Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.1)

Ummu Yazid Fatihdaya Khoirani oleh Ummu Yazid Fatihdaya Khoirani
17 September 2011
di Akhlak dan Nasihat
21
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • 1. Menyikapi suatu masalah dengan sudut pandang ilmu syariat
  • 2. Bersikaplah ridha, sabar, tawakkal
  • 3. Bertakwa
  • 4. Jadilah mukmin yang kuat imannya dan bermental baja

Pernikahan seringkali harus ditempuh dalam kurun yang cukup panjang dalam kehidupan seseorang. Pada kasus beberapa orang, ada yang sangat diberi kemudahan oleh Allah dalam menggapainya. Akan tetapi, pada beberapa orang yang lain, dia kerapkali harus jungkir balik menghadapi banyak rintangan dalam menggapai mahligai pernikahan.

Salah satu rintangan yang banyak dihadapi oleh pejuang pernikahan adalah penolakan. Penolakan oleh calon pasangan bisa disebabkan karena faktor ketidakcocokan dari segi agama; rupa; harta; maupun lainnya. Andaikata yang mengalami ujian penolakan ini bersikap “biasa saja”, tentu tidaklah mengapa. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang merasa kecewa bahkan hingga mencapai tahap putus asa. Lalu, bagaimanakah solusinya?

1. Menyikapi suatu masalah dengan sudut pandang ilmu syariat

Pola pikir dan sudut pandang seseorang, sangat menentukan bagaimana respon orang tersebut dalam menyikapi sebuah problema. Apabila dia meluruskan mindset dengan benar, maka –Insya Allah– tidak akan timbul respon tragedi yang bernama “deraan rasa kecewa dan putus asa”.

Pola pikir yang benar untuk menghadapi hal semacam ini, yakni pola pikir yang dilandasi dengan ilmu syari’at, sehingga akan menghasilkan akal yang jernih; hati yang sehat dan sikap yang tepat dalam menyikapi suatu kejadian. Pola pikir inilah yang mencerminkan kedalaman ilmu agamanya, kokohnya iman dan takwa yang begitu kuat terhujam mengakar di dadanya. Maka, pasung dan perangilah pola pemikiran yang hanya berlandaskan emosi negatif dan sudut pandang melankolisme semata. Respon kejadian berupa perasaan sedih dan sahabat-sahabatnya, merupakan hal yang manusiawi jika hanya untuk sesaat. Akan tetapi, jika dibiarkan berlarut-larut malah bisa membuka pintu maksiat.

2. Bersikaplah ridha, sabar, tawakkal

Perkara jodoh memang sudah ditakdirkan. Jodoh termasuk perkara rizki seseorang, dan penetapan rizki seseorang sekaligus takdir atas semua makhluk Allah ini memang telah usai pencatatannya di Al-Lauh Al-Mahfuzh 50.000 tahun sebelum Allah mencipta alam semesta.

Donasi Muslimahorid

Takdir seseorang itupun juga sudah ditentukan di catatan malaikat, ketika orang tersebut masih dalam kandungan ibunda pada usia 4 bulan di dalam kandungan. Maka, sungguh beruntung orang-orang yang dimudahkan mengimani Qadha dan Qadar yang telah menjadi ketetapan bagi dirinya, hingga dia pun bisa merasakan manfaatnya yang besar tiada terkira.

Salah satu manfaat beriman kepada Qadha dan Qadar, Anda meyakini bahwa kejadian penolakan itu sudah Allah tetapkan di Al-Lauh Al-Mahfuzh sana. Betapapun Anda sudah mati-matian berusaha dan berdo’a. Disamping itu, kejadian penolakan itu sudah berada dalam catatan takdir Anda yang dipegang oleh malaikat.

