Penjelasan Syekh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid
Pertanyaan:
Apa yang dibutuhkan seseorang agar bisa menjadi penuntut ilmu syar’i?
Jawaban:
Alhamdulillah,
Keutamaan menuntut ilmu syar’i
Engkau telah bertanya akan suatu yang penting. Ilmu adalah hal yang mudah bagi orang yang Allah mudahkan, karena ilmu adalah bagian dari jenis taufik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, maka Allah akan pahamkan agama baginya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Yang dapat dipahami dari hadis ini, bahwa orang yang tidak Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah tidaklah menjadikannya paham agama.
Al-Bukhari rahimahullah mengatakan, “Bab ilmu sebelum perkataan dan amal”; ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
فاعلم أنه لا إله إلا الله
“Ketahuilah, bahwasanya, tiada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Allah.” (QS. Muhammad: 19)
Ayat ini dimulai dengan ilmu. Para ulama, mereka adalah pewaris para nabi dan mewariskan ilmu kepada siapa saja yang mengambilnya dengan bagian yang banyak. Barangsiapa yang berjalan di atas jalan menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan menuju surga. Allah Ta’ala berfirman,
إنما يخشى الله من عباده العلماء
“Sesungguhnya di antara para hamba yang takut kepada Allah hanyalah para ulama.” (QS. Fathir: 28)
Dan Allah Ta’ala berfirman,
وما يعقلها إلا العالمون
“Dan tidak ada yang memikirkannya, kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut: 43)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وقالوا لو كنا نسمع أو نعقل ما كنا في أصحاب السعير
“Dan mereka mengatakan, ‘Seandainya dahulu kami mendengar dan berpikir, tidaklah kami menjadi penduduk neraka.’” (QS. Al-Mulk: 10)
Dalam surah Az-Zumar ayat ke-9, Allah Ta’ala berfirman,
هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون
“Apakah sama orang yang mengetahui dan tidak mengetahui?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنما العلم بالتعلم
“Sesungguhnya ilmu hanyalah didapatkan dengan belajar.” (HR. Ad-Daruquthni)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
كونوا ربانيين حلماء فقهاء
ويقال الرباني الذي يربي الناس بصغار العلم قبل كباره
“Jadilah kalian ulama yang Rabbani, lemah lembut, dan fakih.
Ulama Rabbani adalah ulama yang mengajarkan manusia mulai dari ilmu yang mudah sebelum yang sulit.”
Dari Qayis bin Katsir, beliau berkata, ‘Seorang laki-laki datang menemui Abu Darda’ dari Madinah ke Damaskus. Ia mengatakan, ‘Aku telah sampai untuk menemuimu, wahai saudaraku.’ Kemudian dia berkata, ‘Aku mendapatkan kabar bahwa engkau mendapati sebuah hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Dia mengatakan, ‘Tidakkah engkau datang kepadaku karena ada keperluan lain?’ Dia menjawab, ‘Tidak.’ ‘Apakah bukan karena ingin berbisnis?’ ‘Tidak. Tidaklah aku datang kecuali hanya untuk mencari hadis ini.’ Abu Darda’ kemudian menjawab, ‘Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
من سلك طريقا يبتغي فيه علما سلك الله به طريقا إلى الجنة وإن الملائكة لتضع أجنحتها رضاء لطالب العلم وإن العالم ليستغفر له من في السماء ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberi ia jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat menundukkan sayap-sayapnya karena rida terhadap penuntut ilmu. Dan orang yang berilmu akan dimintai ampunan untuknya dari yang ada di langit dan bumi, sampai ikan di dalam air. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah itu seperti keutamaan bulan di atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Nabi tidaklah mewariskan dinar dan juga dirham. Nabi hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi no. 2606, disahihkan oleh Al-Albani)
Ini hanya sebagian kecil saja dari keutamaan ilmu. Seandainya diceritakan tentang keutamaan-keutamaan ilmu seluruhnya, sungguh amat panjang pembahasannya. Semoga dengan apa yang telah disebutkan, bisa menjadi gambaran bagi orang-orang yang mempunyai hati, atau menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
[Bersambung]
Baca juga: Ketika Jenuh Menuntut Ilmu
***
Penulis: Triani Pradinaputri
Artikel Muslimah.or.id