah wanita harus menutup wajahnya? Jawab: Menurut kami, tak ada seorang pun sahabat yang mewajibkan para wanita menutup wajahnya....

Wanita Kurang Akal dan Agamanya

Wanita Kurang Akal dan Agamanya

oleh Rinautami Ardi Putri
4 November 2022
0

Status wanita yang kurang akal dan agamanya ini tidak berkonsekuensi bolehnya menghina wanita dengan hal tersebut. Wanita mempunyai perasaan sebagaimana...

Artikel Selanjutnya

Hadits Palsu: Perceraian Mengguncang Arsy

Komentar 1

  1. Ibnu Amin Razip al-Bayani says:
    9 tahun yang lalu

    ??????? ????? ???????

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id Donasi Muslimah.or.id
Muslimah.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Penyejuk Jiwa
  • Fikih dan Muamalah
  • Keluarga
  • Kisah

© 2023 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.