Dunia merupakan tempat fitnah, tak hanya bagi orang yang lemah iman, namun orang beriman pun tak lepas darinya. Kaum mukminin yang lurus meniti jalan Islam dan senantiasa beribadah terkadang digoda, “Engkau ahli ibadah dan selalu mentauhidkan Allah, amal shalihmu banyak, yakinlah engkau penghuni surga. Lihatlah, banyak orang bermaksiat. Mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu. Engkau hebat, berbanggalah …”
Setan selalu membisik-bisikkan agar kita selalu bangga dengan iman dan amal shalih yang kita lakukan. Lambat laun, dengan samar namun pasti, setan akan memprovokasi, “Sedikit santailah, bekalmu menghadap Allah telah banyak. Toh, engkau tetap lebih hebat…”
Demikianlah jerat setan yang ingin unjuk kekuatan dan dengan mudahnya manusia merasa di zona aman. Padahal, sejatinya kita hidup di zona yang tidak aman. Kita tak tahu, akankah semua keimanan dan amal diterima di sisi Allah Ta’ala? Kita tak tahu, apakah akan husnul khatimah, selamat dari fitnah kubur, selamat dari huru-hara di padang Mahsyar, bisa meniti jembatan, dan selamat menuju jannah?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orang pertama yang membuka pintu surga pun, kaki beliau sampai bengkak karena banyak sujud!! Para sahabat yang dijamin surga pun, subhanallah, mereka selalu beriman dan meningkatkan ibadahnya. Mereka yang telah berada di zona aman masih merasa tidak aman dengan berbagai fitnah hidup. Lalu bagaimana dengan diri kita?
Di dalam Sunan At-Tirmidzi disebutkan, bahwa Abdurrahman bin Auf meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’d bin Abi Waqqash di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah di surga”. (HR. Ahmad, Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, I/70).
Saat orang merasa di zona aman, dia akan bermudah-mudahan dalam meniti hidup, percaya diri berlebihan hingga tak takut akan siksa Allah. Padahal tak ada jaminan dan garansi apakah kita akan mampu melewati saat-saat menegangkan sebelum kembali kepada Allah Ta’ala. Kita harus berbekal untuk melewati zona tak aman.
Rasa Takut dan Harap
Allah Ta’ala berfirman:
????? ???????????? ?????????? ???? ???????? ???????????
“Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Q.S. Ali Imran: 175)
Perasaan takut kepada Allah yang terpuji adalah jika akhirnya bisa menghalangi diri Anda dari kemaksiatan kepada Allah, yang mendorong untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban, dan mencegah dari hal-hal yang diharamkan. Jika tujuan ini terwujud, hati akan tenang dan tenteram serta diliputi oleh perasaan gembira oleh nikmat-nikmat Allah dan harapan pada pahala-pahala-Nya. (Dinukil dari Syarah Tsalatsatul Ushul, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terjemah Al-Qowam, hal. 77).
Dengan harapan (raja’) akan pertolongan, janji, dan balasan Allah, zona tak aman akan mampu dilewati dengan semangat keimanan membaja bahwa Allah akan memberian kenikmatan dan surga. Allah Ta’ala berfirman:
???? ????? ??????? ??????? ??????? ???????????? ??????? ???????? ????? ???????? ??????????? ??????? ???????
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya“. (QS. Al-Kahfi: 110).
Saatnya kita memperbesar rasa takut terjerumus dalam maksiat serta juga memupuk harapan agar selamat dan menemui-Nya dalam keadaan berprasangka baik kepada-Nya. Dan kita mesti berdoa kepada Allah agar mampu melalui zona tak aman dunia dan dapat singgah di surga, zona aman sejati.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
Syarah Tsalatsatul Ushul. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Al-Qowam, Solo, 2000
Majalah Fatawa, vol. 02/th. II/1425 H
Mengintip Indahnya Surga, Syaikh Mahir Ahmad Asy-Shufi, Darul Furqan, Saudi Arabia, cet. I, Juli 2011
Artikel Muslimah.or.id
Barakallahufik Ummi Isruwanti