Pada artikel sebelumnya, telah dibahas definisi dari menundukkan pandangan. Selanjutnya, kita akan membahas tentang manfaat menundukkan pandangan.
Manfaat menundukkan pandangan
Para ulama telah menyebutkan berbagai manfaat dari menundukkan pandangan. Beberapa di antaranya disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah di dalam kitab Al-Jawab Al-Kafi yang disarikan sebagai berikut:
Merupakan ketaatan atas perintah Allah, yang akan mengantarkan kebahagiaan kepada manusia di dunia dan akhirat kelak
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seseorang di dunia ini dan di akhirat kecuali dengan menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan mereka yang berbahagia di dunia ini dan di akhirat, hanya dapat meraih kebahagiaan itu dengan memenuhi perintah Allah. Dan mereka yang celaka di dunia dan di akhirat adalah orang-orang yang tidak menghiraukan perintah Allah.
Menjaga manusia dari panah beracun (dari iblis), yang dapat mengantarkan ke kehancuran, menuju hatinya
Sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومَةٌ فَمَنْ تَرَكَهَا مِنْ خَوْفِ اللَّهِ أَثَابَهُ جَلَّ وَعَزَّ إِيمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ
“Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya yang terasa manis baginya.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 7875)
Membuat hati yang terdedikasikan dan fokus kepada Allah
Membiarkan pandangan diumbar dapat mengganggu hati dan membuatnya jauh dari Allah. Tidak ada hal yang lebih membahayakan seseorang daripada mengumbar pandangan, karena hal ini menimbulkan kesenjangan antara seorang hamba dengan Allah.
Menguatkan hati dan membawa kedamaian, sebagaimana mengumbar pandangan melemahkan hati dan membuatnya sedih
Membawa cahaya ke dalam hati, sebagaimana mengumbar pandangan membawa kegelapan
Allah menyebutkan ayat tetang cahaya tepat setelah perintah menundukkan pandangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur: 30)
Kemudian setelah ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nur: 35)
Yakni, seperti cahaya-Nya yang ada di dalam hati hamba-Nya yang beriman, yang menaati perintah-perintah Allah dan menjahui larangan-larangan Allah. Jika hati terang, maka keberkahan akan datang kepadanya dari segala penjuru. Tetapi jika hati gelap, malapetaka dan keburukan akan datang dari berbagai tempat. Segala bid’ah, kesesatan, mengikuti hawa nafsu, meninggalkan petunjuk yang benar, menjauhi jalan menuju kebahagiaan serta hanya mengikuti jalan yang membawa kepada kebinasaan, maka semua itu akan terlihat dari cahaya yang ada di dalam hati. Jika cahaya itu hilang, maka ia akan seperti orang buta yang tersandung-sandung dalam kegelapan.
Membuat pandangan yang dapat membedakan antara kebenaran dan kepalsuan, kejujuran dan kebohongan
Allah mengganjar hamba-Nya atas amal kebaikan yang mereka lakukan dengan sesuatu yang serupa, dan apabila ia meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Maka apabila ia menundukkan pandangannya dari hal-hal yang dilarang Allah, Allah akan menggantinya dengan pencahayaan. Allah akan membukakakan baginya pintu-pintu ilmu, iman, dan pandangan yang benar yang hanya didapatkan melalui cahaya di hatinya. Kebalikannya yaitu kebutaan yang Allah tetapkan pada kaum Nabi Luth ‘alaihissalam. Allah Ta’ala berfirman,
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِى سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan).” (QS. Al-Hijr: 72)
Membuat hati teguh, berani, dan kuat
Allah akan memberinya wawasan, kekuatan. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis, “Barangsiapa yang melawan hawa nafsunya, maka setan akan lari dari bayangannya.”
Sebaliknya, orang yang mengikuti hawa nafsunya akan merasakan kehinaan, tidak berharga, dan rendah diri. Itulah hukuman yang sudah Allah tetapkan bagi orang-orang yang melanggar-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menghubungkan antara kekuatan dengan taat kepada-Nya, dan kehinaan dengan tidak tunduk kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun: 8)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Maka, barang siapa yang menginginkan kekuatan, hendaklah ia mencarinya dengan menaati perintah Allah dan mengingat Allah, dengan berbicara yang baik dan melakukan amal kebaikan. Seperti nukilan dari doa Qunut,
وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
“Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau jadikan wali-Mu. Tidak akan mulia orang yang menjadi musuh-Mu.” (HR. Nasa’i no. 1746, Abu Dawud no. 1425, Turmudzi no. 464, dan disahihkan Al-Albani. Syuaib Al-Arnauth menilai doa ini sanadnya sahih)
Barangsiapa yang menaati Allah, maka ia adalah sahabat-Nya sebagaimana ia menaati-Nya, dan ia akan memperoleh dukungan dan kemuliaan dari-Nya yang sepadan dengan ketaatannya kepada-Nya. Barangsiapa yang tidak menaati-Nya, maka ia adalah musuh-Nya sebagaimana ia tidak menaati-Nya, dan ia akan memperoleh kehinaan dari-Nya yang sepadan dengan kemaksiatan kepada-Nya.
Mencegah setan untuk masuk ke dalam hatinya
Karena setan bisa masuk melalui pandangan dan merasuk ke hati lebih cepat dari angin yang berhembus ke dalam ruang kosong. Dan setan dapat menunjukkan kepadanya gambaran yang ia lihat dan membuatnya lebih menarik, seperti berhala yang membuat hatinya terpikat. Kemudian setan memberikan dorongan dan harapan kepadanya, mengobarkan api nafsu dalam hatinya, dan menambahkan bahan bakar dosa yang tidak mungkin sampai ke hatinya tanpa melihat gambaran itu. Hatinya akan terbakar dan dikelilingi api di semua sisinya, yang mengakibatkan kegilaan dan frustrasi, dan ia berada di tengah-tengahnya seperti seekor domba di dalam tungku. Maka hukuman bagi mereka yang hawa nafsunya dipicu dengan memandang yang dilarang Allah yaitu di alam Barzakh, mereka akan ditempatkan di dalam tungku api.
Mengalihkan perhatian seseorang dari memikirkan angan-angannya
Karena apabila ia disibukkan dengan angan-angannya, urusannya menjadi terabaikan dan ia akan mengikuti hawa nafsunya, melupakan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
“Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Terdapat hubungan antara mata dan hati, yang berarti keduanya memberikan dampak bagi satu sama lain
Jika salah satunya menjadi baik, maka lainnya menjadi baik juga. Dan jika salah satunya menjadi buruk, maka lainnya menjadi buruk juga. Jika hati rusak, maka pandangan akan menjadi rusak, sama halnya jika yang satu sehat maka yang lain juga akan sehat.
Wallahu ta’ala a’lam.
[Selesai]
***
Penulis: Lisa Almira
Artikel Muslimah.or.id
Catatan kaki:
Artikel ini diterjemahkan dan diringkas dari artikel tanya-jawab IslamQA dengan judul, “Meaning of Lowering the Gaze”; oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid yang dapat diakses di:
https://islamqa.info/en/answers/85622/meaning-of-lowering-the-gaze
Referensi lainnya:
Al-Quran beserta arti dan tafsirnya yang diakses di https://tafsirweb.com/
M. Saifudin Hakim, 2015, “Menundukkan Pandangan Mata”, dapat diakses di:
https://muslim.or.id/26590-menundukkan-pandangan-mata-ghadhul-bashar.html
Ammi Nur Baits, 2013, “Doa Qunut dan Maknanya”, diakses dari https://konsultasisyariah.com/18280-doa-qunut-beserta-arti-dan-maknanya.html