Kalimat ini tidak membawa konsekuensi adanya penafian usaha manusia, atau saran kepada manusia agar tidak usah berusaha saja, sehingga hamba bisa bermalas-malasan dalam menghadapi segala sesuatu hanya karena alasan “toh sudah ditakdirkan.” Tidak…sama sekali bukan begitu. Statemen ini justru digunakan untuk membuka cakrawala pemikiran seseorang, bahwa apa yang Allah takdirkan bagi Anda pasti menimpa Anda, tiada pernah sekejap pun luput dari Anda. Begitu pula sebaliknya, Anda tidak akan pernah bisa mendapat apa yang Allah tidak takdirkan bagi Anda.

Allah Ta’ala berfirman,

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ (٢٢) لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍ (٢٣) ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبُخْلِ ۗ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ (٢٤)

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs. Al-Hadid: 22-24)

Manfaat lain iman terhadap Qadha dan Qadar, supaya Anda bisa lebih bersabar; bersyukur; dan ridha terhadap segala sesuatu yang menimpa diri Anda. Bukan hanya bisa terlalu bersedih dan dirundung duka ketika ada musibah datang melanda. Kalau Anda sudah menyadarinya, kenapa pula Anda harus berduka terhadap sesuatu yang memang sudah ditakdirkan olehNya?? Tidak perlu terlalu risau dan cemas terhadap masa depan Anda, teruslah berdoa; berusaha; bertawakkal dan bersabar; serta ridha pada segala ketetapanNya.

Berjuanglah dengan gigih, niscaya Anda akan dipermudah dalam menempuh apa yang Allah takdirkan bagi diri Anda –Insya Allah–

Berikut teks Arab dari hadits yang Anda cari:

عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ ـ رضي الله عنه ـ قَالَ: جَاءَ سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكِ بْنِ جُعْشُمٍ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَيِّنْ لَنَا دِينَنَا كَأَنَّا خُلِقْنَا الآنَ، فِيمَا الْعَمَلُ الْيَوْمَ؟ أَفِيمَا جَفَّتْ بِهِ الأَقْلاَمُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ؟ أَمْ فِيمَا نَسْتَقْبِلُ؟
فَقَالَ: “بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الأَقْلاَمُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ”
قَالَ: فَفِيمَ الْعَمَلُ؟ فَقَالَ: “اعْمَلُوا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ”

Dari Abu Az-Zubair, dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Suraqah ibn Malik ibn Ju’syum datang ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah pada kami mengenai perkara agama kami, seolah-olah kami baru diciptakan saat ini, yaitu mengenai amal perbuatan kami hari ini, apakah amalan tersebut berdasarkan pada apa yang tertulis oleh tinta pena yang telah mengering [1] dan berdasar pada takdir-takdir yang telah ditetapkan, ataukah berdasarkan apa yang akan kita hadapi?”
Zuhair berkata, “Lalu Abu Az-Zubair berkata sesuatu yang tidak saya mengerti.”, maka saya pun bertanya,”Apa yang Rasulullah ucapkan?”. Kemudian Abu Zubair menjawab, “Beramallah! Karena semuanya telah dimudahkan.” (HR.Muslim, no.2648)

3. Bertakwa

Ketakwaan insan, membuahkan manfaat yang sangat banyak. Salah satu manfaat takwa adalah: Allah akan memberikan jalan keluar untuk problematika yang dia hadapi, dan Allah akan memberikan rizki baginya dari arah yang tidak dia sangka.

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍۢ قَدْرًۭا (٣)

“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs.Ath-Thalaq: 2-3)

4. Jadilah mukmin yang kuat imannya dan bermental baja

Dampak penolakan yang dirasakan laki-laki, biasanya lebih ringan dirasa bagi jiwa dibanding penolakan yang dirasakan wanita. Andaikata makhluk yang berjiwa halus (baca: wanita) ini ditolak, seringkali mereka merasa bak sedang terlempar ke dalam palung melankolisme, yang dalamnya tak bisa diungkap lewat untaian kata.

