Istri teladan harus menjauhi sifat-sifat malas dan lamban. Dia mengetahui nilai waktu, karena waktu merupakan umurnya yang kelak akan dipertanyakan. Oleh karena itu dia mengembangkan segala potensi dan tidak menghambat kemampuan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Dia kembangkan potensi dan kemampuan dirinya di jalan Allah. Baik kemampuan dia dalam menjahit, menenun, membaca atau keterampilan-keterampilan lainnya yang merupakan anugerah Allah yang harus dimanfaatkan.
Siapa yang mempunyai keahlian membaca, maka ia bisa membaca bacaan-bacaan yang bermanfaat, sehingga bisa membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan. Selain itu dia juga bisa mengajarkan kepada orang lain.
Siapa yang bisa menjahit, dia bisa menjahit pakaian yang bermanfaat sehingga dia bisa mengambil manfaat dari keterampilannya itu dan bisa bekerja.
Siapa yang mempunyai keterampilan dalam masak-memasak, dia bisa memasak dan menyantuni orang miskin, orang-orang kelaparan dan sanak saudaranya yang membutuhkan, karena ini merupakan shadaqah baginya.
Dari Abu Musa bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap orang muslim punya hak shadaqah.” Beliau ditanya, “Jika ia ia tidak mendapatkan suatu untuk dishadaqahkan?” Beliau bersabda, “Dia harus bekerja untuk memberi manfaat bagi dirinya.” “Bagaimana bila ia tidak mampu berusaha?” Beliau bersabda, “Menolong yang sedang kesusahan.” Beliau ditanya, “ Bagaimana bila ia juga tidak mampu?” Beliau bersabda, “ Menahan diri dari segala keburukan adalah shadaqah. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hidup dengan serba terampil dan cekatan itu dimaksudkan untuk menciptakan kemajuan dan peradaban bagi umat kita. Tidak ada tempat untuk bermain-main dan bersantai-santai serta hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupan muslimah. Sehingga semangat masyarakat semakin bertambah, jiwa manusia semakin unggul dan potensi yang terpendam bisa dimanfaatkan. Para muslimah bisa belajar dan mengajari orang lain. Aktifitas seseorang tidak berhenti pada umur tertentu.
Ummul Mu’minin Hafshah juga belajar menulis dari Asy –Syifa’, karena memang dia seorang wanita yang pandai menulis. Dari Asy-Syifa’ binti Abdullah bin Abdi Syams radhiyallahu ‘anhaa dia berkata: ‘Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tempat kami dan aku berada di sisi Hafshah lalu dia bersabda, “ Mengapa engkau tidak mengajarkan pengobatan sebagaimana engkau mengajarkan kepadanya tulis menulis?”
Istri shalihah selalu mengefektifkan waktunya yang dianggap sebagian orang waktu senggang, yang bisa menimbulkan rasa jemu dan bosan yang dianggap berat dan pahit. Tetapi dengan kerajinan istri yang teladan mampu menjadikan kehidupan bernilai tinggi. Oleh karena itu dia bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu agama, seperti memahami kitab Allah dan hukum-hukum fiqih yang dibutuhkannya, agar bisa mengetahui hukum-hukum halal dan haram.
Dia bisa meringkas buku-buku yang dibaca sehingga sang suami bisa mengambil manfaat darinya. Di samping itu, dia juga bisa mengikuti radio, mendengarkan berbagai berita dan peristiwa di penjuru dunia, sehingga dia bisa menyadari keberadaannya di dunia. Semua ini dilakukan karena mengharap pahala dari Allah Ta’ala. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
???? ????? ????? ?????? ?????? ?????? ?????? ?????????
“Barangsiapa menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim).
Jika pekerjaannya menumpuk dan banyak tuntutan di sekelilingnya, maka ia tidak boleh menyerah kalah sebelum bertindak dengan meremehkan semuanya, lalu dia tidak berbuat apa-apa. Tetapi dia harus mendahulukan yang prioritas, menyusun pekerjaan dan tidak boleh lalai.
Kewajibannya terhadap keluarga suami, silaturahmi dan mengunjungi orang yang sakit harus diprioritaskan dari pada pekerjaan lain yang bisa ditangguhkan. Dia bisa menangguhkan tugas mencuci dan menyeterika pakaian sehari, agar waktu dan pekerjaan bisa berjalan selaras, sehingga dia memanfaatkan waktu sebaik mungkin, tanpa meremehkan pekerjaan yang lain.
Bukan berarti seorang wanita harus mengaktifkan setiap jengkal waktunya. Tetapi ada saat-saat tertentu bagi keluarga untuk bersantai.
Kita mempunyai keteladanan yang baik pada diri Rasulullah dan canda beliau bersama ‘Aisyah, dan perlombaan larinya dengan ‘Aisyah. Suatu kali ‘Aisyah menang dan tatkala ‘Aisyah sudah gemuk maka beliaulah yang menang, sebagaimanan yang telah dirriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud dalam hadits yang shahih.
Seorang istri bisa bertamasya dengan keluarganya, bercanda dengan suaminya dan anak-anaknya sehingga bisa membangkitkan semangat untuk menapaki kehidupan ini.
***
Disalin dari buku Rahasia Sukses Istri Shalihah (Terjemah Az-Zaujatul Mitsaaliyah), Haulah Darwaisy, Hal 95-100, Pustaka Darul Ilmi, Bogor, dengan sedikit perbaikan dari Tim Muslimah.
—————————————-
Artikel muslimah.or.id
Karena istri yang baik seharusnya dapat melayani suami dengan baik.
bagaimana kalu suami meminjam uang terhadap istri , apakah hukumnya wajib di bayar ????
Suami yang meminjam uang milik istri , wajib membayar hutangnya tersebut