Gebyar kenikmatan dunia dengan segala keindahannya banyak membuat orang terlena. Bahkan, kenikmatan itu dipergunakan untuk bermaksiat dan berbuat dosa pada Allah Ta’ala. Harta yang berlimpah dimanfaatkan untuk bersenang-senang memenuhi hawa nafsu, wajah, dan tubuh yang memesona diumbar sedemikian rupa hingga membuat fitnah bagi lawan jenis. Jabatan dimanfaatkan untuk menambah pundi-pundi harta hingga gelar miliarder diraihnya. Kenapa mereka merasa nyaman dan tidak takut ancaman Ar-Rahman karena kemaksiatan dan durhaka pada-Nya.
Allah Ta’ala dengan rahmat-Nya memberi nikmat pada para hamba-Nya. Ini kasih sayang-Nya yang sering membuat orang-orang yang tidak takut siksa Allah tak menyadarinya hingga mereka terjerumus pada sikap sombong. Pernahkah mereka berpikir bila tiba-tiba Allah, Rabb Yang Maha Kuasa menimpakan siksa dan azab-Nya?
Dalam Musnad Ahmad, dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika engkau melihat Allah melimpahkan sebagian dari dunia kepada seorang hamba karena dia melakukan kedurhakaan kepada-Nya menurut kehendak-Nya maka sesungguhnya ini merupakan istidraj.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat,
???????? ??????? ??? ?????????? ???? ????????? ?????????? ????????? ????? ?????? ?????? ????? ????????? ????? ????????? ????????????? ???????? ??????? ???? ????????????
‘Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.’ (QS. Al-An’am : 44)” (Tafsir al-Qur`an al-‘Azhim, 3/316, Ibnu Katsir).
Orang yang beriman ketika diberi nikmat niscaya dia selalu bersyukur, baik dengan hatinya, lisannya memuji Allah Ta’ala dan berbagai kenikmatan itu dimanfaatkan di jalan yang diridhai Allah Ta’ala. Ini wujud kecintaan seseorang hamba kepada Rabbul ‘Izzati yang telah menganugerahi berbagai nikmat yang tak bisa dihitung karena sangat banyaknya. Sebagai orang mukmin, tentunya kita tak akan iri dengan berbagai kelebihan yang dilakukan orang-orang yang lalai dalam mengeksploitasi beragam nikmat di jalan yang menyimpang. Justru, kita merasa kasihan ketika mereka terus menerus tenggelam dalam kemaksiatan hingga ajal menjemput sebelum bertaubat. Kenapa Allah Ta’ala seolah membiarkan para pelaku dosa tanpa laknat saat ini?
Ibnul Qayyim al-Jauziyah berkata, “Di sinilah banyak orang terkecoh dan tertipu dalam memandang dosa karena mereka tidak melihat pengaruh dosa itu secara langsung, tidak membawa akibat apapun yang menimpa dirinya, atau akibat itu datang. Setelah sekian lama dan dia lalai, para ulama saja banyak terkecoh tentang hal ini, apalagi orang-orang yang bodoh. Orang yang terkecoh tidak sadar bahwa dosa itu menyebar setelah dibiarkan beberapa saat, seperti racun yang menyebar, seperti infeksi yang terus membengkak jika dibiarkan.” (Al-Jawabu al-Kafi Liman Sa’ala ‘an Ad-Dawa’ asy-Syafi’, hlm : 52, Ibnul Qayyim al-Jauziyah).
Semoga Allah Ta’ala selalu memberi hidayah dan taufik-Nya kepada orang yang senantiasa dalam ketaatan dan berbaik sangka pada segala ketetapan-Nya. Bukankah Allah Ta’ala selalu memanjakan hamba-Nya, sudahkah kita memperbesar takwa kita kepada-Nya? Dengan kebeningan nurani, keaslian naluri tentunya kita semakin yakin bahwa Allah Ta’ala akan memberi peringatan dan balasan sesuai amal yang dilakukan, baik itu di dunia maupun di akhirat.
Marilah kita syukuri segala karunia-Nya lahir dan batin karena Allah lah pencipta sebab dan Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
***
Referensi
- Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad at-Tamimi yang disusun Abu Isa Abdullah bin Salam, LBI al-Sari, Yogyakarta, 1426 H.
- Inul lebih dari Segelas Arak, Kathur Suhardi, Darul Falah, 2003.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id