Bismillah.
Tiga nama Allah dalam kalimat basmalah
Sering kita jumpai para ulama mengawali kitab atau karya tulis mereka dengan kalimat basmalah; yaitu ‘bismillahirrahmanirrahiim’.
Di antara alasannya adalah untuk mengikuti al-Qur’an yang diawali dengan basmalah. Selain itu, juga untuk meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menulis surat atau perjanjian.
Memulai tulisan dengan basmalah termasuk perkara yang dianjurkan (sunah). Demikian keterangan Syekh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (lihat Qurratu ‘Uyunil Muwahhidin, hal. 3). al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Telah menjadi kebiasaan para imam penyusun kitab-kitab untuk memulai kitab-kitab ilmu dengan basmalah, demikian pula pada kebanyakan risalah …” (Lihat Fat-hul Bari, 1: 10)
Adapun fungsi memulai dengan basmalah di antaranya adalah untuk tabarruk (mencari berkah) dengan menyebut nama Allah di awal urusannya. Selain itu, juga untuk isti’anah (memohon pertolongan dan kemudahan dari Allah).
Apabila kita cermati, banyak sekali perbuatan yang diawali dengan menyebut nama Allah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah ketika keluar rumah, ketika hendak makan atau minum, ketika hendak menyembelih, ketika hendak tidur, ketika hendak berwudhu, dan sebagainya.
Di dalam kalimat basmalah itu terdapat 3 nama Allah; yaitu Allah, ar-Rahman, dan ar-Rahim. Nama ‘Allah’ bermakna ‘pemilik sifat uluhiyah (yang berhak disembah oleh segenap makhluk)’. Adapun nama ‘ar-Rahman’ bermakna ‘pemilik sifat kasih sayang yang sangat luas; mencakup orang beriman maupun orang kafir’. Sedangkan nama ‘ar-Rahiim’ maknanya adalah ‘pemilik kasih sayang yang khusus bagi kaum beriman’.
Basmalah mengandung keimanan kepada uluhiyah Allah dan sifat-sifat-Nya. Di dalam nama ‘Allah’ terkandung tauhid uluhiyah yaitu kewajiban mengesakan Allah dalam beribadah. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah yaitu yang memiliki hak uluhiyah dan ibadah atas seluruh makhluk-Nya.” (Lihat Fat-hul Majid, hal. 11; cet. Darul Hadits)
Nama ar-Rahman menunjukkan kasih sayang Allah yang maha luas mencakup seluruh makhluk, baik orang yang beriman maupun orang kafir. Rahmat Allah bagi kaum beriman adalah dalam bentuk pemberian taufik kepada mereka untuk mengikuti kebenaran, meniti jalan yang lurus, dan lain sebagainya. Adapun rahmat untuk mereka di akhirat adalah Allah masukkan mereka ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan Allah selamatkan mereka dari neraka. Rahmat Allah bagi orang kafir di dunia adalah dengan diberikannya kesehatan, makanan, minuman, dan sebagainya. Adapun di akhirat, rahmat itu berupa keadilan dalam hal hisab dan balasan untuk mereka. (Lihat al-Lubab fi Tafsiril Isti’adzah wal Basmalah wa Fatihatil Kitab, hal. 99)
ar-Rahman adalah nama yang tidak boleh dipakai kecuali oleh Allah, demikian juga nama Allah itu sendiri. Di antara nama Allah yang hanya boleh dipakai oleh-Nya yaitu Allah, ar-Rahman, al-Khaliq, dan ar-Raziq. Nama ‘Allah’ disebut oleh para ulama sebagai ismullah al-a’zham (nama Allah yang paling agung), sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya. (Lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 1: 25, 1: 28; cet. at-Taufiqiyah)
Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan bagian tak terpisahkan dari tauhid kepada Allah. Kita wajib menetapkan segala nama dan sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah tanpa menyerupakan dan tanpa menolaknya. Allah Ta’ala berfirman,
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Allah, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS. asy-Syura: 11)
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Aku beriman kepada Allah dan segala yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Dan aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sebagaimana yang dikehendaki oleh Rasulullah.” (disebutkan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam Lum’atul I’tiqad)
