Bismillaah…
Untuk saudariku yang akan melahirkan… Saat yang dinanti insyaallah akan segera tiba. Buah hati yang dirindukan akan lahir di dunia. Perasaan apa yang sekarang sedang menghinggapi dada? Mungkin ada rasa cemas, namun ada juga rasa gembira.
Proses Melahirkan
Melahirkan merupakan proses alamiah yang Allah ta’ala ciptakan dengan sempurna. Melahirkan dibagi menjadi tiga tahap. [1]
1. Tahap 1/kala I
Tahap 1/kala I terdiri dari 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten
Fase laten biasanya 8–12 jam. Jika sebelumnya seorang wanita sudah pernah melahirkan, biasanya fase ini akan berlangsung lebih cepat. Pada fase laten, leher rahim menipis dan mulai membuka, serta kontraksi ringan. Semakin lama, kontraksi akan semakin teratur dan semakin kuat, misalnya tiap 5 menit. Seiring berjalannya waktu, leher rahim akan mulai terbuka sedikit demi sedikit. Biasanya akan ada lendir bercampur darah keluar dari farji. Fase awal berakhir ketika pembukaan leher rahim mencapai sekitar 4 cm.
Fase aktif
Fase berikutnya adalah fase aktif. Dalam proses persalinan, fase aktif ditandai dengan seorang wanita mengalami kontraksi rahim yang lebih sering, lama durasinya, dan kuat misalnya setiap 2–3 menit yang berlangsung sekitar 45–60 detik, bahkan semakin lama bisa terjadi selama 60–90 detik. Selaput ketuban akan pecah sehingga air ketuban akan keluar. Leher rahim akan semakin membuka hingga 10 cm.
2. Tahap 2/kala II
Tahap 2/kala II dimulai dengan pembukaan lengkap lengkap leher rahim 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi.
3. Tahap 3/kala III
Tahap 3/kala III dimulai saat bayi dilahirkan dan berakhir dengan keluarnya plasenta. Pengeluaran plasenta secara spontan biasanya memakan waktu antara 5 hingga 30 menit.
Pengetahuan tentang proses melahirkan diharapkan tidak membuat seorang wanita bertambah cemas. Namun sebaliknya, ia dapat menjadi lebih siap menghadapi prosesnya.
Baca juga: Berbahagialah Wahai Ibu Hamil!
Menghadapi Kecemasan Menjelang Persalinan
Cemas menjelang persalinan merupakan hal yang wajar, apalagi jika ini pengalaman yang pertama. Namun, bagaimana tips untuk mengurangi kecemasan tersebut?
Berdoa
Allah ta’ala yang telah memberikan rezeki berupa janin yang tumbuh dalam rahim seorang wanita dan menetapkan kelahirannya. Allah ta’ala juga yang memudahkan berbagai prosesnya. Sebagaimana dalam firman-Nya
مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ . مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ . ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ
“Dari benda apa Dia menciptakan manusia. Dia ciptakan manusia dari setetes mani, lalu Dia tetapkan takdirnya. Kemudian Dia mudahkan jalannya.” (QS. ‘Abasa: 18 – 20)
Dalam Fathul Karim Mukhtashar Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzhim ثُمَّ ٱلسَّبِيلَ يَسَّرَهُۥ (kemudian Dia memudahkan jalannya) maknanya kemudian Allah memudahkannya keluar dari perut ibunya. Demikian juga dikatakan Qatadah, dan As-Suddi, dan dipilih Ibnu Jarir. Mujahid berkata bahwa ini semakna dengan firman Allah ta’ala dalam QS. Al Insan ayat 3 yaitu, Kami telah menerangkan kepadanya, menjelaskannya kepadanya, dan mumudahkan baginya untuk mengamalkannya. Demikian juga dikatakan Al-Hasan dan Ibnu Zaid, dan pendapat inilah yang paling kuat; hanya Allah yang lebih Mengetahui. [2]
Tidak ada doa khusus yang dianjurkan dibaca ketika persalinan. [3] Namun, kita dapat membaca doa-doa untuk meminta kemudahan secara umum. Dari Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa”
Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah. (HR. Ibnu Hibban dalam Sahihnya (3/255), dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah.) [4]
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga telah mengajarkan doa untuk orang yang bersedih atau sedang dalam kesulitan. Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما قال عبد قط إذا أصابه هم وحزن: اللهم إني عبدك وابن عبدك وابن أمتك، ناصيتي بيدك، ماض في حكمك، عدل في قضاؤك، أسألك بكل اسم هو لك، سميت به نفسك، أو أنزلته في كتابك، أو علمته أحدا من خلقك، أو استأثرت به في علم الغيب عندك، أن تجعل القرآن العظيم ربيع قلبي، ونور صدري، وجلاء حزني، وذهاب همي، إلا أذهب الله همه، وأبدله مكان حزنه فرحا
