Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Kaitan Islam dan Kesehatan Mental (Bag. 2)

Triani Pradinaputri oleh Triani Pradinaputri
24 Januari 2025
di Akidah
0
Kaitan Islam dan Kesehatan Mental
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Doa yang diajarkan Nabi untuk menghilangkan kesedihan dan kecemasan
  • Memperbanyak membaca Al-Qur`an sebagai penenang jiwa
  • Tingkatkan keimanan dengan banyak belajar agama
  • Menjauhi sifat hasad
  • Memperbanyak tobat dan memohon ampun kepada Allah

Doa yang diajarkan Nabi untuk menghilangkan kesedihan dan kecemasan

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering berdoa,

اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بِكَ منَ الهمِّ والحزنِ والعَجزِ والكَسلِ والبُخلِ والْجُبْنِ وضَلَعِ الدَّينِ وغلبةِ الرِّجال

ِ“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hamm (kecemasan), hazn (kesedihan), ketidakberdayaan, kemalasan, pelit, ketakutan, hutang yang tak bisa terbayarkan, dan ditindas oleh orang.” (HR. Bukhari no. 2893)

Memperbanyak membaca Al-Qur`an sebagai penenang jiwa

Kecemasan, kegalauan, dan kesedihan merupakan penyakit yang membuat jiwa tidak tenang. Ketika keadaan hati sedang tidak baik-baik saja, sebaiknya seorang hamba yang beriman berusaha memulai untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب

Donasi Muslimahorid

ُ“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah, hati menjadi tenteram.“ (QS. Ar-Ra’du: 28)

Tingkatkan keimanan dengan banyak belajar agama

Ketika kita mempunyai banyak permasalahan dalam hidup yang membuat kita sedih maupun cemas, maka kita perlu banyak belajar tentang agama. Belajar tentang mengesakan Allah, mengenal nama dan sifat-Nya yang mulia. Dengan itu, hati akan menjadi tenang. Ketika kita bersedih, kita yakin bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar dan beriman. Kita yakin bahwa Allah akan menggugurkan dosa kita, kita yakin bahwa Allah akan memberi pahala yang banyak atas kesabaran kita di dunia dan disambut oleh malaikat di surga atas kesabaran kita. Dan kita akan meyakini bahwa kesudahan yang baik hanyalah untuk orang-orang yang bertakwa. Dan berdasarkan studi yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa seseorang yang punya tingkat keimanan yang tinggi, mereka mempunyai lebih sedikit gejala depresi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن يُرِدِ اللَّهُ به خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّين

ِ“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, maka Ia akan memahamkannya agama.” (HR. Bukhari no. 3116)

Menjauhi sifat hasad

Seorang yang hasad akan selalu dihantui dengan kesedihan dan kecemasan. Dia akan selalu dongkol setiap melihat kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain. Orang yang hasad akan tersiksa disebabkan hasadnya tersebut, dan dia senantiasa menjadi seseorang yang bersedih dan cemas. Syaikh Musthafa al-‘Adawi rahimahullah di dalam Fiqhul Hasad menyebutkan kiat-kiat untuk terhindar dari hasad:

1) Tawakal kepada Allah dan mengucapkan ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’

2) Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

3) Meminta pertolongan kepada Allah dari keburukan hasad dan pelakunya

4) Tidak mengabarkan kepada orang yang hasad tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya

5) Menyibukkan hati agar lalai dengan hasad

6) Menerima Allah dan ikhlas kepada-Nya

7) Bersabar atas orang yang hasad

8) Berbuat baik kepada orang yang hasad

9) Memperbanyak tobat dari dosa-dosa yang itu akan membuat musuh berkuasa atas kita

10) Orang yang dihasadi mandi dari air bekas wudhu atau bekas mandi orang yang hasad padanya