Berbagai rasa pun bersatu padu, menghasilkan penyakit “pilu sendu yang mengharu biru”. Ada sejumput rasa sesak dalam dada; sedih; kecewa; malu; menjadi rendah diri (minder); bahkan putus asa…Amboi, sungguh komplit sekali rasanya…-Subhanallah-. Betul-betul perpaduan emosi negatif yang sempurna! Duhai manusia..andai saja dia bisa bersikap tegar, tabah, dan tegak berdiri dengan berlapang dada ketika penolakan itu menimpanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Akan tetapi, keduanya tetaplah memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, dan jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan, ‘Seandainya aku berbuat demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah engkau berkata: ‘Ini sudah menjadi takdir Allah. Setiap apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan “lau” (seandainya) dapat membuka pintu setan.” (HR. Muslim no.2664, di dalam kitab Al-Qadar)

Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah telah menjelaskan maksud perkataan “mukmin yang kuat” dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin,

الْمُرَادُ بِالْمُؤْمِنِ الْقَوِيِّ هُوَ قُوَّةُ إِيمَانِهِ، وَلَيْسَ الْمُرَادُ قُوَّةُ بَدَنِهِ، لِأَنَّ قُوَّةَ الْبَدَنِ قَدْ تَكُونُ ضَارَّةً لِلْإِنْسَانِ إِذَا اسْتَعْمَلَهَا فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ، وَقُوَّةُ الْبَدَنِ لَيْسَتْ مَحْمُودَةً مُطْلَقًا وَلَا مَذْمُومَةً مُطْلَقًا.

فَإِذَا اسْتَعْمَلَهَا فِيمَا يَنْفَعُهُ فِي دُنْيَاهُ وَآخِرَتِهِ فَهِيَ مَحْمُودَةٌ، وَإِنِ اسْتَعْمَلَهَا فِيمَا يُسْخِطُ اللَّهَ كَانَتْ مَذْمُومَةً.

وَلَكِنَّ الْمُرَادَ بِالْقُوَّةِ فِي قَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ “الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ” أَيْ: قُوَّةُ الْإِيمَانِ، لِأَنَّ صِفَةَ الْقُوَّةِ تَرْجِعُ إِلَى مَا وُصِفَ بِهَا، وَهُوَ الْإِيمَانُ.

كَمَا أَنَّكَ إِذَا قُلْتَ: “رَجُلٌ شُجَاعٌ”، فَالْمُرَادُ بِالشَّجَاعَةِ قُوَّتُهُ فِي مَوَاقِفِ الشَّجَاعَةِ، فَكَذَلِكَ “الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ” أَيْ: قُوَّةُ إِيمَانِهِ، لِأَنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ قَوِيَّ الْإِيمَانِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَقُومَ بِمَا أَوْجَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَيَزِيدَ فِي النَّوَافِلِ بِحَسْبِ مَا قَدَّرَ اللَّهُ لَهُ.

“Yang dimaksud dengan mukmin yang kuat adalah kuat imannya, bukanlah yang kuat badannya. Karena kuatnya badan bisa membahayakan manusia jika dia menggunakan kekuatannya ini untuk bermaksiat kepada Allah. Kuatnya badan belum tentu mutlak terpuji ataupun tercela.

Apabila orang tersebut menggunakan kekuatan ini dalam hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya, maka kekuatan itu menjadi suatu hal yang terpuji. Akan tetapi, jika kekuatan ini justru membantu dia melakukan tindak maksiat terhadap Allah, maka kekuatan ini malah menjadi tercela.

Akan tetapi, kata kuat yang dimaksud dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Mukmin yang kuat” yakni kuatnya iman, karena kata kuat kembali kepada hal yang disifati sebelumnya, yaitu iman. (kata “kuat” di dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam digunakan untuk menyifati mukmin, dan kata “mukmin” artinya orang yang beriman, sehingga kata kuat ini menyifati keimanan yang ada pada diri orang yang beriman. -pen).

