Parfum termasuk ke dalam zinah zahirah bagi wanita, boleh dipakai dengan syarat tidak boleh ditampakkan di hadapan lelaki ajnabi (bukan suami dan mahram). Ada beberapa dalil dari sunah yang mulia yang menunjukkan hal ini.
فعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : غسل يوم الجمعة على كل محتلم ، وسواك ، ويمس من الطيب ما قدر عليه
وفي رواية : وله من طيب المرأة
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiayallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mandi sebelum menunaikan shalat Jumat hukumnya wajib atas orang yang sudah baligh, begitupun dengan bersiwak dan menggunakan parfum semampunya.”
Dalam riwayat yang lain dikatakan, “meskipun ia hanya memiliki parfum wanita.” (HR. Muslim)
وعن زينب بنت أبي سلمة رضي الله عنها قالت : دخلت على أم حبيبة زوج النبي صلى الله عليه وسلم حين توفي أبوها أبو سفيان فدعت أم حبيبة بطيب فيه صفرة خلوق أو غيره ، فدهنت منه جارية ، ثم مست بعارضيها ثم قالت : والله مالي بالطيب من حاجة ، غير أني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول على المنبر : لا يحل لامرأة تؤمن بالله واليوم الأخر تحد على ميت فوق ثلاث ، إلا على زوج أربعة أشهر وعشرا
Dari Zainab binti Abu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku pernah menemui Ummu Habibah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah ayahnya, yaitu Abu Sufyan, meninggal dunia. Ummu Habibah meminta untuk diambilkan parfum yang berwarna kuning atau semacamnya. Dia pun meminyaki budak perempuannya dan mengoleskannya ke kedua pelipisnya sendiri. Ia pun berkata, ‘Demi Allah, sebenarnya aku tidak membutuhkan wewangian ini, kalaulah bukan karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda di atas mimbar, “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan ihdad (berkabung dengan meninggalkan berhias) terhadap mayit melebihi tiga hari, kecuali karena kematian suaminya, yaitu empat bulan sepuluh hari.”
قالت زينب : ثم دخلت على زينب بنت جحش حين توفي أخوها ، فدعت بطيب ، فمست منه ، ثم قالت : والله مالي بالطيب من حاجة ، غير أني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول على المنبر…. فذكرت مثله
“Zainab radhiyallahu ‘anha juga berkata, aku juga pernah menemui Zainab binti Jahsyi setelah saudara laki-lakinya meninggal dunia, ia pun meminta diambilkan parfum dan mengoleskannya ke dirinya sendiri kemudian berkata, ‘Demi Allah, sebenarnya aku tidak membutuhkan wewangian ini, kalaulah bukan karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda di atas mimbar. … dan ia mengatakan hal yang semisal (sebagaimana yang dikatakan oleh Ummu Habibah).” (Mutafaqqun ‘alaihi)
وعن عائشة رضي الله عنها : أن امرأة سألت النبي صلى الله عليه وسلم عن غسلها من الحيض ، فأمرها كيف تغسل ، قال : خذي فرصة من مسك ، فتطهري بها… (متفق عليه)
“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa seorang wanita pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang mandi setelah suci dari haid. Maka Nabi mengajarkan tata cara mandi junub, dan berkata, ‘Ambillah sebuah kapas yang diberi wewangian lalu bersucilah dengannya …” (Mutafaqqun ‘alaih)
Hadis-hadis di atas dan hadis shahih yang semisal menunjukkan bolehnya wanita memakai parfum dan berhias dengannya asalkan tidak ditampakkan kepada laki-laki ajnabi (laki-laki bukan mahram).
Baca juga: Wanita Berhiaskan Rasa Malu
***
Penulis: Atma Beauty Muslimawati
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Ahkamuz Zinah lin Nisa, hal. 22-23; Syaikh Amr Abdul Mun’im Salim, Maktabah As-Sawadi lit Tauzi’, cetakan pertama tahun 1416 /1996 M.