Shilatur rahiim yang dalam bahasa kita lebih akrab dengan sebutan silaturahmi adalah ungkapan sekaligus aktivitas yang sangat familiar ditelinga kaum muslimin, terlebih lagi di hari raya Idul Fitri banyak kaum muslimin yang melakukan kunjungan spesial ke orang tua, kerabat, dan handai taulan. Momen lebaran seringkali sebagai ajang saling mengunjungi, dan bersuka ria dengan sesama dengan berbagai hidangan beragam.
Sejatinya perintah silaturahim tak harus dilakukan di hari lebaran, bisa dilakukan kapan saja, lebih-lebih lagi ketika hajat, seperti saat mereka sakit, ketika menghadapi masalah atau kesulitan, atau dihari-hari penting, seperti walimah, aqiqoh, atau saat lainnya sesuai kebutuhan.
Dan ironis tak sedikit dari umat Islam yang lemah imannya menjadikan silaturrahmi sebagai ajang pamer kekayaan, budaya tabarujj merebak, saling berjabat tangan dengan non mahrom, ghibah dan berbagai perilaku kurang terpuji lainnya yang bertabur dosa dan maksiat.
Lantas apa makna silaturahim dalam Islam? Imam Al-Alamah Ar-Raghib Al-Asfahami berkata bahwa Ar-Rahim berasal dari rahmah yang berarti lembut, yang memberi konsekuensi berbuat baik kepada orang yang disayangi. (Mufradul Qur’an , hal 346 ).
Silaturahim merupakan ibadah yang berpahala besar dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla. Sebaliknya orang yang memutus jalinan Silaturahmi akan membuat murka-Nya.
Rahim adalah syajnah (bagian dari limpahan rahmat) dari Allah, barang siapa yang menyambungnya maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskannya maka Allah akan memutuskannya (Terjemah Silsilah Al-Ahadist As-Shohihah no. 925, Adabul Mufrad no. 55 ).
Silaturahmi hendaklah bukan sekedar rutinitas belaka, namun diniatkan dalam rangka ikhlas beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, meraih keridhoan-Nya serta mengeratkan jalinan persaudaraan karena kesamaaan nasab. Bahkan secara umum Silaturahmi untuk membina ukhuwah Islamiyyah. Banyak hikmah dibalik Silaturahmi yang bisa memotivasi kaum muslimin dalam mensyiarkan syariat Islam.
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditambah umurnya hendaklah shilaturahim” (Terjemah Shahih Abu Daud : 1486, Shohih Adabul Mufrod : 56, Shahih Muslim bab Al-Birru Wash Shilah hadits ke – 20 ).
Dari Abdullah bin ‘Amr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya bukanlah orang yang menyambung Silaturahmi itu adalah orang yang membalas kebaikan, namun orang yang menyambung Silaturahmi adalah orang yang menyambung hubungan dengan orang yang telah memutuskan Silaturahmi”. (Terjemah Shahih Adabul Mufrod 68, bab Laisa Washil bil Mukafi’).
Bagaimana bentuk-bentuk Silaturahmi itu ? Imam Ibnu Abi Jamrah menegaskan, artinya : “Silaturahmi bisa berbentuk pemberian santunan harta, sumbangan pemikiran, bantuan tenaga dan memenuhi kebutuhan hidup serta menjauhkan dari berbagai macam gangguan dan keburukan atau bisa dalam bentuk senyum dan bermuka manis serta mendo’akan mereka dengan kebaikan” (Fathul Barri. Kitab Al-Adab bab : Man Washola Washolallhullah, Ibnu Hajar 10 / 1171 ).
Subhanallah ……………..
Sangat indah Islam menjabarkan perihal Silaturahmi agar bernilai ibadah disisi Allah. Saling mengunjungi karena Allah akan mengeratkan perasaan cinta dihati. Bertemu dan berdiskusi, saling sharing bisa mencairkan kebekuan hati dan membuat akrab serta menghilangkan penyakit hati, seperti iri hati, hasad dan curiga dengan kerabat. Menunaikan hak-hak saudaranya akan mendatangkan kebahagiaan dan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla. Meringankan kesempitan mereka bisa mendekatkan emosi dan empati senasib seperjuangan sepenanggungan.
“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri” (Terjemah HR. Bukhari : 13, dan Muslim 45).
Silaturahmi yang terbingkai dalam koridor Islam akan meningkatkan ketaqwaaan seorang hamba. Persaudaraan karena iman dan seaqidah akan memperkokoh ukhuwah Islamiyyah. Dan bangsa Arab merupakan teladan nyata betapa mereka sangat peduli pada nasab. Semoga dengan shilaturahim hubungan dengan orang tua dan kerabat semakin harmonis lahir batin dunia akhirat. Semoga kita termasuk golongan yang di muliakan Allah karena menjadikan shilaturahim sebagai manifestasi ibadah untuk meraih surga-Nya.
***
Referensi : Majalah Al-Furqon Edisi 6 , Th. 1427 H, dengan sedikit perubahan.
Penyusun: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslimah.or.id
Izin copas ya, syukron