Sebagaimana ketika Anda berkata, “Seorang lelaki yang perkasa.” yakni kuat dalam hal kejantanannya. Begitupula berkenaan dengan kata mukmin yang kuat, maka kuat yang dimaksud adalah keimanannya, karena seorang mukmin yang kuat imannya akan mampu melakukan kewajiban yang Allah limpahkan kepada dirinya, dan dia mampu menambah ibadah sunnahnya sesuai dengan yang Allah kehendaki bagi dirinya.”

Oleh karena itu, buktikan dan tunjukkanlah sikap seorang yang kuat imannya, “Baiklah, saya memang ditolak….tapi saya berusaha mengendalikan diri saya untuk tetap tegar, lapang dada, sabar dan ridha ! Saya tetap bisa menjalani hari-hari saya tanpa rasa kecewa Insya Allah. Saya mukmin yang ingin dicintaiNya dan saya merasa bahagia terhadap segala yang Allah tetapkan bagi diri saya…karena apapun ketetapanNya, itulah yang terbaik bagi saya.”

عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/ kesenangan, dia bersyukur maka ini menjadi kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini pun menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999 )

——–

[1] Yang dimaksud dengan “ keringnya pena” ada beberapa keterangan ulama sebagai berikut:

a)

إثبات تقدير الخلائق، وسبق علم الله بذلك، وإحكام كتابته في اللوح المحفوظ، وجفاف القلم الذي كتب به الصحائف، فلا يكون فيه محو ولا تغيير

“Penetapan takdir seluruh makhluk telah terjadi, pengetahuan Allah telah mendahuluinya, telah sempurna penulisan takdir di Al-Lauh Al-Mahfuzh, dan telah kering tinta pena yang digunakan untuk menulis lembaran takdir, sehingga tidak mungkin mengalami penambahan dan pengurangan.” (Syarh Muslim li An-Nawawi)

b)

(قوله جف القلم)

يشير إلى أن حكم الشيء المكتوب في اللوح المحفوظ لا يتغير، وهذه اللفظة كناية عن فراغ الكتابة وتمامها، لأن القراطيس إذا كانت مبتلة في حال الكتابة لم تكن الكتابة قد تمت، وكذلك القلم إذا كان مبتلًا وقت الكتابة فإذا انتهت الكتابة جف القلم. وقال الطيبي: في قوله “جف القلم” تحقيق للسببية لأن تمام الكتابة مستلزم لجفاف القلم المكتوب به. وقال ابن حجر: في هذه اللفظة إشارة إلى استقرار الأمر من أمد بعيد. وقال عياض: معنى جف القلم أنه لا يكون بعد ذلك كتابة أخرى

“Mengisyaratkan bahwa hukum segala sesuatu yang telah ditulis di Al-Lauh Al-Mahfuzh tidak akan berubah. Kalimat ini merupakan ungkapan yang menunjukkan telah selesainya pencatatan takdir. Karena lembaran kertas ketika dalam proses ditulisi umumnya masih basah. Demikian pula tinta pena, ketika penulisan telah selesai maka catatan dan tinta pena akan mengering. Ath-Thibi berkata, “lafazh “keringya pena” ini berisi konsekuensi sebab akibat, karena tuntasnya pencatatan takdir pasti mengakibatkan keringnya tinta pada pena pencatat takdir. Ibn Hajar berkata, “di dalam lafazh ini terdapat isyarat bahwa pencatatan takdir telah usai dalam rentang waktu yang lama. ‘Iyadh berkata, “makna keringnya pena yakni pena tersebut tidak akan lagi digunakan untuk mencatat lagi takdir apapun.” (Fathul Bari)

