Iman kepada Allah merupakan modal dasar paling berharga bagi seorang mukmin agar selamat hingga negeri akhirat. Para salafuna ash-shalih sangat memperhatikan perkara keimanan karena iman itu fluktuatif, bisa bertambah dan berkurang sebagaimana keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah. Generasi terdahulu senantiasa berupaya menaikkan kualitas iman dengan ilmu dan amal sholih.
1. Pentingnya ilmu
Seorang mukmin hendaknya mendasari ibadah dan kehidupannya dengan ilmu yang diperintahkan-Nya. Ilmu tentang tauhid rububiyah, uluhiyah, asma` wa sifat merupakan landasan utama agar keimanan sempurna dan selaras dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Demikian juga mempelajari hukum-hukum syariat Islam akan menjadikan ibadahnya tegak di atas ilmu sehingga diterima di sisi-Nya. Merenungi sejarah hidup Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam akan menguatkan hati dan mempertebal kualitas iman sehingga menjadikannya sebagai teladan hidup. Selain itu, dengan menadaburi ciptaan Allah adalah di antara sebab bertambahnya iman karena manusia akan semakin bersyukur dan tawaduk tatkala melihat betapa hebat dan luar biasanya semua ciptaan Allah.
Idealnya, semakin bertambah pemahaman dan ilmu seseorang maka kualitas dan kuantitas iman akan memuncak dan rasa takutnya pada Allah akan menyelimuti hatinya hingga ia senantiasa dalam ketaatan pada Allah.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan iman adalah sebuah kecacatan…” (Al-Fawa`id, hlm. 162).
2. Amal shalih
Amal shalih, baik itu amalan hati, lisan maupun anggota badan yang dilakukan dengan ikhlas mengharap ridha Allah, maka akan semakin mempererat buhul-buhul iman.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Bertambahnya keimanan memiliki beberapa sebab, di antaranya adalah melakukan ketaatan karena sesungguhnya keimanan bertambah sesuai dengan baiknya amal yang dilakukan, jenis dan banyaknya. Semakin baik amal yang dilakukan, maka keimanannya pun akan semakin bertambah. Kebaikan suatu amalan sesuai dengan kadar keikhlasan juga mutaba`ah. Adapun jenis amalan, maka sesungguhnya yang wajib lebih utama daripada yang sunnah. Sebagian ketaatan lebih kuat dan utama daripada yang lainnya. Semakin utama amal yang dilakukan, maka pertambahan keimanannya pun akan semakin besar. Banyaknya amal yang dilakukan pun menyebabkan keimanan semakin bertambah karenanya. Pengamalan masuk dalam kategori keimanan, maka sudah pasti keimanan akan bertambah dengan bertambahnya pengamalan.” (Fathu Rabbil Bariyyah, hlm. 65).
Iman dan amal shalih inilah bekal utama agar seorang mukmin hidupnya tegar bak batu karang. Dengan kekuatan iman yang dilandasi ilmu niscaya berbuah amal shalih yang benar. Semua ini akan terwujud dengan taufik Allah.
Nasihat berharga Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah yang menerangkan bahwa seorang hamba yang mendapatkan taufik dari Allah selalu berusaha melakukan 2 perkara:
- Merealisasikan iman dan cabang-cabangnya dan menerapkannya, baik secara ilmu maupun amal secara bersama-sama.
- Berusaha menolak semua yang menentang dan menghapus iman atau menguranginya dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang tersembunyi, mengobati kekurangan dari amal dan mengobati yang seterusnya dengan taubat nasuha disertai dengan mengetahui satu perkara sebelum hilang.” (At-Taudhih wa al-Bayan Lis Syajarat al-Iman, hlm. 38).
Seorang mukmin jangan pernah melupakan kekuatan doa agar diperkokoh pondasi imannya. Doa diberi hidayah agar selamat dari berbagai penyimpangan dan diberi kekuatan beramal shalih sebagaimana perintahNya.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi :
- Duduklah Sejenak Bersama Kami (terjemah), Abdurrazaq bin Abdil Muhsin al-Abbad al-Badr, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, 2007.
- Majalah Elfata, edisi 03 Vol. 10, 2010.
Terimakasih ilmunya
Jazakillah Khairan, ilmu yang bermanfaat
Ya, salah satu hadis yang saya pernah dengar adalah “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan akhirat (surga) harus dengan ilmu”