Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Tafsir Shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Bag. 2)

Annisa Auraliansa oleh Annisa Auraliansa
16 Juni 2024
di Akidah
0
Tafsir Shalawat Nabi
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Makna shalawat kepada Nabi
  • Arti nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Muhammad’ dan derifasinya
  • Makna “al-alu”

Makna shalawat kepada Nabi

Shalawat kita kepada Nabi merupakan permohonan kepada Allah akan shalawat-Nya dan shalawat para malaikat-Nya yang telah Dia beritakan di dalam firman-Nya (QS. Al-Ahzab: 56). Yakni berupa sanjungan kepada beliau, memperlihatkan keutamaan, dan kehormatan beliau, memuliakan serta mendekatkan beliau kepada-Nya.

Jadi shalawat itu mengandung berita dan permintaan. Permohonan dan doa yang kita ucapkan disebut shalawat untuk Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam karena dua alasan:

Pertama: Doa ini mengandung pujian orang yang mengucapkannya kepada beliau, isyarat akan kemuliaan, keutamaan beliau, serta keinginan, dan rasa suka. Hal itu dikaruniakan Allah kepada beliau. Jadi, shalawat ini mengandung berita sekaligus permohonan.

Kedua: Doa itu disebut shalawat dari kita karena kita meminta kepada Allah untuk melimpahkan shalawat kepada beliau. Sementara shalawat Allah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti sanjungan, kehendak-Nya mengangkat nama beliau, dan mendekatkan beliau kepada-Nya. Sedangkan shalawat kita kepada beliau berarti permohonan kita kepada Allah agar Dia melakukan hal tersebut.

Lawan dari ini adalah laknat Allah kepada para musuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membenci ajaran beliau. Laknat ini disandarkan kepada Allah dan juga disandarkan kepada hamba, sebagaimana firman Allah,

Donasi Muslimahorid

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَآ أَنزَلْنَا مِنَ ٱلْبَيِّنَٰتِ وَٱلْهُدَىٰ مِنۢ بَعْدِ مَا بَيَّنَّٰهُ لِلنَّاسِ فِى ٱلْكِتَٰبِ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ يَلْعَنُهُمُ ٱللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ ٱللَّٰعِنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat.” (QS. Al-Baqarah: 159)

Laknat Allah kepada mereka mengandung celaan, penjauhan, dan kemurkaan-Nya kepada mereka. Sedangkan laknat hamba berarti memohon kepada Allah agar melakukan hal itu kepada orang yang layak dilaknat.

Arti nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Muhammad’ dan derifasinya

Nama Muhammad, adalah yang paling terkenal di antara nama-nama beliau. Ia diambil dari kata al-hamdu, pada asalnya adalah isim maf’ul (bentuk kata obyek) dari al-hamdu (pujian). Kata ini mengandung sanjungan kepada orang yang dipuji, kecintaan kepadanya, penghormatan, dan pengagungan kepadanya. Ini hakikat makna al-hamdu.

Dan nama Muhammad ini dipola mengikuti wazan mufa’al, seperti mu’azhzham (yang diagungkan), muhabbab (yang dicintai), musawwad (yang dipertuankan), mubajjal (yang dimuliakan), dan semisalnya.

Sebab pola kata ini dibuat untuk menunjukkan arti memperbanyak. Jika diambil isim fa’il (bentuk kata subyek) dari pola kata ini, maka artinya adalah orang yang banyak melakukan perbuatan berkali-kali, seperti mu’allim (pengajar/guru), mufahhim (orang yang memahamkan), mubayyin (yang menjelaskan), mukhallish (yang melepaskan), dan mufarrij (yang melonggarkan kesusahan), serta semacamnya.

Jika diambil isim maf’ul, maka artinya adalah orang yang banyak terkena perbuatan berkali-kali, baik karena berhak atau karena tertimpa. Jadi, Muhammad berarti orang yang banyak dipuji oleh para pemuji secara berulang kali, atau orang yang berhak dipuji berulang kali.

Apabila demikian pengertiannya, maka penamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ‘Muhammad’ dikarenakan makna yang terkandung di dalamnya, yakni pujian. Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu terpuji di hadapan Allah, terpuji di hadapan para malaikat, terpuji di hadapan para sejawat beliau dari kalangan rasul – semoga shalawat dan salam terlimpah pada beliau dan mereka -, serta terpuji di hadapan semua penduduk bumi. Meskipun sebagian dari mereka mengingkari beliau. Namun karakter-karakter kesempurnaan yang beliau sandang, terpuji dalam pandangan setiap orang yang berakal, kendati ia melawan jalan akalnya ini hanya karena keras kepala atau karena tidak tahu bahwa beliau menyandang sifat-sifat tersebut, di mana seandainya ia mengetahuinya pasti ia memuji beliau. Sebab pada dasarnya ia memuji orang yang menyandang karakter-karakter kesempurnaan, hanya saja ia tidak mengetahui keberadaannya pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi pada hakikatnya, orang ini memuji beliau.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diistimewakan memiliki nama al-hamdu (pujian) yang tidak terhimpun pada selain beliau. Nama beliau adalah Muhammad dan Ahmad, umat beliau adalah al-hammadun (orang-orang yang memuji), yakni mereka memuji Allah dalam suka maupun duka, salat beliau dan salat umat beliau diawali dengan bacaan al-hamdu (Al-Fatihah), khotbah beliau dibuka dengan al-hamdu (pujian), dan kitab beliau diawali dengan al-hamdu (surah Al-Fatihah).

