Masih segar dalam ingatan ketika seorang kakak kelas di sebuah SMU Negeri mengenakan jilbab. Di mataku ia nampak cantik dan anggun dalam balutan seragam putih abu-abu dengan selembar kerudung putih yang terjuntai ke bawah. Gadis itu dengan antusias dan penuh percaya diri tampil beda seolah tak peduli tatapan heran puluhan mata yang menganggap jilbab sebagai suatu yang aneh. Kala itu tahun 90-an dimana orang berbusana muslimah masih sangat jarang. Isu jilbab beracun telah membuat phobia banyak kalangan untuk memandang asing tentang kewajiban berjilbab.
Berbagai ujian beruntun menghadang, mulai dari skorsing, diultimatum pindah sekolah hingga terpaksa menandatangani surat pernyataan ketika mereka bersekukuh tetap berbusana muslimah dalam STTB atau ijazah. Itulah sunnatullah akan menguji hamba-Nya yang berupaya berpegang teguh pada syariat-Nya.
Seiring berjalannya waktu dengan kian gencarnya gerakan dakwah Islam, majelis ilmu semarak mulai dari kalangan mahasiswa, birokrat dan segenap masyarakat. Kaum muslimin semakin memahami dan mulai mengamalkan ajaran Islam dan busana muslimah semakin mendapat simpati. Berbondon-bondong para mukminah mulai menutup diri dan menjaga kesuciannya dengan tampil anggun serta menyejukkan dengan berbusana taqwa.
Sampai di sinilah cerita membanggakan tentang jilbab.
Saat ini begitu bomming dengan adanya jilbab gaul. Mungkin sering kita lihat seorang berkaos lengan panjang press body celana jiens ketat dan selembar mungil kerudung dengan warna terang berbiaskan aneka aksesoris, belum lagi dandanan yang menor. Begitukah model jilbab ala Islam?
Sejatinya busana muslimah yang dikehendaki syariat adalah pakaian yang longgar, tidak transparan, bukan pakaian menyerupai pakaian laki-laki atau busana orang-orang atau wanita kafir yang menonjolkan anggota tubuh dan tidak merupakan pakaian yang glamor.
Hijab adalah kado spesial untuk muslimah yang merindukan surga. Identitas wanita bertaqwa agar terhindar dari fitnah. Hijab bukanlah penghalang langkah wanita untuk menjadi lebih baik serta dicintai Allah.
Biarlah Qosim Amin dalam Tahriir Al-Mar’ah1 mencaci maki hijab dan Naisbitt dalam Megatrends Asia2-nya berkoar-koar hanya wanita yang berani tampil beda saja akan bisa hidup di era mendatang. Dalam konteks Naisbitt, berani tampil di sini adalah tampil beda dalam upaya menyimpulkan cara dan kebiasaan jilbab dan hijab yang mungkin dianggapnya penghalang untuk maju.
Jilbab dan hijab hadiah terindah dari Illahi Rabbi, jangan pernah disia-siakan. Ia mendatangkan barakah, rahmat dan kebahagiaan. Aisyah wanita paling cerdas sejagad, calon penghuni jannah, namun tetap komitmen pada hijab.
Ya Rabbi… teguhkan kami di atas agama-Mu. Janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesyirikan dan kemaksiatan setelah Engkau beri kami petunjuk.
———————————————————————
[1] Buku feminis yang membicarakan tentang emansipasi wanita, salah satunya adalah menolak hijab yang menutupi seluruh tubuh. Terbit di Mesir, tahun 1899.
[2] Buku tentang perubahan dunia, salah satunya adalah munculnya kaum wanita, terbit pada tahun 1995.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id