Wanita-wanita salaf yang mulia telah memberikan gambaran yang jelas dan contoh yang baik tentang kesungguhan mereka dalam melakukan qiyamullail (salat malam) dan bermunajat kepada Allah serta kesungguhan mereka dalam menaati Allah Yang Mahakasih. Manakah wanita-wanita sekarang yang melakukan seperti apa yang mereka lakukan? Apa yang menyibukkan mereka sehingga melupakan jejak Sumayyah, Aisyah, dan Ummu Haram?
Ulangi perkataan mereka, wahai orang yang menjauh
Karena perkataan mereka dapat menjernihkan hati yang kotor
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membangunkan istri-istrinya untuk bangun malam.
Berikut akan kami paparkan beberapa contoh dari salat malamnya istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
Dari Urwah bin Zubair rahimahullah berkata, “Pada suatu hari, aku mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk mengucapkan salam kepadanya, aku mendapatinya sedang shalat dan membaca firman Allah,
فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ
“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.” (QS. Ath-Thur: 27); dia mengulang-ulang ayat itu dan menangis.
Saya pun menunggunya. Hingga ketika aku bosan menunggu, maka aku pergi ke pasar untuk membeli kebutuhanku. Kemudian aku kembali ke Aisyah, tetapi dia masih seperti keadaannya semula, mengulang-ulang ayat ini dalam shalatnya dan menangis. (Ibnu Al-Jauzi, Shafwah Ash-Shafwah, 2: 23)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Jibril berkata kepadaku, ‘Lihatlah Hafshah, sesungguhnya dia adalah orang yang senang berpuasa dan bangun malam.’” (HR. Al-Hakim)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا حَبْلٌ مَمْدُودٌ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ، فَقَالَ: مَا هَذَا الحَبْلُ؟ قَالُوا: هَذَا حَبْلٌ لِزَيْنَبَ فَإِذَا فَتَرَتْ تَعَلَّقَتْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ حُلُّوهُ لِيُصَلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَهُ، فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَقْعُدْ
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke masjid dan baginda mendapati ada seutas tali yang direntangkan antara dua tiang, lalu baginda bertanya, ‘Tali apakah ini?’ Para sahabat menjawab, ‘Tali itu digunakan oleh Zainab untuk salat. Apabila dia merasa malas atau keletihan, dia akan berpegang pada tali tersebut.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Lepaskan ikatan tali tersebut, seseorang dari kamu hendaklah mendirikan salat dengan kekuatan yang ada pada dirinya. Apabila dia letih atau malas, maka hendaklah dia duduk (dalam salat sunah, pent.).” (HR. Bukhari dan Muslim)
***
Artikel Muslimah.or.id
Sumber: Diketik ulang dari buku “Menggugah Semangat Qiyamullail” karya Muhammad bin Shalih Ash-Shai’ari.