-Bersambung Insya Allah–

***
artikel muslimah.or.id
Penulis: Fatihdaya Khoirani
Murajaah: Ust Ammi Nur Baits
Maraji’:
1. Syarh Riyadh Ash-Shalihin min kalam Sayyid Al-Mursalin, Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsaimin dengan tahqiq: Prof Abdullah Ath-Thayyar, Darul Wathan, Riyadh-KSA, 1996
2. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim ibn Hajjaj, Imam An-Nawawi dengan tahqiq: Syaikh Khalil Ma’mun Syiha, Darul Ma’rifah, Beirut-Libanon,1997
3. Al-Qur’an terjemahan Depag
4. Kupas Tuntas Masalah Takdir, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Pustaka Ibn Katsir, Bogor, 2005
5. Al-Kaba’ir Ma’a Syarh, Syaikh Muhammad Ibn Shalih Al-‘Utsaimin dengan tahqiq: Abu ‘Abdirrahman ‘Adil ibn Sa’ad, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut-Libanon, 2006
6. Syarh Nawaqidh Al-Islam, Syaikh Shalih ibn Fauzan Al-Fauzan, Maktabah Ar-Rusyd, Riyadh-KSA, 2005
7. Syarh Nawaqidh Al-Islam, Syaikh ‘Abdurrahman ibn Nashir Al-Barrak, dalam format pdf yang diperoleh dari www.islamlight.net
8. Fathul Bari Bi Syarhi Shahih Al-Bukhari, Al-Imam Al-Hafizh Ibn Hajar Al-‘Asqalani dengan tahqiq: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ibn Baz dan tarqim: Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, Darul Hadits, Kairo, 2004

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Ummu Yazid Fatihdaya Khoirani

Ummu Yazid Fatihdaya Khoirani

Artikel Terkait

Bakti Sepanjang Masa

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
4 Juni 2021
0

Ada seorang kakek dirawat di rumah sakit karena terkena stroke dan lumpuh. Ia tidak bisa berjalan maupun berbicara. Keluarganya tidak...

Wanita Berhiaskan Rasa Malu

Wanita Berhiaskan Rasa Malu (Bag. 1)

oleh Triani Pradinaputri
20 September 2024
0

Pengertian Malu An-Nawawi Asy-Syafi'i rahimahullah di dalam kitab Riyadhus Shalihin, menjelaskan definisi malu, "Ulama mengatakan bahwa hakikat malu adalah suatu...

Tidakkah Kita Mengambil Pelajaran?

oleh Muslimah.or.id
30 April 2015
1

Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (dunia).” Kemudian para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pemutus kelezatan (dunia) itu?” Lantas Rasulullah shallallahu...

Artikel Selanjutnya

Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.2)

Komentar 21

  1. ummu says:
    14 tahun yang lalu

    Bismillah, apakah boleh berpasrah saja, tidak melakukan apapun dalam menghadapi masalah kalau dirasa sudah tak ada jalan keluar

    Balas
    • muslimah.or.id says:
      14 tahun yang lalu

      @ ummu

      Berdoa adalah salah satu bentuk ikhtiar. Jika bentuk ikhtiar lain dirasa sudah begitu sulit ditempuh, perbanyaklah berdoa. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa hamba-hamba-Nya yang meminta kepada-Nya.

      Balas
  2. abu hafshah says:
    14 tahun yang lalu

    Assalamu alaikum..
    Artikelnya sangat bagus, ijin share yah.
    Syukron

    Balas
  3. zeezee says:
    14 tahun yang lalu

    bgaimana dg takdir yg dpt d ubah,,??
    mohon penjelasanx…

    Balas
    • muslimah.or.id says:
      14 tahun yang lalu

      @ zeezee

      Pertanyaan Ukhti Zeezee memerlukan rincian. Silakan baca rincian tsb pada artikel http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/10/05/memahami-takdir-sesuai-ahlus-sunnah/

      Balas
  4. Rina Andriani says:
    14 tahun yang lalu

    Assalamu’alaikum
    Ijin Share ya …

    Balas
  5. Engkos K says:
    14 tahun yang lalu

    Saya pernah mendengar bahwa takdir bisa di ubah dengan doa.

