Khadijah radhiallahu’anha sering dijadikan dalih bagi para wanita yang menjadi wanita karir, sering keluar rumah untuk bekerja dan lainnya.
Khadijah radhiallahu’anha memang adalah seorang saudagar yang kaya raya dan punya kedudukan di masyarakat Quraisy ketika itu. Namun kenyataannya jauh sekali antara Khadijah dan kebanyakan wanita karir zaman sekarang.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
أَتَى جِبْرِيلُ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالَ: يا رَسولَ اللَّهِ: هذِه خَدِيجَةُ قدْ أتَتْ معهَا إنَاءٌ فيه إدَامٌ، أوْ طَعَامٌ أوْ شَرَابٌ، فَإِذَا هي أتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِن رَبِّهَا ومِنِّي وبَشِّرْهَا ببَيْتٍ في الجَنَّةِ مِن قَصَبٍ لا صَخَبَ فِيهِ، ولَا نَصَبَ
“Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, kemudian ia berkata: wahai Rasulullah, istrimu Khadijah sedang datang kepadamu membawakan wadah yang di dalamnya ada idam, atau makanan atau minuman. Jika ia datang maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Dan sampaikan kabar gembira baginya berupa rumah di surga yang terbuat dari mutiara yang berongga, yang tidak ada kelelahan di sana dan tidak ada kesulitan” (HR. Bukhari no. 3820, Muslim no. 2432).
Perhatikan, walaupun beliau orang terpandang dan saudagar kaya, tetap saja beliau berkhidmat kepada suaminya, melayani suaminya dengan maksimal, bahkan beliau sendiri yang membuatkan makanan dan minuman untuk suaminya.
Syaikhah Al Bandari bintu Muhammad Ajlan menjelaskan: “Kita mendapati, di antara akhlak Khadijah radhiallahu’anha bahwa beliau berbakti kepada suaminya (yaitu Rasulullah) secara maksimal, dan sangat berusaha menyenangkan suaminya” (Al Mar’ah Al Muslimah wa Ta’tsiruha fil Mujtama‘, hal. 24). Kemudian Asy Syaikhah Al Bandari membawakan hadits di atas.
Demikian juga, dalam hadits tentang turunnya wahyu kedua kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Perhatikan apa yang terjadi setelah Nabi melihat Malaikat Jibril ‘alaihissalam. Dari Abu Salamah bin Abdirrahman, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
فَأَتَيْتُ خدِيجَةَ فقلتُ : دَثِّرُونِي وصبُّوا عليَّ ماءً بارِدًا ، وأُنْزِلَ عليَّ : { يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ}
“… Lalu aku bergegas pulang menemui Khadijah lalu aku berkata, ‘Selimutilah aku. Dan tuangkanlah air dingin pada tubuhku’. Lalu turunlah ayat: ‘Yaa ayyuhal muddatsir, qum fa-anzhir warabbaka fakabbir (Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berilah peringatakan. Dan Tuhan-mu, agungkanlah)‘”” (HR. Bukhari no. 4924).
Perhatikanlah, Khadijah radhiallahu ‘anha selalu stand by ada di rumah sehingga ketika Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam pulang, Khadijah ada di rumah. Bukan sedang bekerja atau di luar rumah. Dan beliau pun bersegera melayani kebutuhan suaminya.
Dan Khadijah radhiallahu’anha juga ibu yang baik dan sukses dalam mendidik anak-anaknya. Tercermin dalam kebaikan akhlak dan kesalihan putra-putri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Padahal enam dari tujuh anak-anak Nabi Shallallahu’alaihi sallam dari rahim Khadijah radhiallahu’anha.
Maka hendaknya kaum Muslimah merenungkan hal ini. Bekerja bagi wanita memang boleh dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Dan salah satu syaratnya, tidak boleh sampai melalaikan tugas utamanya sebagai istri dan ibu. Ambillah ibrah dari sosok Khadijah radhiallahu’anha.
Semoga Allah ta’ala memberi taufik.
***
Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.or.id