Allah Ta’ala berfirman:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa” (QS. Al Lahab: 1).
Faedah dari ayat ini:
1. Surat Al Lahab juga disebut dengan nama surat Al Masad.
2. Surat ini menyebutkan tentang Abu Lahab. Nama aslinya adalah Abdul Uzza bin Abdil Muthallib. Beliau adalah salah seorang paman kandung dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, namun termasuk yang paling keras permusuhannya terhadap Rasulullah.
3. Ayat ini turun ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menjadi Rasul dan diperintahkan untuk berdakwah terang-terangan, beliau menyerukan dakwah tauhid kepada orang-orang Quraisy. Maka Abu Lahab pun menyergah dan mengatakan:
تبا لك! ألهذا جمعتنا؟
“Celaka engkau (wahai Muhammad!!) Apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?”
Lalu turunlah surat Al Lahab ini.
4. Ibnu Zaid menjelaskan maksud dari “celakalah kedua tangan Abu Lahab” adalah: celakalah ia karena sebab amalan kedua tangannya (Tafsir Ath Thabari).
5. Ucapan “tabbat” maksudnya celaka amalan dia, sedangkan “tabb” yang kedua, maksudnya celaka dirinya (Tafsir Jalalain).
6. Ayat ini menunjukkan kafirnya Abu Lahab dan ia termasuk orang-orang yang celaka.
7. Ayat ini turun ketika Abu Lahab masih hidup. Dan ternyata benar bahwa Abu Lahab mati di atas kekufuran. Sehingga ayat ini menunjukkan kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu Allah, karena sudah menetapkan sesuatu yang belum terjadi.
Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan” (QS. Al Lahab: 2)
Faedah dari ayat ini:
1. “maa kasaba” (apa yang ia usahakan) maksudnya: anak-anaknya Abu Lahab (Tafsir Jalalain).
2. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu bahwa sebab turunnya ayat ini adalah ketika Abu Lahab mengatakan:
إن كان ما يقول ابن أخي حقا فإني أفتدي نفسي ومالي وولدي
“Andaikan ajaran yang disampaikan keponakanku (yaitu Rasulullah) itu benar, maka (tidak masalah karena) aku akan menebus diriku (di akhirat) dengan harta dan anakku”.
Lalu turunlah ayat ini.
3. Ketika Abu Lahab membela kekufuran dan mati di atas kekufuran, maka tidak berguna harta bendanya dan anak-anaknya tidak bisa membelanya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang berbuat syirik terhadap Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72).
4. Ketika seseorang membela kekufuran dan kesyirikan, dan mati di atasnya, maka ia kekal di neraka dan tidak berguna sama sekali semua harta bendanya dan amalan-amalan yang ia lakukan di dunia.
5. Kekerabatan dengan orang baik tidak berguna ketika tidak dibarengi dengan iman dan amal shalih. Abu Lahab adalah paman kandung dari manusia paling mulia, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Namun kekerabatan ini tidak menyelamatkan dia dari kekekalan di neraka karena ia tidak beriman dan tidak beramal shalih. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
ومَن بطَّأ به عملُه لَم يُسرع به نسبُه
“Orang yang lambat amalnya, tidak bisa dipercepat oleh nasabnya” (HR. Muslim 2699)
[bersambung insya Allah]
***
Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.or.id