Seorang hamba kelak akan ditanya oleh Allah Ta’ala berkaitan dengan bagaimana ia mengisi hari-harinya. Untuk ketaatan ataukah sebaliknya. Semua telah terekam dengan sangat rapi, jelas, dan tak seorang pun mampu berkilah ketika semua terpampang nyata.
Demikian pula para muslimah. Ia pun tak terlepas dari semua yang ia katakan dan perbuatan yang dilakukannya akan mendapat balasan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Realitanya, terkadang kita jarang menyadari betapa waktu itu sangat berharga sehingga kita tidak mengelola waktu tersebut secara baik sebagaimana perintah-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan terbaik dalam memanfaatkan waktu. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
?????????? ??????? ?????? ?????? : ????????? ?????? ???????? ?? ????????? ?????? ???????? ?? ??????? ?????? ???????? ?? ????????? ?????? ???????? ?? ????????? ?????? ????????
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak nya. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no.3355)
Cerdas Mengelola Waktu
Seseorang -tak terkecuali muslimah- yang tidak menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat, niscaya ia akan tersibukkan dengan hal-hal sepele yang kurang berfaedah. Bisa jadi sebagian besar waktunya sekedar untuk bersenang-senang, jalan-jalan di pusat perbelanjaan, nonton TV, atau asyik di media sosial dengan alasan untuk mengisi waktu luangnya.
Sesungguhnya masa muda, waktu, dan kekayaan merupakan faktor perusak bagi seseorang. Dalam buku berjudul Kado Pernikahan, Mahmud Mahdi al-Istanbuli, hlm. 322, dikisahkan: “Salah seorang wanita Barat pernah menyaksikan seorang istri muslimah yang memasak makanan dengan menghabiskan banyak waktu. Kemudian ia (sang wanita Barat) berkata kepada sang istri muslimah, “Sekarang aku baru mengerti akan sebab kemunduran kaum muslimin. Wanita di negara-negara Barat menghidangkan makanan untuk keluarga dan tamunya hanya sekitar 1 jam, dengan ukuran yang tidak terlalu lebih dan tidak terlalu kurang. Sementara wanita-wanita muslimah sering menghabiskan hampir setengah hari untuk memasak makanan di dapur.”
Muslimah cerdas tentu akan mengelola waktunya berdasarkan skala prioritas. Ketika ia belum berumah tangga, ia bisa lebih fokus menuntut ilmu syar’i dan belajar ilmu lainnya yang bermanfaat, seperti; menjahit, memasak, menulis, atau lainnya. Selain itu, juga berbakti kepada orang tuanya serta berkiprah untuk kemaslahatan umat. Namun, ketika ia berstatus seorang istri, ia harus lebih fokus berbakti kepada sang suami, menjalankan kewajiban sebagai istri, mendidik anak-anak, dan tetap prioritas beribadah kepada Allah Ta’ala. Juga menyempatkan diri menuntut ilmu agama, membaca buku-buku agama, bersilaturahim ke rumah keluarga dan kerabat, berziarah ke teman, dan berkiprah di masyarakat.
Sejatinya, tak ada waktu luang bagi muslimah karena semua agenda penting untuk dilaksanakan mengingat hidup di dunia hanyalah sementara. Waktu yang ada sangatlah terbatas. Nyatanya, tak semua yang telah terencana dapat terwujud sehingga seorang yang bertakwa akan terus berupaya merealisasikan impian dan obsesinya, biidznillah.
Saudariku, jangan terpedaya setan sehingga ia merampas waktu-waktu indahmu dalam ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman:
???????????? ??????? ?????? ?????????? ??????
“Setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.” (QS. Muhammad: 25)
Bergaul dengan Teman yang Shalihah
Akan lebih baik, tatkala seorang muslimah memiliki motto, “Tak ada waktu luang, yang ada adalah ibadah”. Kata-kata hikmah ini akan mudah direalisasikan saat ia memiliki teman yang shalihah. Berinteraksi dan menjalin komunikasi dengan komunitas yang shalihah akan memotivasi diri untuk memanfaatkan setiap celah waktu agar bernilai pahala di sisi-Nya.
Semoga uraian singkat ini semakin mencambuk semangat kita agar lebih baik lagi dalam menghargai waktu. Dengan memaksimalkan waktu dan perkara yang diridhai-Nya, insyaallah kita termasuk hamba yang beruntung.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
- Majalah Tashfiyah, edisi 18 vol. 02 2012.
- Majalah Nikah, edisi Februari 2005.
- Majalah As-Sunnah, edisi 10/Th VI/1423 H.
- Kado Pernikahan, Mahmud Mahdi al-Istanbuli, Pustaka Azzam, Jakarta, 2003.