Di era tahun sembilan puluhan, sepeda motor merupakan barang mewah, setiap pagi dan sore hari jalanan dipenuhi barisan sepeda onthel. Teknologi komputer juga merupakan barang langka, jangankan HP, benda mewah ini hanya dimiliki para konglomerat atau mereka yang dari kalangan highclass. Kalau untuk menghubungi seseorang perlu antri di warung telkom diatas jam 19.00, atau paling tidak memanfaatkan telepon umum dengan koin di pusat-pusat keramaian. Begitulah roda zaman berputar, dan dalam kondisi serba terbatas itu justru membuat semangat fulanah untuk semakin antusias mencari ilmu Syar’i. Dengan baju kebesarannya yang menutup aurat, plus sepeda onthel tuanya puluhan kilo ditempuhnya menuju pusat kota Yogyakarta untuk menghadiri kajian keislaman. Hawa panas dan gerah tak menyurutkan langkahnya untuk mengumpulkan asa dalam ridho -Nya. Sebagian hari-harinya digunakan untuk bercengkrama dan berziarah kepada sesama akhwat yang membuat iman di hatinya semakin bersemi. Apalagi 30 tahun yang lalu, kondisi masyarakat muslim pada umumnya masih awam, orang berjubah dan berkerudung lebar masih dipandang aneh, dan majelis-majelis taklim tak sebanyak saaat ini. Namun satu hal, semangat untuk tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu -ed) patut diacungi jempol. Meskipun kondisi serba minimalis, namun barokahnya ternyata bisa membuat ketenangan hati, kebahagiaan hidup dan hilangnya rasa gundah. Dan di era sekarang ini sangat mudah orang mengakses ilmu, tak perlu keluar rumah atau berpayah-payah sebagaimana kisah fulanah di atas.
Ini perbedaannya, terkadang dengan segala kemudahan teknologi seseorang menjadi malas untuk memburu majlis taklim. Dan bisa jadi dengan banyaknya rintangan, fisik yang lelah dan sikap antusiasme, Allah ‘Azza Wa Jalla akan menjadikan ilmu yang dicarinya sebagai sebab ia menjadi hamba yang dicintai-Nya. Kebahagiaan hidup akan dinikmati tatkala dengan segala keikhlasannya dia lalui segala kesusahan dalam mengejar ilmu Syar’i.
Salah satu nasehat berharga dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam 8 nasehat berharga untuk meraih hidup bahagia adalah tegar dan tawakkal dalam menghadapi hidup. Sandaran tertinggi hanya kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Dengan tawakkal, hati akan menjadi kuat, lapang dan bahagia.
?????? ??????????? ????? ????? ?????? ????????
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya.” (Q.S. Ath-Thalaq: 3)
Nasehat beliau yang sangat penting adalah hendaknya seseorang menyibukkan diri dengan ilmu Syar’i, aktivitas yang bermanfaat dan berkonsentrasi dalam menjalaninya.
Dengan aktivitas-aktivitas positif niscaya jiwanya tenang dan menghilangkan kesedihan serta tidak larut dalam pikiran-pikiran negatif yang belum terjadi.
Rasulullah ??? ???? ???? ???? bersabda yang maknanya:
“Bersemangatlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah. Jika kamu ditimpa musibah, janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya saya bertindak demikian, tentu ( hasilnya ) akan begini dan begitu’. Tapi katakanlah, ‘Allah sudah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki, maka Dia pasti lakukan’. Karena sesunguhnya ( perkataan ) ‘Seandainya’ akan membuka pintu perbuatan setan!” (HR. Muslim).
Dan tentunya kita semua berharap dapat berjumpa dengan-Nya. Asa seorang muslim adalah negeri akhirat. Untuk mewujudkannya, tentu butuh iman, ilmu, amal, dan sabar yang terus menerus.
???? ????? ???????? ?????? ???????? ?????? ???????????. ???? ???? ???????? ????? ????????? ????? ????? ?????? ?????? ??????????
“Barangsiapa yang takut (akan keselamatan dirinya), dia akan bergegas (untuk mengerjakan amal-amal shalih), dan barangsiapa yang bergegas , dia akan sampai tujuan. Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah mahal. Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah surga.” (Shahih diriwayatkan Imam At – Tirmidzi No. 2450, dan Imam Al-Hakim ( 4 / 308 ) . Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Bani dalam shahih Jami’ Ash Shaghir No. 6222).
*****
Referensi :
1). 8 Nasehat berharga meraih hidup bahagia ( terjemah ) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Darul Haq, Jakarta 2015
2). Menggapai syurga tertinggi dengan akhlak Mulia ( terjemah ). Ummu Anas Sumayyah bintu Muhammad Al- Ansyariayyah, Pustaka Darul ‘Ilmi, Bogor 2008.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah
Muroja’ah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Artikel muslimah.or.id