Keutamaan Ramadhan
Alhamdulillah, sekarang kita telah bertemu dengan bulan yang Allah muliakan dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Siapa yang tidak bahagia bertemu dengan bulan ini, dimana bulan ini dinamakan Syahrun mubaarakun, yang artinya bulan yang penuh dengan keberkahan, setiap amal yang kita kerjakan di dalamnya akan langsung dibalas oleh Allah, dimana Allah ta’ala berfirman melalui sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Allah ta’ala berfirman, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.”(HR. Muslim)
Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya, sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Hal ini menunjukkan betapa agungnya amalan puasa ini. Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti, Allah ta’ala akan menghisab hamba-Nya. Setiap amalan akan menghapus berbagai macam kezaliman yang pernah dilakukan, hingga tersisalah amalan puasa. Amalan puasa ini akan disimpan oleh Allah dan akhirnya Allah memasukkan hamba tersebut ke dalam surga.” (Panduan Ramadhan, karya Muhammad Abduh Tuasikal)
Mungkin ada di antara kita yang ketika mendapati bulan yang penuh keberkahan ini didera kesibukan yang sangat padat, kuliah misalnya, bekerja full time, dan orang-orang yang memiliki jam terbang yang sangat tinggi. Sebagian orang akan merasa kesulitan dalam mengatur waktu antara beribadah di bulan mulia ini dan aktivitas dunia yang sangat menyibukkan. Maka, mari kita telusuri kiat-kiat jitu dalam mengatur waktu agar kita sukses menghadapi Bulan Ramadhan, dan tidak berlalu sia-sia begitu saja.
Kiat-Kiat Jitu
Menghadapi bulan yang sangat mulia ini memang membutuhkan perhatian yang lebih. Kita mesti mengumpulkan segala upaya dan tenaga agar kita menjadi hamba-Nya yang sukses di bulan ini. Bagaimana tidak, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu, Allah membuka pintu kebaikan selebar-lebarnya kepada para hamba-Nya dan menutup segala pintu-pintu pemicu kemaksiatan.
1. Mengiringi keikhlasan di setiap amal
Ikhlas adalah salah satu dari dua syarat diterimanya ibadah. Tanpa keikhlasan, maka amalan yang susah payah dikerjakan akan hilang sia-sia. Mengikhlaskan segala amalan untuk Allah semata, dan hanya mengharap ridha-nya, serta sama sekali tidak berharap pujian manusia maupun ketenaran di tengah manusia. Maka itu, kiat ini merupakan kiat yang teramat penting dibanding kiat-kiat lainnya, dibutuhkan upaya yang sangat keras untuk mencapai derajat mukhlisin (hamba-hamba-Nya yang ikhlas).
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah ta’ala berfirman, ‘Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sesuatu. Barangsiapa yang melakukan amalan yang di dalamnya dia mempersekutukan selain-Ku bersama diri-Ku, maka Ku-tinggalkan dia bersama kesyirikannya.” (HR. Muslim)
Tanda seseorang dikatakan ikhlas ialah ketika ia memurnikan tujuan bertaqarrub hanya kepada Allah dari hal-hal yang mengotorinya, menjadikan Allah ta’ala sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan.
2. Meminta pertolongan kepada Allah
Manusia adalah makhluk yang dhaif (lemah) dan penuh kekurangan. Segala ibadah yang kita kerjakan semuanya atas taufik dari Allah. Allah memberi kita kekuatan sehingga tubuh kita mampu melakukan segala aktivitas fisik, Allah memberi kita pertolongan sehingga kita mampu melakukan keta’atan kepada-Nya. Kita tidaklah berhak menyandarkan ibadah kepada diri sendiri, namun semestinya semua keta’atan yang kita kerjakan adalah buah dari pertolongan Allah. Laa haula wa laa quwwata illa billah, tiada daya dan upaya melainkan semua karena pertolongan dari-Nya. Allah ta’ala berfirman,
???????? ???????? ?????????? ???????????
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”(QS. Al-Fatihah: 5)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
???? ?????? ?????? ?????
“Jika Engkau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Maka itu, sebelum mengerjakan puasa, hendaknya kita meminta pertolongan dari-Nya agar puasa yang kita lakukan menuai keberkahan dan ketakwaan di tengah kesibukan yang sedang kita hadapi.
