Sebentar lagi kita akan memasuki bulan ketiga dalam perhitungan hijriah, yaitu bulan Rabi’ul Awal. Dikatakan Rabi’ul Awal yang berarti waktu mulainya musim berbunga bagi tanaman.
Beberapa Peristiwa Penting di Bulan Rabi’ul Awal
Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan di kota Makah pada tahun Gajah. Dinamakan tahun Gajah karena pada tahun tersebut terjadi peristiwa penyerangan Kakbah di kota Makah yang dilakukan oleh Raja Abrahah dari Yaman. Ia membawa pasukan tentara yang berjumlah besar dan tangguh, agar tidak seorang pun bisa menghalang-halanginya. Ia mengendarai gajah yang begitu besar, yang belum pernah ada gajah sebesar itu sebelumnya. Ada yang mengatakan bahwa ada delapan ekor gajah yang dibawanya. Ada juga yang mengatakan dua belas ekor, selain yang dikendarai oleh Abrahah. Wallahu a’lam.
Allah Tabaraka wa Ta’ala menyebutkan peristiwa ini dalam satu surah tersendiri di dalam Al-Quran, yang dinamakan dengan Surah Al-Fil (Gajah). Hal ini sebagai pengingat akan nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum Quraisy. Karena mereka telah dilindungi Allah dari pasukan yang bertekad menghancurkan Kakbah dan melenyapkan jejak keberadaannya dari muka bumi.
Berkaitan tentang tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para ulama ahli sejarah berbeda pendapat. Menurut Ibnu Ishaq, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Menurut Al-Waqidi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir pada tanggal 10 Rabi’ul Awal. Adapun Abu Mi’syar As-Sindi berpendapat bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir tanggal 2 Rabi’ul Awal. Dan dari ketiga ahli sejarah tersebut, Ibnu Ishaq rahimahullah adalah yang paling tsiqah (terpercaya). Namun, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri rahimahullah berpendapat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tanggal 9 Rabi’ul Awal.
Adapun yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada hari Senin. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa sunah pada hari Senin, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
ذاك يوم ولدت فيه
“Itu adalah hari yang aku dilahirkan padanya.” (HR. Ahmad, 4: 297; Abu Dawud no. 2426)
Hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah dari kota Makah menuju Madinah pada malam Senin, awal bulan Rabi’ul Awal tahun 1 H. Perjalanan hijrah ini sebenarnya dimulai pada tanggal 27 Shafar, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakar meninggalkan rumah beliau menuju Gua Tsur. Adapun pada malam Rabi’ul Awal itu adalah fase dimulainya perjalanan menuju kota Madinah, yaitu perjalanan dari Gua Tsur (masih di sekitar Makah) menuju kota Madinah. Pada perjalanan hijrah tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat singgah di Quba pada hari Senin tanggal 8 Rabi’ul Awal, kemudian tiba di Madinah pada hari Jumat di bulan tersebut.
Hari Wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Sekitar tiga bulan sepulang dari menunaikan ibadah haji Wada’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh sakit yang cukup serius. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh sakit selama sepuluh hari, hingga akhirnya beliau wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal dalam usia 63 tahun. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dimakamkan di kamar ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha di sisi masjid Nabawi (kini menjadi masuk ke dalam bagian masjid).
Baca juga: Nama-nama Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wasallam
Amalan Khusus di Bulan Rabi’ul Awal
Setelah mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan ini, mungkin timbul pertanyaan di dalam diri kita: adakah amalan khusus di bulan Rabi’ul Awal? Mungkin ada amalan yang berkaitan dengan kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; atau hijrah beliau ke Madinah; ataupun hari wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Sebelumnya, ketahuilah saudaraku, bahwa dalam syariat Islam yang mulia ini kita dituntut untuk mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beragama atau menjalankan syariat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Quran,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Dan tidak ada satu pun dalil yang shahih (valid) yang menunjukkan adanya amalan-amalan tertentu yang secara khusus dikerjakan di dalam bulan Rabi’ul Awal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mensyariatkan kepada umatnya untuk merayakan kelahiran beliau, tidak pula peristiwa hijrah beliau, dan tidak pula memerintahkan untuk memperingati hari wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hendaknya kita berhati-hati dari mengerjakan amalan yang baru atau dibuat-buat dalam agama, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمور مُحْدَثَاتُهَا، (وَكُلَّ مُحْدَثةٍ بِدْعَةٌ) وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، (وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّار)
“Amma ba’du; Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, (setiap yang diada-adakan adalah bidah) dan setiap bidah itu sesat (dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka).” (HR. Muslim no. 867, dan An-Nasa’i no. 1578. Adapun tambahan dalam kurung adalah lafazh An-Nasa’i)
Secara umum, kaum muslimin diperintahkan untuk senantiasa meningkatkan kadar ketakwaan dengan mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengerjakan amal-amal saleh, baik yang sunah maupun yang wajib. Begitu juga dengan menjauhi perkara-perkara yang dilarang syariat, baik yang haram maupun yang makruh, dan yang paling wajib dijauhkan adalah syirik, bidah, dan maksiat.
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
- Ritual Sunnah Setahun, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Media Tarbiyah Bogor, Cetakan Kedua Rabi’ul Awal 1436 H / Januari 2015 M.
- Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Ibnu Katsir Jakarta, Cetakan Kesepuluh Jumadal Awal 1435 H / Maret 201 M.
- Adakah Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam?, Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiry dan Dakhilullah bin Bakhit Al-Mathrafi, Penerbit Darul Falah Bekasi, Cetakan Keempat Dzulqa’dah 1439 H / 2018 M.