Baca juga: Keutamaan Basmalah
Makna huruf Ba’
Para ulama menjelaskan, bahwa huruf ba’ dalam kalimat ‘bismillah’ bisa bermakna isti’anah -dengan meminta bantuan (pertolongan)-; atau bisa juga bermakna ‘mushahabah’ -dengan disertai atau menyertakan-. Abu Syamah al-Maqdisi rahimahullah (wafat 665 H) menerangkan bahwa para ulama menafsirkan huruf ba’ -dalam basmalah- dengan dua penafsiran. Sebagian mengatakan bahwa huruf ba’ di sini bermakna isti’anah, sedangkan sebagian yang lain menafsirkan bahwa huruf ba’ di sini bermakna mushahabah. (Lihat Kitab al-Basmalah, hal. 561-562)
Contoh bunyi kalimat dengan huruf ba’ yang bermakna isti’anah adalah ‘katabtu bil qalami’; artinya ‘aku menulis dengan bantuan pena’. Adapun contoh kalimat dengan huruf ba’ yang bermakna mushahabah adalah ‘bi’tukal faras bisarajihi’ artinya ‘aku menjual kepadamu kuda ini bersama dengan pelananya.’ (Lihat al-Muyassar fi ‘Ilmi an-Nahwi, 2: 98)
asy-Syaukani rahimahullah (wafat 1250 H) di dalam tafsirnya menerangkan, bahwa huruf ba’ dalam kalimat basmalah bermakna isti’anah (permintaan bantuan dan pertolongan) atau bermakna mushahabah (kebersamaan). Beliau juga menyebutkan bahwa penafsiran yang kedua -bahwa ba’ bermakna mushahabah- dipilih dan dikuatkan oleh az-Zamakhsyari. (Lihat Fat-hul Qadir, hal. 15)
Pendapat kedua ini juga dipilih oleh Syekh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi hafizhahullah (Lihat kitab beliau yang berjudul Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 6). Pendapat ini juga yang tampaknya dikuatkan oleh Syekh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (wafat 1285 H) dalam kitabnya, Fat-hul Majid bi Syarhi Kitab at-Tauhid (hal. 10; cet. Dar al-Hadits Kairo)
Adapun pendapat yang dipilih oleh Dr. Sulaiman bin Ibrahim al-Lahim bahwa huruf ba’ di sini bermakna isti’anah (Lihat kitab beliau yang berjudul al-Lubab fi Tafsiril Isti’adzah wal Basmalah wa Fatihatil Kitab, hal. 88). Demikian pula tafsiran dari Syekh Shalih al-Fauzan hafizhahullah bahwa makna ucapan basmalah adalah ‘memohon pertolongan dan bantuan (ber-isti’anah) dengan menyebut nama Allah’. Sehingga kalimat ini diucapkan dalam rangka memohon bantuan kepada Allah dan mencari berkah dengan menyebut nama-Nya. (Lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah, hal. 12)
Senada dengan hal itu adalah penafsiran dari Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah bahwasanya makna ucapan basmalah itu adalah ‘aku membaca dengan seraya memohon pertolongan dan bantuan serta mencari keberkahan dengan menyebut nama Allah …’ (Lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 22). Tafsiran serupa juga disampaikan oleh Syekh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam penjelasannya terhadap risalah Durus Muhimmah karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. (Lihat Syarh ad-Durus al-Muhimmah, hal. 12)
Oleh sebab itu, salah satu faidah penting dari huruf ba’ dalam kalimat basmalah adalah untuk mencari berkah dengan berdzikir menyebut nama Allah. Maknanya adalah ‘Aku memulai dengan menyebut nama Allah sebelum ucapan yang ingin aku katakan atau sebelum perbuatan yang hendak aku lakukan’. Sehingga di dalamnya terkandung faidah mencari keberkahan dari Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya. Demikian ini makna penjelasan yang disampaikan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya. (Lihat at-Tabarruk Anwa’uhu wa Ahkamuhu, karya Dr. Nashir al-Judai’, hal. 205-206)
Demikian sedikit pembahasan yang dimudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga bermanfaat bagi kaum muslimin. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Baca juga: Ketika Rasulullah Mengajarkan Adab Makan kepada Anak Kecil
***
Penulis: Ari Wahyudi
Artikel Muslimah.or.id
sukron ya ustazah atas ilmunya