Al Hasan Al Bashri (wafat 110H) adalah seorang ulama tabi’in dari kota Madinah, yang belajar kepada beberapa sahabat Nabi. Diantaranya An Nu’man bin Basyir, Jabir bin Abdillah, Ibnu ‘Abbas, Anas bin Malik radhiallahu’anhum.
Al-Hasan Al-Bashri selalu duduk di dalam majelis untuk menyebarkan ilmu agama. Adapun Habib Al-Ajami duduk dalam majelisnya sendiri dimana ahli dunia dan perdagangan mendatanginya. Dan ia lalai dengan majlis Al-Hasan Al-Bashri, dan tidak menoleh sedikitpun dengan apa yang disampaikan oleh Al-Hasan Al-Bashri.
Hingga suatu hari ingin mengetahui apa yang disampaikan oleh Al-Hasan Al-Bashri. Maka dikatakan kepadanya: “Dalam majlis Al-Hasan Al-Bashri diceritakan tentang surga, neraka dan manusia diberi semangat untuk mendapatkan akhirat, dan ditanamkan sikap zuhud terhadap dunia (memfokuskan segala karunia Allah untuk akhirat)”. Perkataan ini menancap dalam hatinya, lalu ia pun berkata: “Mari kita datangi majelis Al-Hasan Al Bashri!”.
Berkatalah orang-orang yang duduk dalam majelis kepada Al-Hasan Al-Bashri: “Wahai Abu Sa’id, ini adalah Habib Al-Ajami menghadap kepadamu, nasehatilah ia”. Lalu Habib Al-Ajami menghadap Al-Hasan Al-Bashri dan Al-Hasan Al-Bashri menghadap kepadanya. Lalu ia menasehati Habib Al-Ajami, ia ingatkan dengan surga, lalu ditakut-takuti dengan neraka, ia mengasung untuk melakukan kebaikan, ia ingatkan untuk berlaku zuhud di dunia.
Maka Habib Al-Ajami pun terpengaruh dengan nasehat itu, lalu ia bersedekah 40 ribu dinar. Dan ia pun berlaku qana’ah (menerima) dengan hal sedikit, dan ia terus beribadah kepada Allah hingga meninggal dunia. (Hilyatul Aulia 6/149, Siyar A’lamin Nubala’ 6/144, dengan sedikit penyuntingan).
Demikianlah sekelumit kisah anggun Al-Hasan Al-Bashri dalam berdakwah menasehati manusia untuk bersegera dalam kebaikan dan ketaqwaan. Ungkapan nasehatnya begitu mengena dan mampu membangkitkan motivasi orang lain untuk bersegera menyongsong kebenaran. Apa rahasianya?
Dalam kisah ini beliau juga diketahui sebagai sosok yang piawai dalam berdakwah. Terbukti dengan sifat lemah lembut menasehati Habib Al-Ajami. Rifq artinya lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan serta selalu mengambil yang mudah (Fathul Bari 10/449).
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
???????? ?? ??????? ?? ???? ?????? ???????? ???? ???????? ???? ????? ?????? ???????
“Sesungguhnya rifq, tidak ada pada sesuatu kecuali menghiasinya. Dan tidak hilang dari sesuatu kecuali merusaknya”. (HR. Muslim no. 2594).
Beliau sosok teladan
Dikatakan kepada salah seorang dari teman Al-Hasan Al-Bashri: “Apakah sesuatu yang menyebabkan Al-Hasan Al-Bashri mencapai kedudukan seperti ini? Padahal diantara kalian terdapat para ulama dan ahli fiqih? Teman Al-Hasan Al-Bashri pun berkata: “Adalah Al-Hasan Al-Bashri jika memerintahkan perkara maka ia adalah seorang manusia yang paling mengamalkan terhadap apa yang ia perintahkan, dan jika ia melarang dengan suatu kemungkaran maka ia adalah seorang manusia yang paling jauh meninggalkan larangan itu” (Talbis Iblis, Ibnu Jauzi hal. 68).
Beliaulah penasehat yang jujur, menasehati manusia dengan amalannya dan mampu menjadi teladan dalam masyarakat.
Salah seorang ulama ditanya mengapa perkataan salafus shalih lebih bermanfaat dari perkataan kita? Maka ia pun menjawab: “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, untuk keselamatan jiwa, untuk mencari ridha Allah yang Maha Pemurah, sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan mencari keridhaan makhluk”. (Shifatu Shafwah, Ibnul Jauzi 4/122).
Semangat untuk memberi nasehat
Al-Hasan Al-Bashri mampu merefleksikan hakekat nasehat dengan hikmah sebagaimana yang didefinisikan Al Khathabi: “Nasehat adalah satu kata yang dipakai untuk mengungkapkan keinginan baik untuk orang yang dinasehati” (Ma’alim Sunan, 4/125).
Beliau adalah ulama rabbaniyyin yang senantiasa memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran. Dengan penuh tawadhu‘ dan hati lapang menyeru pada perintah-Nya dan kefasihan ucapannya mampu menyemangati orang lain untuk menerima seruannya. Beliau figur yang cerdas dan bijaksana hingga membuat orang lain tertarik untuk menyambut dakwahnya. Allah Ta’ala berfiman:
?????? ???????? ??????? ??????? ????? ????? ??????? ???????? ???????? ??????? ???????? ???? ??????????????
“Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” (QS. Fushilat: 33).
Demikianlah kisah singkat Al-Hasan Al-Bashri dalam berdakwah. Semoga di era fitnah ini lahirlah ulama-ulama sunnah yang mampu berdakwah dengan hikmah dilandasi ilmu syar’i dan senantiasa ikhlas di jalan Allah Ta’ala.
Penulus: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
– Majalah Adz-Dzakiirah Al-Islamiyyah edisi 099 Th. II.1425 H
– Majalah As-Sunnah edisi 05/VI/1423H
Artikel Muslimah.or.id