Di dalam kitabullah ada beberapa ayat yang memiliki bahasan tema yang serupa. Coba perhatikan ayat-ayat berikut ini, kira-kira kalimat apa yang sering terulang?
Ayat pertama,
Allah ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Ayat kedua,
وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ
“Adapun orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka dia mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan.” (QS. Al-Kahfi: 88)
Ayat ketiga,
اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ شَيْـًٔا ۙ
“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizalimi (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam: 60)
Ayat keempat,
وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. Al-Baqarah: 25)
Ayat kelima,
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 82)
Baca juga: Kapan Dibolehkan Menceritakan Amal?
Jika kita amati, kalimat yang sering terulang pada ayat-ayat di atas adalah beriman dan beramal saleh. Iman adalah syarat diterimanya amal saleh. Terdapat banyak dalil syari yang menunjukkan bahwa syarat diterimanya amal dan berbuah pahala ada tiga yaitu, islam, ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ketiga syarat ini terkumpul dalam firman Allah ta’ala,
وَمَنْ أَرَادَ ٱلْءَاخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra: 19)
Allah ta’ala menjelaskan tiga syarat diterimanya amal pada ayat di atas, yaitu: menginginkan akhirat (ikhlas), bersungguh-sungguh dalam beramal (mutaba’ah), dan mukmin.
Beramal saleh adalah salah satu usaha kita sebagai hamba Allah untuk mendapatkan akhir yang baik yaitu surga. Walaupun sebenarnya amal saleh semata bukanlah yang memasukkan kita ke dalam surga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam hadis Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu,
لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah.” (HR. Muslim no. 2817)
Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Khalaf Al-Barbahariy rahimahullah mengatakan,
واعلم أنه لا يدخل أحد الجنة إلا برحمة الله
“Ketahuilah bahwasanya tidak ada seorangpun yang masuk ke dalam surga kecuali dengan rahmat Allah.”
Syekh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafizhahullah menjelaskan maksud pernyataan di atas. Sisi yang pertama, “Surga itu mahal lagi tinggi dan tidak bisa digapai dengan amal. Betapa pun banyak amalan seseorang, walaupun ia mengerjakan segala macam ketaatan. Sesungguhnya amalannya tidak sebanding dengan nikmat yang akan diraih yaitu surga. Maka walaupun seandainya surga ditakar dengan amal, amal tidak akan pernah setara dengannya, tidak akan ada amalan yang tersisa.”
Sisi yang kedua, “Sesungguhnya surga itu mahal dan tidak ada yang setara dengannya dari segala jenis amalan, harta atau selainnya, tidak ada yang mengetahui keagungan surga kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi Allah memasukkan orang-orang mukmin ke dalamnya dengan rahmat-Nya disebabkan amalan mereka. Maka amal hanya menjadi sebab saja dan bukan jaminan seseorang pasti masuk surga, juga bukan sebagai tiket masuk ke dalamnya, oleh karenanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لن يدخل أحد منكم الجنة بعمله
“Tidak akan masuk surga seorangpun di antara kalian dengan amalnya.”
Hadis ini mengingatkan agar seseorang tidak ujub dengan amalannya dan bukan berarti seseorang meninggalkan amal (tidak beramal). Allah ta’ala berfirman,
ادخلوا الجنة بما كنتم تعملون
“Masuklah ke dalam surga dengan (sebab) amal yang kalian kerjakan.” (QS. An-Nahl: 32)
Huruf ba’ pada ayat merupakan ba’ as-sababiyah yakni karena sebab amalan yang kalian lakukan, dalilnya adalah hadis berikut,
لن يدخل أحد منكم الجنة بعمله، قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ولا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمته
“Tidak akan masuk surga seorangpun di antara kalian dengan amalnya. Mereka (para sahabat) berkata, “Dan tidak pula Engkau, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Tidak pula denganku kecuali jika Allah meliputiku dengan rahmat-Nya.” (Muttafaqun ‘alaih. Dikeluarkan oleh Al Bukhari (5349) dan Muslim (2816) dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Maka seorang hamba tidak sepantasnya merasa ujub dengan amalnya. Seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan sebab amal. Maka jika seseorang tidak beramal ia tidak akan masuk surga karena ia tidak mendatangkan sebabnya.”
Lanjut ke bagian 2: Beriman dan Beramal Saleh (Bag. 2)
—
Penulis: Atma Beauty Muslimawati
Artikel Muslimah.or.id
Referensi :
- Al-Qur’anul Karim (tafsirweb.com)
- Meneladani Akhak Generasi Terbaik (Terj), Abdul Aziz bin Nashir al-Julayyil dan Baha`Uddin bin Fatih Uqail, 2017, Darul Haq, Jakarta
- Syarhus Sunnah lil Imam Muhammad Hasan bin Ali bin Khalaf al-Barbahariy, Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan, 1429H/2008M, Maktabah al-Hadi al-Muhammadi, Mesir
- Syuruthu Qabulil A’malish Shalih, Dr. Shalih Abdul Aziz ‘Utsman Sindi, 1424H/2013M, Darul Lu`luah, Libanon-Beirut