Ulama rabbani adalah pemimpin umat, pembimbing dan penerang mereka. Tetapi mereka tidak akan kekal selamanya. Mereka akan wafat sebagaimana ulama-ulama sebelumnya. Ketika mereka telah pergi dari dunia ini, katakan kepadaku, siapa lagi yang akan menuntun umat ini? Siapa yang akan membina para pemuda Mukmin? Siapa yang akan mengajari orang lain agama Allah? Siapa yang akan memberikan fatwa tentang permasalahan agama yang terdapat permasalahan baru?
Solusi dari sekian pertanyaan yang banyak dan masalah besar itu, adalah bahwasanya sekarang kita harus berusaha mempersiapkan kemampuan para pemuda penopang kebangkitan Islam yang berkah ini.
SDM ini terlebih dahulu dibekali dengan pendidikan keimanan, lalu ilmu syar’i yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai manhaj as-Salafush Shalih. Agar mereka bisa mengganti para ulama yang telah wafat. Agar para pemuda ini bisa menjadi generasi penerus yang baik bagi para pendahulu kita yang mulia. Dengan demikian, bendera kebenaran tetap berkibar dan memiliki pejuang yang akan membelanya dan menuntun perjalanannya yang penuh berkah ini.
Sebenarnya kematian dan kepergian seorang ulama merupakan musibah yang paling besar bagi manusia, Allah befirman,
???????? ???????? ?????? ??????? ????????? ?????????? ???? ???????????? ? ????????? ???????? ??? ????????? ??????????? ? ?????? ??????? ??????????
“Apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi daerah-daerah, lalu Kami kurangi daerah-daerah itu dari tepi-tepinya. Allah-lah yang menetapkan hukum, dan tidak ada yang dapat menolak
ketetapanNya.” (Ar-Ra’d: 41).
Ibnu Abbas berkata, “Firman Allah, ‘Kami kurangi daerah itu dari tepi-tepinya,’ maksudnya, meninggalnya para ulama, orang-orang yang paham agama dan orang-orang yang shalih.”
Wahai para pemuda Islam! Para ulama-ulama sekarang ini pasti akan meninggal, maka anda harus berusaha untuk bisa menimba ilmu dari mereka sebelum mereka meninggal dunia. Khawatir mereka pergi dari dunia ini dan ilmunya terkubur bersama jasadnya di dalam kubur mereka dan anda belum mengambil ilmu mereka. Ketika itu anda sudah kehilangan banyak ilmu yang tidak akan didapatkan di dalam buku-buku. Anda akan menyesal dan merugi dengan luputnya ilmu. Tetapi saat itu penyesalan sudah tidak berarti lagi. Maka bersegeralah untuk memanfaatkan kesempatan sebelum itu hilang dari anda dan tidak akan pernah kembali.
Abu Darda’ berkata, “Belajarlah sebelum ilmu itu diangkat!” Sesungguhnya terangkatnya ilmu adalah ketika para ulama pergi. Aku melihat para ulama kalian pergi, sementara orang-orang bodoh di antara kalian tidak mau belajar?”²
Wahai pemuda Islam! Apakah anda rela setelah meninggalnya para ulama Rabbani, lalu yang mengajarkan ilmu syar’i dan yang memberikan fatwa adalah orang-orang yang berambisi kepada dunia,
kedudukan dan jabatan? Orang-orang yang menjual agama Allah dengan dirham dan dinar? Orang yang berfatwa dengan kebodohan, mereka sesat dan menyesatkan.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash, Rasulullah bersabda,
????? ???? ? ???????? ???????? ???????????? ???????????? ?? ???????? ??????? ???????? ???????? ???????? ??????????? ????? ??? ???? ?????? ??????? ???????? ????? ?????? ???????? ? ????????? ??????????? ???????? ?????? ????????? ???????????
“Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari dada manusia, tetapi mengambil ilmu dengan mewafatkan para ulama. Hingga apabila Dia tidak menyisakan seorang ulama pun, orang-orang lantas mengangkat para pemimpin yang jahil. Kemudian mereka ditanya, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, maka mereka tersesat dan menyesatkan.”
Wahai para pemuda Islam! Jika anda malas menuntut ilmu syar’i, maka orang-orang yang berambisi terhadap dunia dan jabatan akan menjadi pemimpin menggantikan anda. Kesempatan tidak akan dibiarkan lowong. Karena umat membutuhkan bimbingan di dalam masalah ilmu syar’i yang akan mereka ikuti. Apakah anda ingin yang akan mengajarkan ilmu syar’i dan memberikan fatwa kepada mereka adalah orang-orang yang fasik dan jahat? Mereka yang disebutkan oleh orang-orang dahulu dengan sebutan,
“Yang berani mengajar justru orang stres”
“Orang dungu yang menyebut dirinya ahli fikih dan ahli mengajar”
Wahai para pemuda Islam! Sekarang anda remaja, esok akan menjadi dewasa. Pandangan akan tertuju kepada anda agar anda berbuat untuk umat. Memberikan apa yang bermanfaat buat mereka. Apa yang menghalangi anda untuk menjadi salah satu pemuda yang bisa mengurus agama ini? Apa yang menghalangi anda untuk menjadi satu-satunya orang yang akan meneruskan perjuangan para ulama-ulama terdahulu di dalam menyebarkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, menuntun umat kepada ketenangan?
Sungguh, tidak ada penghalang sedikitpun. Karena para ulama terdahulu di suatu masa adalah seorang pemuda seperti anda. Mereka tidak memiliki ilmu syar’i sedikitpun. Tetapi mereka sabar, giat dan berusaha sehingga mencapai tingkat keilmuan yang tinggi. Bahkan anda sekarang -wahai saudaraku tercinta dan saudariku yang mulia- memiliki kesempatan dan kemudahan yang tidak pernah dimiliki oleh para ulama saat mereka menuntut ilmu.
Wahai pemuda Islam! Giat dan rajinlah dalam menuntut ilmu! Jangan malas dan berhenti dalam meraihnya.
Anda adalah pernimpin masa depan dan menjadi harapan umat yang ditunggu-tunggu dengan izin Allah.
Jika bukan engkau yang menegakkan kebenaran lalu siapa lagi akan melakukannya? Sementara orang-orang hanya berkerumun di tempat-tempat kelezatan dunia.
Diketik ulang dari:
Buku 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara Hal 223-226, Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih Alu Abdillah, Pustaka Elba, Juli 2020.