“Tidak ada seorang pun yang berdoa ketika sedang dilanda kegundahan dan kesedihan: Ya Allah, sesungguhnya diri ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki Mu, dan anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku berada dalam genggaman-Mu, hukum-Mu telah berjalan, dan keputusan-Mu merupakan keputusan yang adil. Aku memohon dengan seluruh nama-nama-Mu, yang engkau namai diri-Mu, atau nama yang engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau telah engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau nama yang masih engkau simpan disisi-Mu, jadikan Al-Quran sebagi penentram jiwaku, cahaya hatiku, pelenyap duka dan lara ku. Tidaklah seorang mengucapkan doa tersebut, melainkan Allah akan hilangkan kesedihannya, dan akan jadikan kebahagiaan untuknya.” (HR. Ahmad no. 3712 dan disahihkan oleh Al-Albani di Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 1/383)
Doa lain yang Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan dalam hadis,
ألا أعلِّمُكِ كلماتٍ تقولينَهُنَّ عندَ الكَربِ – أو في الكَربِ – اللهُ اللهُ ربي لا أشرِكُ به شيئاً
“Maukah aku ajarkan kepada kalian doa yang bisa kalian panjatkan ketika kesusahan menimpamu? Yaitu, Allah, Allah rabbku, dan aku tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (HR. Abu Dawud no. 1525 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani)
Mencari Sebab
Tawakal mencakup 2 hal yaitu:
Pertama: bersandar kepada Allah. Meyakini bahwa Dia merupakan sumber segala sebab, serta meyakini bahwa kekuasaan-Nya akan terlaksana. Dialah yang telah menetapkan segala perkara, mengatur, dan mencatatnya.
Kedua: menempuh usaha. Maka tidak disebut tawakal jika meniadakan usaha. Sebaliknya, tawakal menggabungkan usaha dan bersandar kepada Allah. [5]
Sebagai contoh, Ibunda Maryam menggoyangkan pohon kurma ketika persalinan sebagaimana firman Allah dalam QS. Maryam 25-26,
ومريم -رحمة الله عليها- لم تدع الأسباب، ومن قال ذلك فقد غلط، وقد قال الله لها: وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا فكلي واشربي الآية [مريم: 25، 26] وهذا أمرٌ لها بالأسباب، وقد هزت النخلة وتعاطت الأسباب، حتى وقع الرطب فليس في سيرتها ترك الأسباب
Maryam -semoga Allah merahmatinya- tidak meninggalkan sebab dan siapapun yang mengatakan demikian maka itu salah. Allah berfirman kepadanya, “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu.” (QS. Maryam: 25-26)
Perintah kepadanya ini untuk mengambil sebab. Maryam menggoyangkan pohon kurma dan menempuh terjadinya sebab hingga kurma jatuh. Maka dia tidak meninggalkan sebab. [5]
Sebab yang bisa kita lakukan untuk mengurangi rasa cemas menjelang persalinan misalnya mengikuti kelas persiapan persalinan, berlatih pernapasan untuk persalinan, atau membawa barang yang membuat persalinan lebih nyaman seperti birthing ball.
Semoga Allah ta’ala menghilangkan kecemasan menjelang persalinan serta memudahkan persalinan. Saudariku, rasa sakit yang engkau rasakan semoga bisa menjadi penggugur dosa dan mengangkat derajatmu. Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ، حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.” (HR. Muslim)
Baca juga: Apakah Wajib Mandi Setelah Melahirkan?
—
Penulis: Victa Ryza Catartika
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
[1] Hutchison J, Mahdy H, Hutchison J. Stages of Labor. [Updated 2023 Jan 30]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544290/.
[2] Hikmat bin Basyir bin Yasin. 2016. Fathul Karim Mukhtashar Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzhim Lil Imam Ibn Katsir. Dammam: Dar Ibn Al Jauzi.
[3] Baits AN. 2016. Doa ketika Melahirkan. Diakses 11 Juni 2014 23.00. Diakses dari https://konsultasisyariah.com/15376-doa-ketika-melahirkan.html.
[4] ‘Abdurrahman bin Abi Bakr Jalaluddin As-Suyuthi. 910H. Jaami’ul Akhadits. Al-Maktabah Atturatsiah Al-Islamiah. Diakses dari Al-Maktabah Asy-Syamilah.
[5] Syekh Bin Baz. Majmu’ Fatawa wa Maqaalaat Syaikh Ibn Baz: 4/427. Diakses dari https://binbaz.org.sa/fatwas/943/هل-يكون-التوكل-مع الأسباب-أو-بغير-الأسباب.