11) Ruqyah

12) Memperbaiki tauhid

Memperbanyak tobat dan memohon ampun kepada Allah

Terdapat studi literatur yang menunjukkan relevansi tobat dan kesehatan mental. Dalam Islam, sehatnya mental ialah hasil dari proses penyucian jiwa. Seseorang yang mentalnya sehat adalah mereka yang jiwanya bersih. Dalam Islam, hubungan kesehatan mental dengan tobat tidak bisa dipisahkan, sebab langkah-langkah untuk mencapai kesehatan mental bisa dihasilkan melalui bertobat. Tobat dan kesehatan mental bersumber dari ajaran agama. Jika keduanya dipadukan dengan baik, maka dapat membentuk jiwa yang sempurna, dengan kata lain bisa melahirkan manusia-manusia insan kamil. (Husniati dkk, 2023)

Seseorang yang masih ada iman dalam hatinya, ketika dia melakukan dosa, maka dia akan diliputi dengan kecemasan dan kegundahan. Diriwayatkan dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يا وابصةُ ! أُخبرُك ما جئتَ تسألُ عنه ؟ قلتُ : يا رسولَ اللهِ ! أَخبِرني. قال : جئتَ تسألُ عن البِرِّ والإثمِ. قلتُ : نعم. فجمع أصابعَه الثَّلاثَ، فجعل ينكُتُ بها في صدري ويقولُ : يا وابصةُ ! استَفْتِ قلبَك، البِرُّ ما اطمأنَّت إليه النفسُ، واطمأنَّ إليه القلبُ، والإثمُ ما حاك في القلبِ، وتردَّد في الصدرِ وإن أفتاك الناسُ وأفتَوْك.

“Wahai Wabishah! Maukah Engkau kuberi tahu apa yang ingin Engkau tanyakan?” Aku berkata, ’Wahai Rasulullah! Beri tahu saya!’ Beliau berkata, “Kau datang untuk bertanya tentang kebenaran dan dosa.” Aku berkata, ‘Ya.’ Lalu beliau menyatukan ketiga jarinya dan mulai menusuk dadaku dengan jari-jarinya dan berkata, “Wahai Wabishah! Mintalah fatwa pada hatimu, kebaikan itulah yang membuat jiwa menjadi tenang dan hati menjadi tenteram, dan dosalah yang menjadikan hati gelisah dan bimbang dalam dada, sekalipun orang-orang mengeluarkan fatwa kepadamu dan memberimu fatwa.” (Terdapat dalam Shahih at-Targhib oleh al-Albani no. 1734, derajat hadis hasan lighairihi)

[Selesai]

Kembali ke bagian 1

***

Penulis: Triani Pradinaputri

Artikel Muslimah.or.id

 

Referensi:

Al-‘Adawi, Musthafa. 1415 H. Fiqh al-Hasad. Darus Sunnah.

Husniati, Reva dkk. 2023. Relevansi Taubat dengan Kesehatan Mental dalam Islam. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin. Vol. 3 No. 1 (Januari 2023): 93-119.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Triani Pradinaputri

Triani Pradinaputri

- Alumni Mahad Umar bin Khattab, Kampus Tahfizh, Mahad Al 'Ilmi - Santriwati Mahad Darussalam Asy-Syafi'i - Pengajar Bahasa Arab Markaz Ar-Ruhaily

Artikel Terkait

Ambillah Aqidahmu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (1): Hak Allah atas Hambanya

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
27 Maret 2008
4

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu Muqoddimah بسم ا لله الر حمن ا لر حيم Segala puji hanya bagi Allah...

Nasehat Syaikh Ibnul Utsaimin Tentang Bahaya Kebebasan Beragama

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
22 November 2020
0

Barangsiapa yang membolehkan seorang untuk bebas berkeyakinan, meyakini agama semuanya sama maka dia telah kafir.

iman kepada kitab allah

Iman Kepada Kitab Allah

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
27 Maret 2008
28

Iman Kepada Kitab Allah Iman kepada kitab Allah adalah termasuk salah satu rukun iman, sebagaimana firman Allah azza wa jalla...

Artikel Selanjutnya
Hukum Merayakan Isra’ Mi’raj

Hukum Merayakan Isra’ Mi’raj

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.