Surat Al-Fatihah adalah salah satu surat yang paling banyak dibaca kaum muslimin dalam sehari semalam, karena Surat Al-Fatihah termasuk rukun salat.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ ”.
Telah menceritakan kepada kami Ali Ibn Abdillah, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Az-Zuhri dari Mahmud Ibn Ar-Rabi’ dari Ubadah Ibn As-Shamit radhiyallahu‘anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, ”Tidak sah salat bagi yang tidak membaca Fatihatul Kitab (surat Al-Fatihah)”. (HR. Bukhari No. 714)
Oleh karena itu, kita selayaknya mempelajari tafsir Surat Al-Fatihah agar dapat mentadaburinya dan mengamalkannya. Berikut tafsir Surat Al-Fatihah yang diambil dari Kitab Taisirul Karimir Rahman Fi Tafsiri Kalamil Mannan yang ditulis kitabnya oleh Syaikh Abdurrahaman bin Nashir As Sa’di rahimahullaahu ta’ala dengan tambahan penjelasan dari kitab tafsir yang lain dan faidah dari Daurah Tafsir Al Qur’an yang diadakan oleh Ma’had Al ‘Ilmi.
Surat Al Fatihah Ayat 1
Surat Al Fatihah adalah surah makkiyyah (turun sebelum hijrahnya Nabi). Surat ini terdiri dari tujuh ayat.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah: 1)
Para ulama berbeda pendapat dalam basmalah di sini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa basmalah adalah ayat yang berdiri sendiri pada setiap awal surat, pendapat lain berkata bahwa ia termasuk ayat pada setiap surat (dan mungkin adalah termasuk ayat hanya dari surat al-Fatihah), dan pendapat lain menyebutkan bahwa ia bukan merupakan ayat pada setiap surat serta penulisannya hanya sebagai pembatas diantara dua surat. [1]
Syaikh As Sa’di rahimahullaahu ta’ala menyampaikan yang artinya, “Aku mulai dengan semua nama Allah ta’ala.” Menurut Syaikh As Sa’di rahimahullah ta’ala بِسْمِ ٱللَّهِ itu bukan hanya dengan nama Allah, tetapi dengan semua nama Allah. Alasannya karena lafadz اسم ini mufrad mudhaf.
Jika terdapat mufrad mudhaf, kaidah ushul fikih menyatakan يفيد العموم. Kata mufrad mudhaf (kata tunggal yang disandarkan) menunjukkan sesuatu yang umum, sehingga pada konteks ini بِسْمِ ٱللَّهِ mencakup semua nama-nama Allah yang terindah. (Faidah tambahan dari Daurah Tafsir Al Qur’an yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Aris Munandar hafizhahullahu ta’ala) [2]
Allah adalah yang disembah, yang berhak untuk di-Esa-kan dalam ibadah. Dikarenakan Dia bersifat dengan sifat-sifat uluhiyah. Sifat uluhiyah maksudnya adalah sifat-sifat yang sempurna.
Lafadz اللَّهِ nama yang hanya disematkan untuk Allah ta’ala, yang berasal dari kata الإله, yang sebelum penghilangan hamzahnya disematkan untuk segala yang disembah baik itu sesembahan yang haq maupun yang batil, dan kemudian penggunaannya condong kepada sesembahan yang haq. [1]
Kata ٱلرَّحْمَٰنِ dan ٱلرَّحِيمِ adalah dua nama Allah yang menunjukkan bahwa Allah memiliki kasih sayang yang luas, yang besar, yang meliputi segala sesuatu, dan yang mencakup semua yang hidup. Allah menetapkan kasih sayang tersebut untuk orang-orang yang bertakwa dan orang yang mengikuti para nabi-Nya serta rasul-Nya. Mereka mendapatkan رحمة مطلقه (rahmat yang sempurna), sedangkan selain mereka mendapatkan bagian dari rahmat.
Penjelasan tambahan dari Kitab Tafsir Al Muyassar, الرَّحْمَنِ (yang Maha Pengasih) yang memiliki Rahmat umum yang meliputi seluruh makhluk, الرَّحِيمِ (yang Maha Penyayang) yakni kepada orang-orang Mukmin. [3]
Di antara kaidah yang disepakati salaful ummah dan para imam umat ini adalah mengimani semua nama Allah, sifat-sifat-Nya, dan juga konsekuensi dari sifat-sifat tersebut. Mereka mengimani misalnya bahwa Allah Rahman dan Rahim, artinya Allah adalah pemilik rahmat (kasih sayang) yang Allah itu bersifat dengannya dan sifat itu berkenaan dengan objek yang disayangi. Nikmat seluruhnya itu adalah salah satu jejak kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala.
Hal tersebut juga berlaku untuk semua nama-nama Allah. Contohnya adalah nikmat. Berbagai macam nikmat yang Allah berikan itu adalah buah dan jejak dari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Nikmat itu tidak sama dengan rahmah, tapi ini nikmat itu adalah salah satu jejak kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala.
Contoh yang lain misalnya nama Allah Al Alim. Kita imani nama Allah Al Alim, kemudian kita imani sifat Allah itu memiliki ilmu, yang dengannya Allah mengetahui segala sesuatu.
Contoh lainnya yaitu Al Qadir, Allah itu adalah memiliki قدره (kemampuan). Qudrah ini sifat yang Allah kuasa atas segala sesuatu.
Demikian pembahasan Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 1 (Seri 1). InsyaaAllah akan berlanjut pada seri berikutnya.
Lanjut ke bagian 2: Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 2 (Seri 2)
—
Penulis: Victa Ryza Catartika
Daftar Pustaka:
[1] Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy Syaukani. 1434 H. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir. Beirut: Dar An Nafais.
[2] Munandar, Aris. 2023. Daurah Tafsir Al-Qur’an. Diakses Mei 2023. Diakses dari https://www.youtube.com/live/kx_LAU4PQso?si=N0wouh6lVZ1IXp6O.
[3] Majmu’ Ulama. 1433 H. Tafsir Al Muyassar. Mesir: Dar Alamiyyah.
[4] As Sa’di, Abdurrahman bin Nashir. 1423 H. Taisirul Karimir Rahman Fi Tafsiri Kalamil Mannan. Beirut: Muassasah Ar Risalah.
Artikel Muslimah.or.id