3. Membuat jadwal harian
Adanya jadwal sangat penting bagi orang-orang yang padat dengan aktivitas dan kesibukan yang sangat menyita waktu. Hendaknya, kita menyediakan buku kecil yang hanya khusus digunakan untuk membuat rancangan agenda harian yang akan kita kerjakan. Baiknya, jadwal agenda dibuat saat sebelum beraktivitas, bisa saat malam hari ketika kita memiliki waktu luang. Buku agenda tersebut hendaknya kita bawa kemana pun kita beraktivitas, setelah kita menyelesaikan satu demi satu aktivitas yang tertera di buku tersebut, maka kita coret setiap agenda yang telah dilaksanakan, hal ini bisa memicu semangat untuk menyelesaikan setiap rancangan agenda yang dibuat.
Perlu diketahui, bahwa tidak semua agenda yang kita rancang mesti dilaksanakan tanpa adanya urutan yang berlaku. Setiap aktivitas yang hendak kita kerjakan, baiknya dikelompokkan ke dalam aktivitas yang sangat penting, penting, dan tidak terlalu penting. Fokus utama kegiatan kita secara berurutan adalah dari yang ‘sangat penting’, ‘kemudian penting’, dan kemudian ‘tidak terlalu penting’.
4. Menyediakan mushaf ukuran saku agar mudah dibawa kemana pun pergi
Puasa adalah bulan dimana Al-Qur’an diturunkan. Banyak para ulama memfokuskan ibadah tilawah Al-Qur’an ketika memasukki bulan yang mulia ini. Mereka menyingkirkan segala aktivitas keduniaan, dan lebih memperbanyak membaca Al-Qur’an dibanding bulan-bulan sebelumnya. Untuk memudahkan orang-orang yang memiliki jam terbang tinggi, artinya kesehariannya dipadati dengan aktivitas. Maka, ada baiknya membawa Al-Qur’an ukuran saku, agar ketika berpergian mudah dibawa kemana-mana, dan setiap saat bisa membaca Al-Qur’an. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah hendaknya ketika membaca Al-Qur’an diiringi dengan tadabbur di setiap ayat yang telah kita baca. Jika kita belum terlalu menguasai bahasa Arab, maka kita bisa membaca minimal arti ayat-ayat tersebut, sehingga bisa kita renungkan. Membaca terjemahan dapat dilakukan di malam hari ketika kita sedang beristirahat.
5. Membasahi lisan dengan dzikir
Ketika kita beraktivitas mungkin akan sering berpergian baik itu dengan kendaraan atau dengan berjalan. Ketika ada waktu senggang meskipun sedikit, hendaknya kita membasahi lisan agar senantiasa berdzikir kepada Allah. Agar waktu yang terlewati tidak berlalu sia-sia, namun dapat mendatangkan banyak pahala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku perintahkan kalian untuk berdzikir kepada Allah, karena perumpamaannya seperti seorang laki-laki yang dikejar-kejar musuh dengan cepat, hingga ia sampai masuk ke sebuah benteng perlindungan. Di benteng itulah ia dapat menjada dirinya dari musuh. Seperti itulah seorang hamba menjaga dirinya dari gangguan setan dengan dzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, shahih)
Terdapat riwayat dimana ibadah dzikir merupakan ibadah yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya amal apa yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau bersabda: “Bahwa engkau meninggal, sedangkan lisanmu basah dengan dzikir kepada Allah ta’ala.”
6. Menghindari dari banyak bergaul dengan orang-orang yang sering membuat lalai
Bergaul dengan orang-orang yang dapat menyebabkan lalai adalah salah satu tanda kesia-siaan. Pergaulan dengan mereka sedikit pun tidak mendatangkan keuntungan untuk akhirat, namun bisa sebaliknya dapat membinasakan ke dalam jurang kemaksiatan, sehingga puasa berlalu tanpa keta’atan, namun dengan dosa akibat kemaksiatan. Hendaknya kita bergaul seperlunya saja untuk menyelesaikan sebagian dari urusan dunia.
Ketika ada waktu-waktu yang kosong, baiknya kita gunakan untuk menyelesaikan ibadah harian yang telah kita agendakan, agar waktu yang telah kita lalui dapat termanfaatkan secara maksimal.
Demikianlah sedikit tips untuk memanfaatkan waktu se-efektif dan se-efisien mungkin di tengah waktu yang sangat padat. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua agar kita mampu menjadi orang yang sukses di bulan Ramadhan.
**
Penulis: Ade Safitri
Referensi
- Bagaimana agar Anda Dicintai Allah, karya Muhammad Akram Abdurrahim Al-Hashini
- Faedah Dzikir yang Menakjubkan, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
- Panduan Ramadhan, karya Muhammad Abduh Tuasikal
- Tazkiyatun Nafs, karya Ibnu Rajab Al-Hanbali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dan Imam Al-Ghazali
- Tsalatsatul Ushul, karya Muhammad bin Abdil Wahhab
Artikel Muslimah.or.id