Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Dianjurkan Mengusap Tempat Keluar Darah Haid dengan Kapas yang Dibaluri Kasturi

Atma Beauty Muslimawati oleh Atma Beauty Muslimawati
30 November 2024
di Fikih
0
Mengusap Tempat Keluar Darah Haid
Share on FacebookShare on Twitter

Dianjurkan bagi wanita yang telah suci dari haid untuk mandi dan mengusap atau menelusuri bekas darah (kemaluan) dengan parfum atau kasturi untuk mencegah bau yang tidak sedap dari darah haid. Hal ini berdasarkan hadis dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا مِنْ الْمَحِيضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ.

 قَالَ خُذِي فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ فَتَطَهَّرِي بِهَا

 قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ ؟

قَالَ تَطَهَّرِي بِهَا 

Donasi Muslimahorid

قَالَتْ كَيْفَ ؟

قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِي 

فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ فَقُلْتُ تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ

“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Seorang wanita bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang cara mandi dari haid. Beliau lalu memerintahkan wanita itu bagaimana cara mandi.

Beliau bersabda, “Ambillah sepotong kapas yang diberi kasturi, lalu bersucilah dengannya.” 

Wanita itu bertanya, “Bagaimana aku bersuci dengannya?”

Beliau menjawab, “Bersucilah dengan kapas itu!” 

Wanita itu berkata lagi, “Bagaimana (caranya aku bersuci)?”

Maka beliau berkata, “Subhaanallah. Bersucilah!” 

Aku pun menarik wanita itu kearahku, lalu aku katakan, “Usaplah bekas tempat keluarnya darah haid dengan kapas tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih)

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah di dalam Fathul Bari berkata,

قال النووي‏:‏ والمقصود باستعمال الطيب دفع الرائحة الكريهة على الصحيح‏‏

“An-Nawawi rahimahullah berkata, “Tujuan mengusapkan parfum dilakukan untuk menghilangkan aroma yang tidak sedap (dari darah haid).”

قال : والصواب أن ذلك مستحب لكل مغتسلة من حيض أو نفاس، ويكره تركه للقادرة، فإن لم تجد مسكا فطيبا, فإن لم تجد فمزيلا كالطين وإلا فالماء كاف

“An-Nawawi rahimahullah juga berkata, ‘Hal ini (dianjurkan) bagi setiap wanita yang telah mandi dari haid ataupun nifas, dan makruh ditinggalkan jika dia mampu melakukannya. Jika dia tidak memiliki kasturi, maka dia boleh menggunakan wewangian yang lainnya. Jika tidak ada, maka dengan sesuatu yang dapat menghilangkan (aroma tidak sedap) seperti tanah; dan jika tidak ada, maka cukup dengan air.”

Terdapat keringanan untuk wanita dalam masa ihdad (berkabung) untuk melakukan hal ini.

فَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلَ وَلَا نَتَطَيَّبَ وَلَا نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ وَقَدْ رُخِّصَ لَنَا عِنْدَ الطُّهْرِ إِذَا اغْتَسَلَتْ إِحْدَانَا مِنْ مَحِيضِهَا فِي نُبْذَةٍ مِنْ كُسْتِ أَظْفَارٍ 

“Dari Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Kami dahulu dilarang berkabung atas mayit lebih dari tiga hari, kecuali atas suami, (yaitu) selama empat bulan sepuluh hari. Selama masa itu, kami tidak bercelak, tidak memakai parfum, dan tidak memakai pakaian yang dicelup kecuali pakaian lurik (dari negeri Yaman). Dan sungguh telah diberikan keringanan (rukhshah) bagi kami ketika telah suci dan hendak mandi seusai haid untuk menggunakan kusti adzfar (sebatang kayu wangi).” (Muttafaqun ‘alaih)

Pada dasarnya, wanita berkabung diharamkan melakukan beberapa hal sebagaimana yang disebutkan pada hadis di atas. Namun, diberikan keringanan ketika suci dari haid untuk mengoleskan pada tempat keluarnya darah haid dengan kapas yang telah diberi parfum. Hal ini menunjukkan betapa ditekankannya wanita yang telah mandi dari haid untuk melakukannya meskipun sedang dalam masa berkabung.

Mengusap tempat keluarnya darah haid ini dilakukan setelah mandi, berdasarkan hadis riwayat Muslim. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh Asma’ binti Syakl radhiyallahu ‘anha terkait dengan mandinya wanita haid, maka beliau menjawab,

تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا 

“Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan tanaman bidara, lalu dia bersuci, lalu membaguskan bersucinya, kemudian menyiramkan air pada kepalanya, lalu memijat-mijatnya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya, kemudian menyiramkan air padanya, kemudian dia mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya.” (HR. Muslim no. 500)

Wanita yang telah suci dari haid atau nifas dianjurkan untuk mengusap kemaluannya dengan kapas atau kain yang diberi kasturi atau semisalnya yang dapat menghilangkan bau darah meskipun dalam masa berkabung. Hal ini makruh ditinggalkan jika dia mampu melakukannya.

Baca juga: Karakteristik Parfum Wanita

***

Penulis: Atma Beauty Muslimawati

Artikel Muslimah.or.id

 

Referensi:

Ahkamuz Zinah lin Nisa`, hal. 31-32; Syaikh Amr Abdul Mun’im Salim, Maktabah As-Sawadi lit Tauzi’, cetakan pertama tahun 1416/ 1996.

islamweb.net (diakses pada hari Minggu, 15 September 2024, pukul 11.45 WITA)

ilmuislam.id (diakses pada hari Minggu, 15 September 2024, pukul 15.33 WITA)

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Atma Beauty Muslimawati

Atma Beauty Muslimawati

Artikel Terkait

Mengenal Najis

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
29 Maret 2010
7

Tidak semua yang haram itu najis. Contohnya, emas haram dipakai oleh kaum lelaki, tapi emas itu tidak najis. Dan juga...

Bagaimana Jika di Tubuh Wanita Tumbuh Jenggot dan Bulu Kaki yang Lebat?

oleh Athirah Mustajab
16 Maret 2014
1

Kelainan hormon bisa menyebabkan tubuh seorang wanita ditumbuhi jenggot atau kumis agak lebat, bahkan bulu badan (misalnya: kaki) bisa sangat...

Puasa di Bulan Rajab

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
25 Mei 2013
7

Apakah terdapat dalil mengenai keutamaan khusus amalan puasa di bulan Rajab?

Artikel Selanjutnya
Ilmu agama

Ilmu Syar’i (Ilmu Agama): Nutrisi Utama bagi Hati

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.