Galau atau gundah hati adalah perasaan cemas, bimbang ataupun gelisah yang mengandung ketidaksenangan. Perasaan ini biasanya muncul setelah kita mengalami kejadian atau keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Sebagai seorang mukmin tidaklah pantas apabila kita merasa galau karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin, bila ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu merupakan kebaikan baginya serta bila ia tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim). Hadits tersebut menjelaskan bahwa semua keadaan adalah baik bagi kita orang mukmin, sehingga tidak ada hal membuat kita bersedih atau pun merasa galau melebihi kewajaran.
Apabila kita berada dalam keadaan yang menyusahkan, meletihkan, maupun menyedihkan hendaklah kita bersyukur karena bisa jadi Allah Ta’ala hendak menghapuskan dosa-dosa kita. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundahgulanaan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.”
Kiat untuk Mengatasi Rasa Galau
1. Shalat
Di dalam shalat terdapat kedamaian yang besar bagi jiwa dan ketenangan bagi ruh. Dalam shalat terdapat obat untuk beragam penyakit kejiwaan, seperti gelisah dan cemas. Allah Ta’ala berfirman,
?? ??????? ??? ????? . ??? ??? ???? ????? . ???? ??? ????? ????? . ??? ??????? . ????? ?? ??? ?????? ?????? .
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat.” (QS. Al-Ma’aarij: 19-23).
Bisa jadi rasa galau atau kegelisahan yang kita rasakan merupakan efek dari banyaknya dosa yang kita lakukan. Dengan demikian apabila kita melakukan shalat maka dengan shalat itu bisa menentramkan hati kita karena perbuatan yang baik itu bisa menghapuskan (dosa) perbuatan yang buruk. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Hud ayat 114 yang artinya, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk (dosa). Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (Allah).”
Di dalam shalat terdapat aktivitas mengingat Allah, menghambakan diri kepada Allah, merendahkan diri kepada-Nya dengan demikian dengan shalat akan melapangkan dada, menghilangkan kesempitan yang menyesakkan. “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu termasuk di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu sesuatu yang yakin (ajal menjemput).” (Arti QS. Al-Hijr: 97-99)
2. Membaca Al-Qur’an
Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya, “Wahai manusia telah datang kepadamu Kitab Al-Qur’an yang mengandung pengajaran dari Tuhan dan obat bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada (hati) serta mengandung tuntunan dan rahmat bagi mereka yang beriman (mempercayainya).” (Q.S Yunus: 57). Ketika seorang hamba banyak membaca kitab suci Al-Qur’an insyaAllah akan terbukti betapa besarnya pengaruh Al-Qur’an sebagai obat hati yang gelisah.
Ibadah unggulan yang dapat dilakukan oleh seorang hamba yang ingin memperoleh ketenangan hati adalah dengan shalat dan membaca Al-Qur’an. Ketika kita membaca Al-Qur’an seolah-olah Allah sedang berbicara dengan kita, dan pada hakikatnya hati manusia ada di tangan Allah, sehingga apabila seorang hamba ingin ketenangan hati maka salah satu solusinya adalah dengan berdzikir kepada Allah. Hal ini sesuai firman Allah yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. (Arti QS. Ar-Rad: 28).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengingatkan tentang pentingnya membaca Al-Qur’an, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.” (Hadits shahih riwayat Muslim). Dengan membaca Al-Qur’an, kita bisa menjauhkan rumah kita dari gangguan setan sehingga kita bisa meminimalkan perbuatan maksiat yang akan membuat hati kita menjadi semakin gelisah.
3. Doa pengusir Rasa Gundah
Doa merupakan senjata andalan bagi seorang muslim. Dengan berdoa memohon kepada Allah, merendahkan diri di hadapan-Nya tentulah Allah akan menolong hamba-hamba-Nya. Doa untuk mengatasi rasa galau dan gundah gulana ini telah dicontohkan oleh panutan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada sebuah kegundahan dan kesedihan yang menimpa seseorang, lalu ia mengucapkan:
“Wahai Allah, sesungguhnya saya adalah Hamba-Mu, dan anak lelaki dari hamba-Mu lelaki dan anak lelaki dari hamba-Mu perempuan, ubun-ubunku berada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku pada diriku, ketetapan-Mu adil pada diriku, saya memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang ia milik-Mu, yang Engkau telah menamai diri-Mu dengannya atau telah Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu atau yang telah Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu atau yang Engkau rahasiakan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, maka dengan itu saya mohon Engkau menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, hilangnya kesedihanku dan lenyapnya kesusahanku”, kecuali Allah menghilangkan darinya rasa resah dan sedihnya dan menggantikannya dengan kegembiraan”, lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, Alangkah baiknya kita mempelajarinya?”, beliau menjawab: “Tentu, bagi siapa yang mendengarnya untuk mempelajarinya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 199).
Selain itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mencontohkan do’a apabila mengalami hal-hal yang menyenangkan hati dan hal-hal yang tidak menyenangkan hati.
Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat (mendapatkan) sesuatu yang dia sukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan “Alhamdulillaahilladzii bi nimatihi tatimmush shoolihaat” yang artinya segala puji hanya bagi Allah, yang dengan segala nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Dan apabila mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, “Alhamdulillaahi ‘alaa kulli haal” yang artinya segala puji hanya bagi Allah atas segala keadaan (Hadits Riwayat Ibnu Majah, shahih). Sungguh menakjubkan perilaku Rasaulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau benar-benar mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur atas keadaan yang sekarang sedang menimpa kita karena pada sejatinya semua keadaan adalah baik bagi orang-orang yang beriman.
*****
Referensi:
Allah Masih Menyayangimu karya Ir. Joko Kuswanto, MM, dengan sedikit perubahan.
Penulis: Romadhoni Umi Utami
Muroja’ah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslimah.or.id
apakah ada versi dalam Bahasa arab doa ini “Wahai Allah, sesungguhnya saya adalah Hamba-Mu, dan anak lelaki dari hamba-Mu lelaki dan anak lelaki dari hamba-Mu perempuan, ubun-ubunku berada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku pada diriku, ketetapan-Mu adil pada diriku, saya memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang ia milik-Mu, yang Engkau telah menamai diri-Mu dengannya atau telah Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu atau yang telah Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu atau yang Engkau rahasiakan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, maka dengan itu saya mohon Engkau menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, hilangnya kesedihanku dan lenyapnya kesusahanku”, kecuali Allah menghilangkan darinya rasa resah dan sedihnya dan menggantikannya dengan kegembiraan”, lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, Alangkah baiknya kita mempelajarinya?”, beliau menjawab: “Tentu, bagi siapa yang mendengarnya untuk mempelajarinya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 199).
jazakumullah khayran