    Balas
  6. Fatihdaya Kh. says:
    14 tahun yang lalu

    @Engkos K: Insya Allah nanti akan kami buatkan sedikit penjelasan ringkas tentang takdir yang dapat dirubah (takdir dalam catatan malaikat) dan takdir yang tetap dan tidak bisa dirubah (takdir dalam Al-lauh Al-mahfuzh), pembahasan hadits tentang kedudukan doa yang dapat menghadang musibah hingga keduanya saling menyerang hingga hari Kiamat tiba, dan sedikit permasalahn seputar takdir.
    Silahkan Anda menunggunya, Insya Allah akan kami buatkan [namun kami tidak bisa menjanjikan dengan pasti, kapan kami dapat menyelesaikannya. Akan kami usahakan secepatnya Insya Allah].

    Semoga Allah memberi kemudahan bagi kami untuk menyajikannya ke hadapan pembaca.

    Waffaqanallaah…

    Balas
  7. Fizra Fahira says:
    14 tahun yang lalu

    Assalamu ‘alaykum..

    Mhn Izin Share y,,Insya Allah brmanfaat..
    afwan,,wa syukron..
    Jazaakallaahu khoyr..

    Balas
  8. ummu hafiz says:
    14 tahun yang lalu

    bismillah. artikel ini menyinggung masalah penolakan. bagaimana jk penolakan terjadi stlh 1bln menikah dan sang suami tdk ingin berusaha & hny ingin berpisah?

    Balas
  9. Fatihdaya Kh. says:
    14 tahun yang lalu

    Saudari Ummu Hafiz yg kami hormati dan cintai…kami merasa sangat prihatin atas masalah yang dihadapi wanita tersebut.Semoga All?h memberi kemudahan baginya dalam menghadapi masalah ini,hingga diperoleh solusi terbaik bagi masing2 pihak.Kami merasa bahagia jika ukhti berkenan menceritakan sebab penolakannya,karena sebab tersebut akan memudahkan kami dalam berusaha mencarikan solusinya. Jika ukhti keberatan menceritakan masalah ini di hadapan publik,silahkan ukhti menghubungi dewan redaksi website ini secara pribadi (entah via email,HP,FB atau yg lain).Kami akan berusaha membantu semampu kami Insy?ALLAH,baik dengan cara menghubungkan ukhti dengan ustadz atau cara yg lain.

    Apakah sebab yg mendasari suami tersebut menolak melanjutkan pernikahan?atas sebab aib yg ada pd istri dan belum diketahui sebelumnya oleh suami,atau atas sebab kurang cocok,tidak sreg,tidak cinta?andaikata suami itu menolak karena aib yg diperbolehkan syariat untuk menceraikan istrinya,maka suami tersebut boleh memilih untuk tetap melanjutkan pernikahan dan bersabar atas aib tersebut (bahkan jika suami tersebut mampu melaksanakan poligami, dia bisa saja tetap menikahi wanita tsb tanpa menceraikannya) atau menceraikannya (khiyar ‘aibi/pilihan untuk meneruskan pernikahan atau menceraikan karena aib tertentu).

    Balas
  10. Fatihdaya Kh. says:
    14 tahun yang lalu

    Saudari Ummu Hafiz yg kami hormati dan cintai…kami merasa sangat prihatin atas masalah yang dihadapi wanita tersebut.Semoga All?h memberi kemudahan baginya dalam menghadapi masalah ini,hingga diperoleh solusi terbaik bagi masing2 pihak.Kami merasa bahagia jika ukhti berkenan menceritakan sebab penolakannya,karena sebab tersebut akan memudahkan kami dalam berusaha mencarikan solusinya. Jika ukhti keberatan menceritakan masalah ini di hadapan publik,silahkan ukhti menghubungi dewan redaksi website ini secara pribadi (entah via email,HP,FB atau yg lain).Kami akan berusaha membantu semampu kami Insy?ALLAH,baik dengan cara menghubungkan ukhti dengan ustadz atau cara yg lain.