Demikianlah di sisi Allah di lauhul mahfuzh bahwa para khalifah dan sahabat beliau menulis mushaf dengan diawali al-hamdu (surah Al-Fatihah). Kemudian di tangan beliau tergenggam bendera al-hamdu pada hari kiamat, dan ketika beliau sujud di hadapan Rabb ‘azza wa jalla untuk memohon syafaat dan beliau diizinkan, beliau memuji Allah dengan pujian-pujian yang Dia ilhamkan pada beliau.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pemilik al-maqamul mahmud (tempat terpuji) yang dicita-citakan semua generasi awal dan akhir. Allah berfirman,

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam hari salat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra: 79)

Baca juga: Adab Salam dan Shalawat

Makna “al-alu”

Dikatakan, alu seseorang adalah ia sendiri, atau juga bisa berarti orang yang mengikuti dirinya, atau juga dapat berarti keluarga dan kerabat-kerabatnya.

Tentang siapakah keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (alu Nabi) diperselisihkan menjadi empat pendapat:

Pertama: Mereka adalah orang-orang yang diharamkan menerima sedekah. Tentang siapa saja mereka ini, ada tiga pendapat di kalangan ulama.

Pertama, mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

Kedua, mereka Bani Hasyim saja.

Ketiga, mereka Bani Hasyim dan generasi di atas mereka sampai Ghalib. Maka masuk di dalamnya Bani Muthalib, Bani Umayah, Bani Naufal, dan generasi di atas mereka sampai Ghalib.

Kedua: Keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keturunan dan istri-istri beliau.

Ketiga: Keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para pengikut beliau hingga hari kiamat.

Keempat: Keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang bertakwa dari umat beliau.

Dan yang benar adalah pendapat pertama, diikuti pendapat kedua. Sedang pendapat ketiga dan keempat lemah, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghilangkan kesamaran dengan sabda beliau,

إنَّ الصَّدقة لَا تَحِلُّ لِآلِ مُحَمَّدٍ

“Sesungguhnya sedekah tidak halal bagi keluarga Muhammad.” (HR. Muslim no. 1072)

إِنَّمَا يَأْكُلُ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ هَذَا الْمَالِ

“Sesungguhnya keluarga Muhammad memakan dari harta (Allah) ini.” (HR. Bukhari no. 6725, 6726 dan Muslim, no. 1759)

اللّٰهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوْتًا 

“Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan pokok.” (HR. Bukhari no. 6460 dan Muslim, no. 1055, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Kata al-alu (keluarga) dalam hadis-hadis ini sama sekali tidak tepat bila dimaksudkan umat secara umum.

Shalawat untuk keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk kesempurnaan dan pelengkap shalawat untuk beliau. Pasalnya, hal itu di antara faktor yang membahagiakan beliau dan dengannya Allah menambahkan kemuliaan dan keluhuran beliau – semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam sempurna pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarga beliau.

[Selesai]

Kembali ke bagian 1: Tafsir Shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Bag. 1)

—

Penulis: Annisa Auraliansa

Artikel Muslimah.or.id

 

Referensi:

Jala’ul Afham (Keutamaan Shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Penerbit Al-Qowam, Sukoharjo.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Annisa Auraliansa

Annisa Auraliansa

Penulis di muslimah.or.id

Artikel Terkait

Menjawab Syubhat Tentang Masuk Gereja

oleh Yulian Purnama
12 Oktober 2019
0

Memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir, hukumnya haram berdasarkan kesepakatan ulama.

Tauhid adalah Kunci Ampunan

oleh Ari Wahyudi
11 Agustus 2015
0

Meninggal di atas tauhid yang bersih merupakan syarat mendapatkan ampunan dosa

Makna Maiyyah dalam Surat At Taubah

oleh dr. Ika Kartika
7 Maret 2015
0

Allah Ta'ala berfirman (ـ(لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا) ("Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita". QS At Taubah:40). Apakah maksud...

Artikel Selanjutnya
Keutamaan Puasa Pada Hari Arafah

Keutamaan Puasa Pada Hari Arafah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.