Ustadz Zainal Abidin bin Syamsudin menceritakan, ada jamaahnya yang bercerita bahwa dirinya pernah menggunakan jasa dukun untuk melariskan dagangannya. Singkat cerita, benar apa yang dikatakan sang dukun. Tidak berapa lama usahanya maju dengan pesat, sehingga ia bergelimang dengan harta. Keluarganya pun dimanjakan dengan kemewahan bahkan ia bingung bagaimana ia harus menggunakan uangnya. Akan tetapi suatu saat, karena ia tidak bisa menemukan apa yang diinginkan oleh jin pesugihan, dalam sekejap usahanya pun hancur. Hutang-hutangnya pun menumpuk dan para supplier tidak henti-hentinya menagih. Karena merasa tidak sanggup menghadapi beban berat hidupnya ia meninggalkan tempat usahanya dan pergi ke Jakarta. Akan tetapi jin-jin yang selama ini membantunya senantiasa meneror diri dan keluarganya dengan gangguan ular-ular kecil yang selalu muncul di tiap sudut lantai keramik rumahnya.
Setelah hubungan dirinya dengan dunia klenik tidak lancar, kepercayaan dirinya pun hilang ia menjadi lemah dan mudah putus asa. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa dan memulai usaha dari mana. Selama ini dalam menjalankan usahanya ia selalu bergantung dengan arahan dan ramalan paranormal. (Dikutip dari buku “Membongkar Tipu Daya Dukun Sakti Berkedok Wali”, hal. 70-71)
Ketika seorang menggantungkan rezekinya kepada selain Allah, dan tidak yakin bahwa hanya Allah Ta’ala saja, Dzat yang maha kaya serta pemberi rezeki, maka ia akan terjatuh pada kesyirikan. Padahal Allah ‘Azza wa Jalla adalah Ar-Razaq (Maha Pemberi Rezeki). Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ
“Padahal kepunyaan Allah lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.” (QS. Al-Munafiqun: 7)
Orang yang menggantungkan rezekinya kepada selain Allah, pasti akan merugi dan termasuk orang-orang yang zalim. Karena semua yang disembah selain Allah, sama sekali tidak bisa memberi manfaat atau mudarat. Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu berdoa kepada apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.”” (QS. Yunus: 106)
Rezekimu tak akan tertukar
Seorang mukmin harus meyakini bahwa rezeki itu sudah diatur Allah ‘Azza wa Jalla untuk semua makhluk-Nya, manusia diperintahkan untuk mencarinya dengan jalan yang halal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril) membisikkan dalam hatiku, bahwa sesungguhnya jiwa seseorang tidak akan meninggal dunia sebelum ajalnya sempurna dan rezekinya disempurnakan, maka perbaikilah dalam mencari rezeki. Janganlah keterlambatan datangnya rezeki membawa seseorang di antara kalian untuk mencari rezeki itu dengan cara bemaksiat kepada Ta’ala, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi-Nya tidak bisa diraih kecuali dengan menaati-Nya.” (HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyatul Auliyaa‘, 10: 26. no. 14382, dari sahabat Abu Umamah al-Bahili rahimahullah. Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ish Shaghir no. 2005)
Berharaplah kepada Allah ‘Azza wa Jalla akan limpahan rezeki, niscaya Allah Ta’ala akan mencukupi kebutuhanmu dan memberi rezeki yang kadang tak terduga. Semuanya diraih dengan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis qudsi,
“Rabb kalian berkata, “Wahai anak Adam! Janganlah jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan.” (HR. Tirmidzi no. 2584, Ibnu Majah no. 4107, disahihkan oleh Al-Hakim no. 3657 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)
Rezeki yang dicintai Allah Ta’ala hanyalah rezeki yang dicari dengan jalan yang halal dan di manfaatkan untuk kebaikan dunia akhirat. Ini poin penting dalam mengais rezeki-Nya meski orang bilang betapa sangat susahnya mencari rezeki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ، أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
“Sungguh akan datang suatu zaman pada manusia di mana seseorang tidak peduli dengan cara apa dia mengambil harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083)
Keberkahan harta orang saleh
Orang mukmin yang beriman dan bertakwa harus selalu mencari keberkahan dalam hartanya. Inilah rezeki terbaik yang harus disyukuri dan dipergunakan di jalan-jalan yang disyariatkan Allah Ta’ala baik rezeki itu melimpah atau sedikit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Nikmat harta yang baik adalah yang dimiliki laki-laki yang saleh.” (HR. Ahmad no. 197 dan 202)
Jadilah mukmin yang puas, rida dan bersyukur agar rezekinya diberkahi Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang maknanya,
“Sesungguhnya Allah menguji hamba-Nya dengan apa yang Dia karuniakan dan (rezekikan) kepadanya. Barangsiapa yang rida (menerima dan merasa puas) dengan rezeki yang diberikan kepadanya, maka (pasti) Allah akan memberkahinya dengan meluaskan (melapangkan) rezekinya. Dan barangsiapa yang tidak rida dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya, maka (pasti) Allah tidak akan memberkahinya.” (HR. Ahmad 5: 24, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iimaan no. 9274. Disahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ish Shaghir no. 1869)
Wallahu a’lam. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Kiat-Kiat Islam Mengatasi Kemiskinan, Yazid bin Abdul Qodir Jawas. Pustaka At-Taqwa, Bogor, 2015.
Mencari Kunci Rizki yang Hilang, Zainal Abidin Syamsudin, Pustaka Imam Abu Hanifah, Jakarta, 2008.
Membongkar Tipu Daya Dukun Sakti Berkedok Wali, Zainal Abidin bin Syamsudin, Pustaka Imam Bonjol, Jakarta, 2014.