    1.Apakah sebab yg mendasari suami tersebut menolak melanjutkan pernikahan?atas sebab aib yg ada pd istri dan belum diketahui sebelumnya oleh suami,atau atas sebab kurang cocok,tidak sreg,tidak cinta?andaikata suami itu menolak karena aib yg diperbolehkan syariat untuk menceraikan istrinya,maka suami tersebut boleh memilih untuk tetap melanjutkan pernikahan dan bersabar atas aib tersebut (bahkan jika suami tersebut mampu melaksanakan poligami, dia bisa saja tetap menikahi wanita tsb tanpa menceraikannya) atau menceraikannya (khiyar ‘aibi/pilihan untuk meneruskan pernikahan atau menceraikan karena aib tertentu).

    2.ukhti sudah membaca kelanjutan artikel ini dan artikel terkait?mungkin ukhti bisa menemukan sedikit kata untuk sekadar menghibur atau meringankan beban di hati wanita tersebut,khususnya tentang sabar dan ridha atas takdir yg Allah tetapkan baginya.

    Balas
  11. nita says:
    14 tahun yang lalu

    ana ada pertanyaan mengenai hukum pernikahan, ada pasangan yg akan menikah namun sang ikhwan sdh punya istri, karna dia ingin menikahi perempuan itu tanpa diketahui istrinya maka si ikhwan membuat ktp baru di kelurahan tempat perempuan tsb, namun ktp tsb yg akan digunakan untuk menikahi perempuan itu dipalsukan namanya sedikit misalnya nama depan nya dia rubah namun nama belakangnya masih tetap sama, dan tgl lahirnya pun dirubah menjadi lebih muda, begitupun sang perempuannya, merubah nama aslinya, pertanyaan ana apakah pernikahan/ijab qabul mereka sah atau tidak di hadapan Alloh ?
    mohon penjelasannya, jazakallahu khoyron

    Balas
  12. ummu hafiz says:
    14 tahun yang lalu

    assalaamualaikum..
    terimakasih sebelumnya atas kesungguhan redaksi muslimah dalam menanggapi masalah yang ana tanyakan. Sungguh memang wanita tersebut sedang dalam mencari solusi dalam masalah ini karena sampai saat ini kondisiny belum membaik dan wanita tersebut kerap menerima perlakuan kasar sang suami atas dasar yang tidak jelas. padahal ia dalam kondisi hamil. Ingin sekali bisa dihubungkan dengan ustadz. ke alamat mana kiranya kami dapat berkonsultasi? sebab sepertinya kurang sreg jika dikonsulkan di dpn publik. terimakasih sebelumnya

    Balas
    • muslimah.or.id says:
      14 tahun yang lalu

      @ummu hafiz
      wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh
      silahkan kirimkan email ke [email protected]

      Balas
  13. doniprima says:
    13 tahun yang lalu

    Assalamu ?alaykum warahmatullah wabarakatuh

    Mhn Ijin Share yaa,,Insya Allah brmanfaat..
    Jazaakallaahu khoyr..

    Balas
  14. doniprima says:
    13 tahun yang lalu

    Assalamu”alaykum warahmatullah wabarakatuh

    Pencerahan dlm mslh yg saya hadapi skrng..
    Agar lebih bersabar..
    Terimakasih ya afwan..
    Mohon ijin share ya

    Balas
  15. sweethy says:
    13 tahun yang lalu

    Subhanallah, benar2 postingan yang bagus dan penuh dengan nuansa Islami. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.

    Balas
  16. Khairuddin Uno says:
    13 tahun yang lalu

    Bismillah.
    Mencari kebaikan, haruslah d tempuh dengan cara yg baik, krna cara yang baik akan menghasilkan karya terbaik…InsyaAllah

    Balas
  17. Maya says:
    11 tahun yang lalu

    Semoga para perindu, selalu menomersatukan rindu kepada Allah…

    Terima kasih sudah berbagi artikel yang luar biasa

    Balas
    • retno says:
      10 tahun yang lalu

      assalamu’alaykum
      izin share ya .syukron

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.