Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Parenting Islami (49): Ketika Ayah Ibu Lebih Mencintai Salah Seorang Anak  

M. Saifudin Hakim oleh M. Saifudin Hakim
20 September 2018
di Pendidikan Anak
0
Share on FacebookShare on Twitter

Kedua orang tua, baik ayah maupun ibu, tentu saja mencintai buah hati mereka. Kecintaan orang tua terhadap anaknya merupakan sebuah perkara yang alamiah (naluri) yang Allah Ta’ala tanamkan di hati mereka. Allah Ta’ala berfirman,

???????????? ???????? ????????? ??????

“Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari–Ku.” (QS. Thaha [20] : 39)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

?????? ???? ???????? ????????

Donasi Muslimahorid

“Sesungguhnya aku telah diberikan anugerah cintanya (Khadijah).” (HR. Muslim no. 2435)

Intinya, cinta merupakan semata-mata anugerah dari Allah Ta’ala. Terkait kecintaan orang tua terhadap anaknya, terkadang orang tua lebih mencintai salah satu anaknya dibandingkan anak-anak yang lainnya. Pada dasarnya, kecintaan semacam ini tidaklah mengapa, sebab cinta merupakan suatu yang alamiah, natural, semata-mata anugerah dari Allah Ta’ala. Namun, kecintaan tersebut tidak boleh menyebabkan kezaliman pada anak yang lainnya, atau mengurangi hak-hak mereka.

Sebuah hal yang wajar bila kita lebih mencintai orang yang shalih dibandingkan yang kurang shalih. Anak yang taat, rajin shalat, puasa sunnah dan berbakti, tentu lebih dicintai orang tuanya. Kedua orang tua tetap tidak boleh berlebihan dalam mengekspresikan atau menunjukkan kecintaannya kepada sang anak yang taat ini. Namun, terkadang diperbolehkan menjadikan ketaatan atau kelebihan salah satu anak untuk memotivasi anak yang lainnya. Misalnya, dengan mengatakan, “Si Fulan ini lebih baik dari kalian karena dia taat, rajin shalat dan puasa.” Atau kata-kata lain yang semisal dengan itu. Sekali lagi, bukan dalam rangka membanding-bandingkan anak, namun lebih untuk memotivasi mereka.

Lihatlah, Nabi Ya’qub ‘alaihis salam demikian cintanya kepada Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,

?????? ????? ??? ??????? ???????????? ?????? ?????????????? ? ???? ???????? ?????????? ?????????? ??????? ????? ????????? ?????? ???????? ???????? ????? ???????? ?????? ??????? ????????

“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata,  ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin –Tafsir Jalalain) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (banyak, –pen.). Sesungguhnya ayah kita di dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf [12] : 7-8)

Sesungguhnya, cinta Nabi Ya’qub kepada Yusuf ‘alaihimas salam merupakan kecintaan yang murni, tidak ada unsur kezaliman kepada anak yang lainnya. Namun, kecintaan yang demikian itu saja dapat melahirkan perasaan jengkel di dada anak-anaknya yang lain.

Demikian pula, perhatian orang tua yang berlebih terhadap salah satu anaknya akan membuat perasaan anak yang lain sedih, galau, dendam, bahkan melahirkan permusuhan yang berujung pada keinginan untuk mencelakai anak yang “terlihat lebih disayangi” orang tua mereka.

Lihatlah perbuatan saudara-saudaranya Nabi Yusuf ‘alaihis salam kepada beliau. Allah Ta’ala berfirman,

??????????? ???????? ???? ??????????? ??????? ?????? ?????? ?????? ?????????? ????????????? ???? ???????? ??????? ???????????

“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tidak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf [12] : 9)

Lihatlah, ucapan mereka terhadap ayahnya pada ayat sebelumnya, bagaimana mereka menyifati ayahnya dengan kesesatan.

Lihat pula apa yang ada di pikiran mereka ketika melihat bagaimana perlakuan ayahnya terhadap Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Lihatlah bagaimana hal ini dapat melahirkan di pikiran mereka untuk melakukan konspirasi jahat untuk membunuh saudara mereka sendiri, yaitu Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Sikap semacam ini muncul karena mereka melihat kecintaan sang ayah kepada salah satu anaknya. Padahal, kecintaan Nabi Ya’qub terhadap Nabi Yusuf ‘alaihimas salam adalah kecintaan yang murni, cinta yang tidak mengandung unsur zalim dan pengurangan hak terhadap anak-anaknya yang lain. Kecintaan beliau ini adalah kecintaan yang Allah Ta’ala anugerahkan di dalam hatinya, kecintaan tulus kepada anak yang ada padanya tanda-tanda kemuliaan dan keshalihan.

Kita dapat melihat mengapa mereka berniat melakukan rencana pembunuhan terhadap Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Yang mereka inginkan semata-mata agar ayah mereka hanya mencintai mereka semata dan berpaling dari Nabi Yusuf ‘alaihis salam.

Lantas bagaimana lagi, bila kecintaan kepada salah seorang anak yang terekspresikan jelas dan disertai dengan kezaliman dan pengurangan hak-hak anak yang lainnya? Tentulah ini akan lebih menimbulkan kesedihan, kebencian, dan permusuhan di antara anak-anak kita. Bahkan, akan menimbulkan kebencian dan permusuhan antara anak dengan orang tuanya.

Kesimpulannya, kecintaan yang sedikit berlebih kepada salah seorang anak pada dasarnya tidak terlarang. Sebab, cinta itu murni anugerah Allah Ta’ala dan di luar kuasa orang tua. Namun, kedua orang tua hendaknya semaksimal mungkin berusaha untuk tidak menampakkannya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di antara anak-anaknya. Terlebih lagi bila menimbulkan ketidakadilan dan pengurangan terhadap hak anak yang lainnya. Wallahu Ta’ala a’lam.

***

Sigambal selepas subuh, 4 Muharram 1440/ 14 September 2018

Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim

 

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
M. Saifudin Hakim

M. Saifudin Hakim

- Alumnus Ma'had Al-'Ilmi, Yogyakarta. - Alumnus Pendidikan Dokter FK UGM, Yogyakarta. - Alumnus Erasmus University Medical Center, Rotterdam, Belanda. - Saat ini sedang belajar di Unayzah, Saudi Arabia.

Artikel Terkait

Cara Mendidik Anak Bertanggung Jawab

Cara Mendidik Anak Bertanggung Jawab

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
27 Maret 2008
5

Cara Mendidik Anak Bertanggung Jawab Pembahasan tentang cara mendidik anak bertanggung jawab adalah masalah yang cukup berat. Apalagi bila diletakkan...

AI dan Risiko Bahayanya untuk Anak

AI dan Risiko Bahayanya untuk Anak

oleh Victa Ryza Catartika
15 Agustus 2024
0

AI (artificial intelligence) adalah program komputer yang dibuat untuk meniru kecerdasan manusia (kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan lain-lain). Konsep AI...

Orang Tua yang Lalai Memperhatikan Anak

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
20 September 2010
24

Soal: Jelaskan beberapa efek negatif yang timbul dikarenakan kedua orang tua sibuk hingga tidak sempat memperhatikan pendidikan agama anak-anak mereka!...

Artikel Selanjutnya

Adil dalam Pemberian Nafkah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.